Mencintai Gadis Biasa

Sepulangnya Ronald dari kediaman keluarga Wijaya, ia tak langsung ke apartemen melainkan pergi ke suatu tempat bersama dengan beberapa anak buahnya

Di tengah hutang belantara....

       Sebuah bangunan yang terlihat kumuh dari luar namun siapa sangka ketika memasuki bangunan itu, di dalam nya terdapat banyak peralatan (Senjata) dengan berbagai jenis serta banyak lagi keperluan hidup lainnya

di dalam nya juga terdapat ratusan ribu lebih Orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan pelatihan yang lengkap layak nya sebuah organisasi tersembunyi

Ronald melangkah dengan gagah nya dengan di dampingi beberapa pengawal yang selalu sigap dalam melindungi nya

POV RONALD

Tak ada yang tau selama bertahun-tahun ini aku telah menjadi seorang ketua organisasi bawah tanah, aku telah memimpin ratusan ribu lebih pasukan dan semuanya berada dalam kendali ku

Aku telah melewati 15 tahun ku dengan penuh Kepedihan, hilangnya sosok ibu membuatku tumbuh menjadi seorang pria kejam dan tidak manusiawi, kehidupan masa kecil yang begitu keras telah memaksaku untuk menjadi tumbuh dewasa sebelum waktunya

D*rah, Kek**Asan, b*lly dan banyak lagi kejadian-kejadian tak terduga, aku sudah terbiasa dengan itu semua, aku sudah tidak takut lagi dengan apapun di dunia ini, bahkan tak ada seorang pun yang berani menentang perintahku

Namun satu hal yang membuat aku merasa takut yaitu kehilangan wanita yang aku cintai, bisa dibilang Lusy adalah kelemahan ku satu-satunya, aku sadar terkadang aku bersikap sangat keras terhadapnya, aku juga tak segan untuk mengurung nya dan tidak membiarkan ia pergi keluar, bukan tanpa alasan

Meski sebagian besar orang-orang tak ada yang mengetahui identitas ku yang sebenarnya, akan tetapi mereka mengenalku sebagai seorang Ronald Wijaya dan aku adalah Pewaris Grup Wijaya satu-satunya, dan itu tidak menampik bahwa aku tidak akan memiliki musuh di luar sana

seperti hal yang telah terjadi beberapa waktu lalu, seseorang berusaha menyakiti Lusy ku hanya karna aku yang selalu melindungi nya, dan aku tidak mau kejadian itu terulang lagi....

...----------------...

Semua pasukan berbaris dengan rapi untuk menyambut kedatangan tuan mereka, juga termasuk David yang ternyata sudah berada di tempat lebih dulu sebelum kedatangan Ronald

"Tuan muda" panggil David pada teman sekaligus bos nya itu

"Apa kakek baik-baik saja...?" tanya Ronald dengan ekspresi datar sambil terus melangkah kan kaki nya yang di ikuti oleh David

"Tidak ada sesuatu hal yang serius terjadi pada Kakek, dan beliau sekarang baik-baik saja tuan, sebelumnya mereka telah membius kakek hingga menyebabkan kakek tak sadarkan diri, tapi sekarang kakek sudah siuman dan beliau sedang berada di kamar" jelas David

Ronald terdiam sejenak dan mematung tepat di depan pintu kamar dimana kakek nya pasti sudah menunggu untuk memberikan sebuah penjelasan, ia terlihat ragu untuk beberapa saat namun sekarang menyembunyikan segalanya bukan lah hal yang mungkin lagi bagi nya, David yang masih setia berada di samping nya saat ini, ia sangat mengerti dengan sikap dan perasaan yang di hadapi tuan nya itu

"David, sebelumnya apakah kakek ada bertanya sesuatu pada mu?" tanya Ronald

"Ma'af kan aku tuan, kakek sama sekali tak ada bertanya apapun, mungkin...." David terlihat ragu untuk melanjutkan kata-katanya

