Tulisan ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Kaluna Seretha Ardianto atau yang akrab disapa Luna, seorang wanita berstatus dokter spesialis bedah syaraf di usianya yang sudah menginjak angka 34 tahun. Memiliki masa lalu dengan seorang laki-laki bernama Rajendra Prabu Wicaksono atau yang akrab disapa Rendra, putra sulung dari pemiliki sekaligus ketua dari Future Corporation. Wanita yang semula merasa tidak akan bisa dekat dengan laki-laki seperti Rendra suatu ketika pemikirannya berubah yang menjadikan hubungan mereka semakin berkembang hingga pada di tahap Kaluna meminta berpisah tanpa alasan yang jelas. Apa sebenarnya alasan Kaluna meminta pisah dari Rendra setelah hubungan yang sudah mereka jalani cukup lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis_Baru15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Langkah kaki Kaluna beriringan dengan suara riuh di IGD rumah sakit yang berisi tangisan, raungan hingga orang-orang dengan ekspresi panik dan takut beradu dengan orang-orang yang memandang penuh harap kepada para tenaga medis yang berlalu lalang di IGD.
Kaluna yang baru saja masuk ke ruang IGD mencoba mencari sosok dokter yang sekitar 6 menit yang lalu menghubunginya. Seorang pasien dengan kasus kecelakaan lalu lintas.
"Dokter Anya, pasien yang mau ke kamar operasi dengan kecelakaan lalu lintas dimana? Saya mau bertemu keluarganya untuk menjelaskan."
Anya menoleh. Matanya membulat sempurna karena sekitar 6 menit yang lalu Kaluna mengatakan kalau dia sedang tidak jaga malam itu.
"Kok diam dok? Pasiennya dimana?" Lagi Kaluna berusaha mencoba mengembalikan kesadaran Anya. Anya yang kembali sadar bergegas mengantarkan Kaluna kepada keluarga pasien yang masih tampak syok dengan kondisi pasien.
"Sudah pesankan kamar operasi?" Kaluna berbisik kepada Anya seraya berjalan mendekat ke arah keluarga pasien.
"Sudah dokter." Jawab Anya setengah berbisik.
Kaluna mengangguk. Sesaat setelahnya, Kaluna menjelaskan semua hal mulai dari kondisi pasien hingga prosedur operasi yang akan dia lakukan bahkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, yaitu kematian di meja operasi.
Ya, ini memang bukan pertama kalinya Kaluna melakukan operasi, bahkan entah sudah operasi ke berapa kali ini. Tingkat keberhasilan Kaluna mengoperasi pun bisa dibilang sangat tinggi, tetapi itu bukan suatu alasan untuk Kaluna bisa dengan jumawa memastikan bahwa pasien akan baik-baik saja.
Wanita berambut panjang yang di ikat rapi itu selalu menjelaskan kemungkinan terburuk kepada keluarga pasien walaupun sebagai manusia dan dokter, dia sangat tidak ingin kejadian buruk itu terjadi di meja operasinya.
Setelah memberi penjelasan, Kaluna bergegas meminta dokter Anya agar membawa pasien ke kamar operasi. Bersamaan dengan pasien yang dibawa ke kamar operasi, Kaluna juga memacu langkah kakinya menuju ke ruang operasi secepat mungkin. Baginya, apapun kondisi pasien adalah hal darurat baginya.
Prinsip itulah yang membuat Kaluna memacu mobilnya pada pukul 11 malam ke rumah sakit disaat dia bahkan tidak sedang memiliki jadwal jaga. Kaluna bahkan meninggalkan persiapan acara peluncuran 2 buku baru dari pemenang event yang dia buat dan menyerahkan sisa persiapannya kepada Ajeng dan Arya.
Detik berganti menit, menit berganti ke jam. Setelah hampir 4 jam, tepat pukul 03.50 Kaluna keluar dari ruang operasi.
"Terimakasih semuanya." Kaluna membungkuk kepada semua tim yang membantunya di ruang operasi malam itu.
"Direktur.."
Kaluna menoleh saat mendengar suara berat memanggilnya di depan ruang operasi. Dia adalah dokter Arga, salah satu dokter spesialis bedah anak yang menurut rumor, laki-laki itu pernah menyukai Kaluna.
"Dokter memanggil saya?" Kaluna mencoba memastikan karena memang Direktur di rumah sakit ini bukan hanya dia.
Arga mengedarkan pandangan matanya ke sekitar. "Memang ada Direktur lain di sini selain anda?" Tanyanya yang diimbangi dengan tawa kecil.
Kaluna tersenyum lembut, mencoba merespon candaan Arga walaupun matanya sudah sangat ingin dipejamkan walaupun mungkin hanya 5 atau 10 menit.
