Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#21. KIYD.
Leo dan Nadia telah sampai di samping mobil mewah yang membawa mereka ke pantai yang indah ini. Leo baru saja hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba muncul seseorang melayangkan pukulan ke arahnya.
"Akh!" Nadia memekik kaget lantaran serangan tiba-tiba yang mengenai rahang Leo hingga pria itu terhuyung ke samping.
"Bedebah kalian!" Leo mengusap rahangnya seraya menatap tajam pria bertopeng yang menyerangnya dengan pakaian serba hitam itu.
Pria bertopeng tersebut, kembali mengarahkan serangannya pada Leo tanpa mengindahkan sorot mata elang pria tersebut.
Nadia yang melihat adegan penyerangan itu dari balik kendaraan roda empat itu, merasa was-was. Nadia masih belum terbiasa melihat kekerasan secara langsung di depan matanya.
Akan tetapi, kedua matanya berkeliling mencari benda yang sekiranya dapat membantunya menyelamatkan Leo.
"Kemana Black!!" gumam Leo kesal karena, pengawal sekaligus asistennya itu tak nampak batang hidungnya.
Pria yang menyerang Leo, memiliki postur tubuh yang sangatlah besar. Akan tetapi, pria itu tetap santai menghadapi serangannya yang bertubi-tubi.
Leo, meskipun telah lama tidak turun gunung untuk bertarung, namun refleknya masih sangat bagus. Hingga, penyerang kedua tiba-tiba muncul dari samping.
BUGH!
"Argh!" Leo kembali mendapat pukulan di wajahnya, baru ia hendak menyeimbangkan tubuhnya yang limbung perutnya kini yang menjadi sasaran.
Darah segar merembes keluar dari bibir Leo yang seksi.
Nadia membekap mulutnya kaget, ingin sekali ia menghampiri Leo namun tiba-tiba ada seorang penyerang yang muncul di hadapannya.
"Mau kemana kau cantik. Main sini sama Abang. Selagi, pacarmu itu sibuk bermain," ucap pria itu dengan sorot mata menyeramkan.
"Sayang sekali ... cantik, tapi harus mati," ucap pria itu lagi sambil memainkan sebilah benda tajam di tangan kanannya.
" Jangan mendekat atau kau akan mendekam sangat lama di jeruji besi!" ancam Nadia, karena wanita itu tidak tau harus berkata apa.
Bagaimanapun dirinya belum pernah berada di posisi terancam seperti ini.
Leo yang sempat melihat keadaan Nadia yang terancam, seakan mendapat kekuatan besar.
Di sisa tenaganya ia menghajar dua pria bertopeng itu habis-habisan, hingga mereka berdua jatuh, karena Leo berhasil menendang tungkai mereka.
KREKK!
"Aakhh!" Lengkingan panjang kesakitan seiring bunyi tulang dari tangan yang patah.
Karena, Leo telah memutar leher para penjahat yang sudah salah orang karena berani menyerangnya.
Nadia berusaha menghindar dengan mengitari mobil. Memberanikan diri dengan sebilah kayu di kedua tangannya.
Pria bertopeng itu menyeringai di balik penutup wajahnya.
"Kelinci lemah, habis kau!"
"Akh!" Nadia berteriak ketika pria itu mendekat dan menendang tongkatnya hingga patah menjadi dua.
Nadia terlihat meringis karena tangannya sakit.
Tak lama kemudian, matanya membesar tatkala benda tajam itu ditebaskan ke arah Leo yang tiba-tiba muncul untuk menghadang penyerang bertopeng tersebut.
Nadia mengarahkan potongan kayu tersebut untuk memukul sebisanya. Melupakan rasa ngilu yang menjalar hingga ke bahunya.
SRETT!
"Leo!" pekik Nadia, ketika lengan besar itu mendapat sabetan benda tajam tersebut.
Tes ...
Darah segar merembes dan menodai kemeja putih yang pria itu kenakan.
"Rasakan ini!" teriak pria bertopeng itu. Ia mengarahkan lagi sabetannya untuk menusuk pinggang Leo.
Nadia tak dapat berpikir apapun, wanita itu maju dan menghadang mata pisau dengan tubuhnya.
Jleb!
Tak ayal Leo pun membelalakkan kedua matanya. Pertama kali ia melihat wanita yang mengorbankan keselamatan demi dirinya.
Nadia tersungkur dalam pelukan Leo. Pria itu menelan ludahnya dan menahan gemuruh di dalam dadanya. Sorot matanya menatap nyalang penyerang yang telah melukai Nadia.