Ronald yang faham dengan keadaan pun seketika memutuskan untuk masuk dan menemui kakek nya

"Ceklek" ketika pintu terbuka, pemandangan pertama yang di lihat Ronald pastinya adalah sang kakek yang saat ini tengah duduk di sebuah kursi roda dengan menatap ke arah jendela yang di luarnya ha ya ada pemandangan pepohonan semata

Meski tak melihatnya secara langsung namun tak menutup kemungkinan bahwa sang kakek telah mengetahui kedatangan cucu kesayangan nya itu

Ronald melangkah perlahan mendekati sang kakek dengan perasaan yang begitu sulit di artikan

"Kakek..." panggil Ronald dengan suara yang bergetar dan berlutut di hadapan kakek nya

kakek Robert Wijaya berbalik menatap sang cucu satu-satunya yang selama ini sangat dicintainya

Melihat sepasang mata yang ada di hadapan nya saat ini telah berkaca-kaca, kakek Robert tersenyum dan menepuk pundak cucunya dengan lembut hingga beberapa kali

"Dasar anak cengeng, siapa yang mengijinkan kamu menangis di sini hahh...?!" tanya kakek Robert seolah dirinya sedang marah dan tidak suka melihat ekspresi sedih cucunya itu

"Kakek maafkan aku, selama ini aku tidak bermaksud berbohong pada mu, aku benar-benar punya alasan untuk melakukan semua ini, jika kakek marah silahkan pukul aku, atau kakek bisa bunuh aku saja, tapi asal kakek tau demi Tuhan aku tidak bermaksud membohongi kakek" ujar Ronald yang sudah tak. Isa lagi menahan tangis nya dan semakin berlutut di hadapan Kakek Robert

Kakek Robert hanya bisa tersenyum dan berusaha untuk membawa Ronald bangun, ia tau permintaan maaf dari Cucunya itu sangat kah tulus jadi menurutnya sejak awal tidak ada alasan baginya untuk marah pada Ronald

"Dasar anak cengeng, sudah ku katakan tidak ada yang mengijinkan kamu menangis di sini, apa kau tidak takut jika ada yang melihat mu hah...?! Bagai manapun kau adalah pemimpin di sini dan kau memiliki peran yang sangat penting, jika kau menangis di sini dan ada yang melihat atau mendengarnya, maka citra mu akan turun...?!"

Ronald semakin tidak mengerti dengan ucapan kakek nya barusan, sejujurnya ia di buat bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini, ia pikir kakek nya sedang marah padanya tapi mengapa maksud dari perkataan kakek nya barusan seperti tengah berusaha melindunginya

Ronald yang enggan berada dalam dilema, ia pun memutuskan untuk memberanikan diri dan bertanya pada sang kakek

"Kakek... Kakek tidak marah kah...?!"

"Hahahaha..." tanpa bisa dicegah, suara tawa Kakek Robert langsung menggema di seisi ruangan begitupun dengan David yang saat ini masih setia berdiri di depan pintu kamar tuan nya, ia jadi bingung saat mendengar suara tawa yang begitu menggelegar dari dalam kamar tersebut, meski dalam benaknya di penuhi dengan berbagai pertanyaan, namun pada akhirnya ia hanya bisa memilih diam

Pok, pok, pok, (Suara bahu Ronald yang di tepuk kasar oleh kakek Robert)

"Kakek...?!" ucap Ronald dengan ekspresi wajah penuh tanya

"Dasar bocah b*doh siapa bilang kakek marah hahh...?! Justru kakek merasa bangga saat mengetahui ternyata cucu kakek ini benar-benar sudah tumbuh dewasa dan hebat, kakek benar-benar bangga pada cucu kakek yang bahkan bisa memimpin ratusan ribu pasukan tanpa mengumbar identitas"

Lagi-lagi Ronald di buat terkejut dengan apa yang di katakan kakek nya, pasalnya David bilang kakek belum bertanya apapun padanya sebelumnya

.

.

.

BERSAMBUNG