"Direktur mau kopi?"
Kaluna mencoba mencari alasan, tatapan lekat dari Arga membuatnya sedikit tidak nyaman. Entahlah, Kaluna hanya bisa menerima tatapan lekat seperti itu dari teman-temannya dan Rendra tentunya.
Kaluna menggeleng. "Maaf tapi kayanya nggak dulu dok. Saya mau tidur sebentar soalnya nanti ada acara di kantor."
Arga mengangguk dengan sorot kecewa yang terlihat jelas di kedua matanya.
"Ow iya, saya juga jadi salah satu peserta event anda hari ini." Jelas Arga tiba-tiba yang tentu saja membuat Kaluna sedikit kebingungan harus meresponnya dengan cara seperti apa.
Kaluna tersenyum. "Thanks. Semoga suka sama acaranya nanti."
Ya, hanya itu yang bisa Kaluna katakan karena dia benar-benar tidak tahu harus dengan cara seperti apa merespon laki-laki di hadapannya ini.
"Kalau begitu saya permisi dulu dok. Saya mau tidur sebentar. Mari." Kaluna pamit dan langsung balik badan tanpa menunggu respon dari Arga.
Kaluna menghela napas lega begitu pintu lift yang dia naiki tertutup.
"Jam 4 pagi harus berkutat dengan hal-hal random begini." Gerutunya pada diri sendiri seraya menyandarkan kepalanya di dinding lift yang membawanya naik ke ruangannya.
...****************...
Kaluna bergegas keluar dari lift setelah dia sempat kesiangan sekitar 10 menit. Acara hari ini pukul 5 sore, tetapi dia harus melakukan pengecekan tahap akhir pada pukul 9 pagi.
"Maaf saya ketiduran." Ucapnya menyesal kepada Ajeng yang berdiri di lobby rumah sakit.
Ajeng tersenyum. "Tidak masalah Presdir, semalam saya sudah mengundurkan pengecekan terakhir ke jam 10 pagi. Saya tahu operasi anda pasti lama, jadi saya mau anda beristirahat dengan cukup." Jelasnya panjang lebar yang berhasil membuat Kaluna menghela napas lega.
"Kita sarapan dulu ya Presdir? Anda pasti belum sarapan kan?"
Kaluna mengangguk.
Sepanjang perjalanan menuju ke tempat mereka akan sarapan, Kaluna benar-benar berusaha untuk membuka matanya.
"Presdir.."
Kaluna memfokuskan pandangannya ke arah Ajeng yang duduk di bagian depan mobil.
Ajeng menyodorkan segelas es kopi ke arah Kaluna. "Untuk anda." Ucapnya singkat.
Kaluna tersenyum tipis. "Terimakasih." Jawabnya seraya menerima es americano dari Ajeng.
Ajeng melirik Kaluna melalui spion kaca tengah di bagian depan. Tampak Kaluna sedang menikmati es americano pemberian Ajeng sembari mengedarkan pandangannya ke arah jalanan kota yang sedikit lenggang karena memang ini bukan jam orang-orang beraktifitas.
"Presdir mau turun atau sarapan di mobil?"
Pertanyaan Ajeng berhasil menarik kembali kesadaran Kaluna yang seolah-olah sempat hilang saat menikmati jalanan kota yang cukup lenggang.
Kaluna menghela napas, entah apa yang sedang ada di pikirannya, yang jelas helaan napasnya terdengar seperti seseorang yang menanggung banyak beban di pundaknya.
"Di mobil aja deh Jeng." Ucapnya memberi keputusan.
Ajeng mengangguk. "Ekstra kulit ayam seperti biasa Presdir?" Ajeng mengkonfirmasi pesanan soto ayam milik Kaluna.
Kaluna tersenyum. Tipis. "Gak usah pakai jeroan ya." Pintanya lembut yang kali ini di jawab dengan anggukan oleh Ajeng.
"Saya izin makan di luar ya Presdir." Kali ini Arya mencoba masuk ke obrolan dua wanita cantik yang hampir selama 2 minggu ini selalu ada dalam radius pandangannya.
Kaluna mengangguk yang seolah menjadi tanda bahwa dia mengizinkan Arya untuk makan di warung soto yang hanya menggunakan perlak berwarna biru sebagai penutupnya.
Kaluna kembali menghela napasnya saat Arya keluar dari mobil. Kaca mobil bagian belakang yang dia biarkan terbuka membuatnya bisa mengamati kendaraan yang berlalu lalang di sisi kanan mobilnya.
"Yah, Luna capek." Ucapnya lirih yang tanpa sadar membuat air matanya menetes dengan pelan membasahi pipinya.
makasih thor, tetap semangat
Btw Masrenndd lama amattt dluarny😫