Namanya Rajendra
Menjadi anak bungsu dari dua orang kakak perempuan dan dua orang kakak laki-laki yang selalu menjadi kebanggaan keluarga walaupun pada kenyataannya hanya bisa memberikan beban untuk keluarga adalah salah satu hal yang tidak semua orang ketahui tentang hidupku.
Kisah ini akan menceritakan perjalananku sejak pertama kali mengenal sosok Rajendra Prabu Wicaksono atau yang akrab aku panggil mas Rendra sampai akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan hingga berpisah.
Tidak, lebih tepatnya aku yang memutuskan berpisah disaat hubungan kami sudah memasuki tahun ke 6. Miris bukan? Tapi begitulah kenyataannya.
Aku masih seorang gadis berusia 16 tahun saat pertama kali bertemu mas Rendra. Statusku adalah seorang putri bungsu dari Ardianto Group dengan semua kemewahan hidup yang sedari kecil aku rasakan dan aku dapatkan.
Pertama kali lelaki itu menyapaku ketika aku berkunjung ke rumahnya untuk menemui adiknya, Keshwari Dhira Wicaksono. Aku berteman dengan Dhira sejak pertama kali masuk SMA, tetapi aku hampir tidak pernah bertemu dengan mas Rendra sampai hari dimana aku bertemu dengannya di rumah.
Laki-laki yang sangat hobby mengendarai motor Honda Win 100 bersama dengan teman-temannya itu selalu menggunakan jaket kulit dengan bordiran di belakangnya bertuliskan GPD .
Aku, Dhira dan Gheya pertama kali bertemu saat berusia 16 tahun dimana kami baru masuk SMA. Tiga anak manusia yang awalnya tidak saling mengenal akhirnya menjadi teman baik karena entah kenapa kami merasa cocok terlepas dari pola pikir kami yang terkadang sangat berbeda 180°.
Dhira adalah anak bungsu, dia memiliki dua kakak laki-laki. Mas Rendra yang pertama dan Mas Brian yang kedua. Sedangkan Gheya adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Dia memiliki 1 orang kakak perempuan dan 1 orang adik laki-laki.
Aku? Aku anak bungsu, memiliki 2 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan. Aku yatim semenjak masih SMP. Ibuku mengurus perusahaan semenjak kepergian mendiang ayahku.
Aku hanya anak perempuan biasa yang tidak memiliki keistimewaan. Aku suka membaca novel, aku suka berkunjung ke toko-toko buku bernuansa klasik. Aku suka mengoleksi barang-barang klasik seperti piringan hitam, kaset klasik dan hal-hal lainnya.
Awalnya aku pikir Mas Rendra dan teman-temannya adalah sekelompok berandalan atau anak kaya manja yang hanya bisa berfoya-foya dan menghabiskan uang orang tuanya. Itulah salah satu alasan saya tidak tertarik pada dia karena saya tidak menyukai laki-laki manja yang tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Ya, setidaknya itulah kesan pertamaku saat melihat mas Rendra. Lelaki itu satu geng dengan Atar mahasiswa jurusan bisnis, Dika dan Cakra yang menjadi mahasiswa kedokteran.
Entahlah bagaimana mereka bisa mengenal, yang jelas 4 sekawan itu benar-benar tidak bisa dipisahkan. Bahkan GPD bermula dari mereka berempat hingga sekarang memiliki beberapa cabang di kota lain.
Di waktu lain, aku pernah bertanya padanya tentang apa yang sebenarnya dilakukan GPD. Karena memang di bayanganku mereka hanya menjadi anak berandalan yang membuat onar di jalan.
Aku masih ingat dengan jelas lelaki itu hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaanku lelaki itu justru memberi penawaran apakah aku mau ikut bersamanya saat sedang ada acara GPD? Tentu saja jawabanku tidak mau. Untuk apa aku ikut acara geng motor yang tidak jelas apa tujuannya.