Penyerang itu menyeringai di balik topeng karena, rencananya telah berhasil.
Akan tetapi, ketika pria itu hendak berlalu pergi, tiba-tiba ...
Dorr!!
Sebuah timah panas menembus pelipisnya hingga kepala itu berlubang dan memuncratkan cairan merah yang menodai pasir putih tersebut.
"Maafkan aku ... Nadia, bertahanlah," lirih Leo, terlihat wanita di dalam pelukannya itu meneteskan air mata. Wajahnya sangat pucat.
"Apakah ... kali ini ... aku ... akan mati? Ku rasa ... kau tidak bisa ... menahanku lagi," ucap Nadia lirih dan terbata.
"Hentikan omong kosongmu! Tetaplah sadar!!" seru Leo. Kedua matanya memanas berikut juga dengan hatinya. Ia takkan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada wanita ini.
"Maaf saya terlambat, Tuan. Mereka mengunci saya di dalam toilet," ucap Black menjelaskan kemana dirinya tadi.
"Cepat kita kerumah sakit. Berikan aku sesuatu untuk--" Leo tidak meneruskan ucapannya karena dirinya telah membuka kemeja dan menyobek benda itu dengan sengaja.
Srekkk!!
Setelahnya, Leo yang di bantu oleh Black, menggunakan potongan kain itu untuk menutup luka di pinggang Nadia.
"Apa anda sengaja tidak mencabut pisaunya, Tuan?" tanya Black.
"Ya, tusukannya cukup dalam. Aku khawatir dia akan pendarahan. Biarlah, begini saja," jelas Leo.
Leo pun menggendong Nadia dan masuk kedalam mobil. Kemudian Black membawanya dengan sangat laku hingga mereka sampai di rumah sakit terdekat dalam kurun waktu beberapa menit saja.
"Cepat selamatkan wanitaku!!" teriakan Leo menggema di lobi rumah sakit tersebut. Hingga para tenaga medis berlarian ke sumber suara.
"Maaf, anda hanya bisa menunggu di luar ruangan!"
Pria dewasa itu pun meletakkan bokongnya kasar di kursi ruang tunggu, tubuhnya sakit semua. Berikut juga lengannya yang sempat terkena sabetan benda tajam tersebut.
Kejadian tadi, benar-benar membuat pria itu marah hingga ke ubun.
"Wanita bodoh, kenapa kau mengorbankan nyawamu untukku?" guman Leo dengan kedua mata yang terpejam. Pria itu menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi, dengan wajah sedikit mendongak.
Akhirnya cairan kristal bening itu lolos juga dari ujung matanya.
"Belum pernah ada wanita manapun, yang rela sakit demi diriku. Kau bahkan rela terluka dan menjadikan tubuhmu tameng dari sabetan itu. Siapa sebenarnya para penyerang bertopeng itu? Siapa sasaran mereka sebenarnya?" Leo, seketika menegakkan tubuhnya, matanya menatap tajam ke depan.
Seketika perasaannya gusar dan tidak tenang.
"Tuan, luka di lengan Anda juga harus diobati," ucap Black yang sudah membawa tenaga medis.
Mau tak mau, Leo pun mengangguk dan harus merelakan dirinya pergi dari tempat dimana Nadia tengah mendapatkan pertolongan medis.
"Anda beruntung,Tuan. Nampaknya wanita itu sudah jatuh hati padamu. Bahkan, dia berani bertindak dengan tanpa perhitungan sama sekali demi anda," gumam Black, sambil menghela napas.
"Tuan, semoga luka hatimu segera sembuh. Ku rasa wanita itu mampu membuat anda tersenyum dan juga menangis sekali waktu," gumam Black lagi.
Bagaimanapun pria ini tau apa saja yang telah di lakukan oleh keduanya sebelum akhirnya dia merasa tak tahan lagi dan berlari ke toilet.
Pintu ruang operasi itu terbuka, menampilkan sosok seorang dokter wanita dewasa.
"Dok. Bagaimana keadaan wanita tadi?" tanya Black.
"Benda tajam tersebut sempat mengenai bagian vitalnya."
... Bersambung ...
sok suka sendiri klo keluar .. ntar yang salah black pula ...
mantan lakinya jg .. masih aja sok dekat .. otaknya sudah rusak
di pantai saat penyerangan aja waktu itu gak bisa ngapa-ngapain..
skrg kebanyakan gaya mau keluar ..
Guys sekalian aku mau promosi karya ku yah hehe JUDULNYA Burning love (Candra & Ayana)