Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
Hana tidak jadi masuk ke mobil. Tubuhnya terasa kaku. Matanya terus memandangi Anin. Akhirnya air mata itu jebol jatuh membasahi pipi.
Anin juga tak bisa menahan lagi kerinduannya. Dengan berlari sekuat tenaga dia mengejar Hana yang akan masuk ke dalam mobil. Gadis itu langsung memeluk aunty-nya saat sampai di tempat Hana berdiri.
Keduanya saling berpelukan erat melepaskan kerinduan. Ghibran dan Aisha yang melihat itu tak bisa juga menahan air matanya. Dia tahu kedua wanita muda itu sebenarnya saling merindu.
"Aku rindu aunty. Aku rindu cerewetnya aunty. Aku rindu celotehan aunty. Aku rindu semuanya. Maafkan aku, maafkan jika ternyata aku tak bisa jauh dari aunty. Aku ingin dekat aunty," ucap Anin dengan derai air mata.
Hana tak bisa lagi menahan air matanya. Dia memeluk erat tubuh ponakannya. Air mata tumpah membasahi baju Anin. Gus Shabir yang telah masuk ke dalam mobil memandangi semua dengan heran.
"Aunty yang harus minta maaf. Maafkan aunty," ucap Hana terbata. Dia makin mempererat pelukannya.
Tiba-tiba Anin menunduk dan mencium perut aunty-nya. Hal itu makin membuat tangis Hana tak bisa dibendung. Dia merasa bodoh selama ini mengacuhkan ponakan tersayangnya hanya karena seorang Gus Shabir.
"Bangunlah, jangan begini. Aunty makin merasa bersalah," ucap Hana.
"Aku akan punya adik," ucapnya Anin masih dengan terbata. Dari dulu gadis itu ingin memiliki adik. Namun, Aisha tidak memberinya karena merasa sudah cukup dengan tiga orang putri yang di jaga. Walau sebenarnya Hana hanyalah adik, tapi karena dia yang menjaga dari lahir, sudah seperti anak sendiri baginya.
"Doakan semua sehat hingga lahiran," ujar Hana.
"Masuklah aunty. Angin malam tak baik untuk kesehatan apa lagi jika sedang hamil muda. Aku juga akan pergi. Maaf sekali lagi karena aku hari ini tak bisa tepat janji untuk menjauh. Setelah ini aku akan kembali menjauh. Aunty jangan takut," ucap Anin.
Dia sadar, permintaan aunty-nya untuk menjauh itu juga demi kebaikan bersama. Justru dia senang, karena saat ini dia telah benar-benar bisa melupakan Gus Shabir dalam hatinya. Fokusnya cuma belajar dan mengejar cita-cita.
"Jaga kesehatan aunty. Jangan banyak pikiran. Aku sayang aunty," ucap Anin.
Tanpa menunggu jawaban dari Hana, gadis itu berlari meninggalkan aunty-nya. Ghibran dan Aisha hanya bisa saling menatap, begitu juga Hana. Dia terus saja memandangi kepergian Anin hingga hilang dari pandangannya.
Setelah cukup lama terdiam, Hana masuk ke mobil dan meminta Gus Shabir segera melanjukan mobil meninggalkan halaman restoran. Baru beberapa meter meninggalkan tempat itu, suaminya bertanya.
"Jadi kita makan malamnya di mana?" tanya Gus Shabir.
"Kita pulang saja. Aku sudah tak ada napsu makan," jawab Hana.
"Apa kamu dan Anin ada masalah?" tanya Gus Shabir dengan pelan, tapi masih dapat di tangkap pendengaran Hana.
Hana tak menjawab pertanyaan suaminya itu. Gus Shabir yang mengerti jika Hana tak ingin di ganggu membiarkannya. Sepanjang perjalanan keduanya hanya membisu. Larut dalam pikiran masing-masing.
Ghibran dan Aisha mendekati putrinya yang duduk di batu karang tepi pantai. Air mata tampak banjir membasahi pipi mulusnya.
Aisha memeluk tubuh sang putri. Tangisnya Anin makin pecah dalam pelukan maminya. Ghibran hanya memandangi kedua wanita yang sangat dia sayangi itu.
'Mami, aku kangen aunty," ucap Anin.
"Iya, Sayang. Mami juga kangen auntymu itu," balas Aisha.
"Mami, aku benci Gus Shabir. Karena pria itu aku kehilangan aunty ku," kata Anin lagi.
"Itulah makanya nabi melarang kita mencintai dengan berlebihan, karena bisa jadi orang yang kita cintai saat ini akan menjadi orang yang kita benci suatu saat nanti," ucap Ghibran.
Rasulullah SAW pernah berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi agar tidak mencintai sesuatu secara berlebihan. Adapun bunyi hadits tentang mencintai seseorang sebagai berikut,"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” [HR. At-Tirmidzi no.1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178]
"Iya, Papi. Apakah berarti aku salah jika saat ini sangat membenci Gus Shabir? Karena dia, kita jadi berjauhan dengan aunty," ucap Anin.
"Membenci seseorang itu tetap salah. Tapi sebagai manusia biasa, kita yang memiliki napsu pastilah membenci orang yang tak sesuai dengan pilihan kita. Papi cuma berpesan, jangan kamu larut dalam kebencian itu. Ikhlas semua. Di balik semua yang kita hadapi dan jalani saat ini pasti ada hikmah nantinya," ucap Ghibran.
Ghibran dan Aisha mengajak putrinya kembali ke restoran dan memesan menu kesukaan Anin. Mereka tak ingin sang putri larut dalam kesedihan. Walau sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Sedih.
**
Hana langsung masuk ke kamar. Duduk di tepi ranjang. Pandangannya menerawang entah kemana. Gus Shabir masuk menyusul. Dia duduk di samping istrinya itu.
"Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan makanan," ucap Gus Shabir.
Hana menarik napas dalam. Dia membalikkan tubuhnya menghadap sang suami. Menatap wajah pria itu tanpa kedip.
"Kamu mau apa?" tanya Gus Shabir, dia mengulangi pertanyaannya.
"Aku tak mau makan. Aku hanya ingin kita berpisah saja," balas Hana.
Jawaban dari wanita itu cukup membuat Gus Shabir terkejut. Kenapa tiba-tiba sang istri minta pisah?
...----------------...
pasti sakit dan berat banget jadi hana/Sweat/
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