Satu hal yang membuatku sedikit tergerak hari itu karena Mas Rendra tidak marah sama sekali dengan penolakan yang aku berikan. Bahkan dia menanyakan pandanganku tentang anak geng motor yang tentu saja pandanganku seperti yang sudah aku jelaskan tadi. Dan dia tidak marah mendengarnya, lelaki itu bahkan tertawa sembari mengusap kepalaku.
Aku yang masih terus penasaran, akhirnya lambat laun menyetujui ajakan mas Rendra. Lelaki dengan jaket kulit bertuliskan GPD itu membawaku ke sebuah panti asuhan. Sepanjang perjalanan aku terus berfikir apa sebenarnya arti dari GPD, tetapi aku urungkan niatku untuk bertanya.
Motor-motor itu berhenti di sebuah panti asuhan yang membuatku sedikit terhenyak. Ternyata, tidak semua anak geng motor memiliki tabiat buruk seperti mabuk dan tawuran tidak jelas di jalanan.
Semenjak hari itu, hubunganku dengan Mas Rendra menjadi lebih dekat. Aku yang masih seorang anak SMA dekat dengan seorang mahasiswa jurusan bisnis sekaligus penerus tahta dari Future Corporation yang bergerak di bidang kesehatan dan properti.
Tidak ada yang berubah. Aku masih tetap menikmati masa SMA dengan segala kepusingan hidup menghadapi tugas-tugas sekolah yang membuatku sering berjibaku dengan buku-buku dan juga komputer dimana pada tahun 2010 belum semua orang memiliki komputer pribadi di rumah.
Sekali waktu aku bertemu dengan mas Rendra saat aku bermain ke rumahnya. Ya, niat awalku tetap ingin menemui Dhira, tapi tidak jarang juga bertemu mas Rendra yang sedang di rumah.
Semakin aku mengenalnya semakin aku tahu kalau lelaki ini memiliki pemikiran yang cukup random. Bahkan terkadang muncul ide-ide yang cukup aneh menurutku tetapi anehnya ide-ide darinya bisa diterima dengan cukup baik bahkan dimengerti oleh Dika, Cakra dan Atar sebagai teman baiknya.
Hubungan kami terus berkembang hingga mas Rendra lulus kuliah dan aku memilih masuk fakultas kedokteran bersama dengan Dhira dan juga Gheya.
Kami sempat jarang bertemu saat Mas Rendra memutuskan untuk menempuh pendidikan magister di USA pada tahun 2012 hingga 2015. Saat itu, email dan chat masih menjadi alternatif kami untuk sesekali bertukar kabar walaupun terjadi perbedaan waktu di antara kami berdua.
Kami tidak berkabar setiap hari karena saat itupun aku sedang menempuh pendidikan sebagai dokter dimana pada 2015 aku juga sedang menempuh sebagai koas di Future Hospital yang di masa depan akan menjadi milik Dhira, si anak bungsu pemilik dari Future Hospital.
Keluargaku sendiri sebenarnya bukan keluarga yang cemara. Ibu yang sudah mulai memasuki usia 55 tahun memilih untuk melepas jabatan dan menyerahkannya kepada kakak sulungku, mas Hendra namanya. Namun melepas usaha kepada mas Hendra justru menjadi awal mula kehancuran keluargaku.
Kurang lebih itu adalah ringkasan yang bisa aku ceritakan. Setelah ini, aku akan menceritakan semuanya secara detail. Tetapi sebelum kita membahas tentang mas Rendra, aku akan menjelaskan semua hal tentang diriku yang sebenarnya tidak istimewa tetapi bukan berarti juga tidak ada hal yang menarik dari diriku.
Saya harus menjelaskan dulu siapa saya sebelum menceritakan bagaimana hidup saya berjalan bersama dengan sosok bernama Rajendra yang begitu setia menemani saya bahkan di kondisi terburuk saya sekalipun.
Bagaimanapun juga, jatuh cinta dengannya adalah hal terbaik yang pernah saya dapatkan dalam hidup. Tetapi melepaskannya adalah salah satu bukti betapa saya begitu mencintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
muna aprilia
lnjut
2024-03-02
1