Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Dikediaman Indri, tantenya Claudya.
Terlihat seorang pria tengah menatap pada Agnia yang berjalan mendekat ke arah rumah Indri sambil menenteng sebuah kantong kresek yang isinya makanan.
Indri menatap dari kejauhan kalau ada seorang pria yang tengah memperhatikan gerak-gerik Agnia, Indri mulai waspada takut orang itu berniat jahat pada Agnia.
Dan benar saja pria itu mendekat pada Agnia.
"Dek, kamu tau gak kalau tempat bermain disini di mana?" tanya pria memakai masker itu mengusap lembut kepala Agnia.
"Tidak tau," jawab Agnia polos, tapi tangan pria itu mengambil beberapa lembar rambut Agnia yang membuat Agnia menangis karena kesakitan akibat rambutnya dicabut oleh pria itu.
Pria itu langsung lari ketakutan karena takut ada yang melihatnya, Indri yang cemas langsung berlari dari rumahnya dan mendekat pada Agnia.
"Kamu di apakan sama orang itu?" tanya Indri.
"Paman itu menjambak rambut aku." Tangannya memegang rambut yang kesakitan, Agnia berucap sambil menangis membuat Indri semakin cemas takut Agnia kenapa-kenapa.
"Kamu ke rumah, jangan keluar sendirian lagi." Indri langsung membawa Agnia masuk kedalam rumah.
Indri tidak terlalu memperdulikan masalah ini karena yang paling penting adalah Agnia tidak kenapa-kenapa, Indri hanya perlu menjaga Agnia lebih baik lagi agar Agnia tidak keluar sendirian.
"Ada-ada saja manusia jaman sekarang," gumam Indri.
**
Acara berjalan dengan lancar, saat ini Zidan berpamitan pada William untuk pulang bersama dengan Claudya. Tapi William meminta mereka untuk tinggal di sana karena William ingin mengajak mereka semua makan malam sebelum pulang.
Zidan tidak bisa menolak, Zidan mengangguk menyetujui permintaan William karena mulai sekarang William adalah orang yang harus Zidan hormati karena William sudah memberikan keberuntungan pada perusahaannya.
"Tapi bolehkah aku ajak Claudya?" tanya Zidan yang dibalas anggukan oleh William.
"Justru aku mau makan malam bersama Claudya," batin William.
Mereka makan bersama, ada Karisa dan Indra juga di sana, mereka tidak membeda-bedakan antara asisten atau pun atasan karena disana semuanya adalah teman.
William sesekali menatap pada Claudya yang hanya fokus pada makanannya.
Karisa menyadari kalau William memang tertarik pada Claudya, Karisa merasa heran karena Claudya tidak secantik dirinya tapi William justru tertarik pada Claudya yang hanya seorang janda.
"Claudya, kamu bagus sekali tadi. Kamu belajar di mana bisa public speaking seperti itu?" tanya Karisa.
Claudya menatap pada Zidan kemudian membalas pertanyaan Karisa.
"Aku tidak belajar, tapi untuk teks yang aku katakan tadi aku belajar dari tuan Zidan." Claudya menjawab dengan melihat ke arah Zidan.
"Claudya sangat cepat belajar," ujar Zidan.
Karisa melihat Zidan yang terlihat perhatian sekali pada Claudya.
"Kalian terlihat sangat romantis, kenapa kalian tidak menikah saja? Lagian kalian sama-sama single, kan?" tanya Karisa.
Zidan tersenyum. "Doakan saja yang terbaik, kalau kami berjodoh pasti secepatnya." Zidan berucap sambil memasukkan sesuap makanan kedalam mulutnya.
William yang melihat hal itu langsung cemburu padahal William tidak berniat suka pada Claudya, tapi dengan melihat kedekatan antara Zidan dan Claudya hal itu malah membuat William kesal.
Karisa menatap William yang menatapnya tajam, hanya senyuman sinis saja yang Karisa perlihatkan pada William.
Baru kali ini Karisa melihat William tertarik pada seorang wanita dan hal itu membuat dirinya merasa cemburu.
Apa yang sebenarnya tengah dirasakan oleh Karisa? Apakah Karisa mulai mencintai William lagi?
"Baiklah, tuan William. Kami pamit karena malam semakin larut," ujar Zidan berpamitan pada William.
Hanya anggukan saja yang William lakukan sambil menatap kepergian Claudya dan Zidan, rasanya tidak ikhlas kalau William harus melihat Claudya bersama dengan pria lain, padahal selama ini William tidak pernah merasakan hal itu pada Karisa.
"Kamu suka sama Claudya?" tanya Karisa.
Indra menatap pada tuannya yang saat ini bahkan tidak menggubris pertanyaan dari Karisa.
"Tuan, kita pulang sekarang? Atau ada urusan yang lain?" tanya Indra mencoba melerai pertengkaran yang akan terjadi pada tuannya itu.
William tanpa merespon langsung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Indra dan Karisa.
"Sial! Aku kalah sama anak itu!" geram Karisa bergumam.
**
Pagi ini William menanti paket yang akan dikirimkan oleh orang yang sudah dia kirim uang semalam, William takut kalau dirinya akan ditipu lagi apa lagi uang yang dia keluarkan sangat besar.
Tok
Tok
William mendengar ada yang baru saja mengetuk pintu kamarnya, William langsung membukakan pintu kamarnya dan ternyata ada sebuah paket yang di antar oleh pegawai hotel.
"Mana orang yang mengirim paket ini?" tanya William penasaran.
"Orangnya sudah pergi karena orang itu salah satu pengantar paket dari aplikasi," ucap pegawai hotel.
William mengambil paket itu dengan rasa kecewa karena dia tidak bisa melihat siapa yang mengirimkan paketnya.
"Pria itu ternyata lebih cerdik dari dugaan aku," gumam William.
William membuka paket itu dan ternyata isinya adalah beberapa helai rambut, ada secarik kertas juga di dalam kotak paket itu, William membaca surat itu dan ternyata isinya...
{ Kamu bisa membuktikannya sendiri, ini adalah rambut anakmu,}
Isi surat itu membuat William kesal karena pria itu semakin mempermainkan William.
"Kalau rambut ini salah maka aku tidak akan memaafkan pria ini!" geram William.
Tapi William datang ke salah satu rumah sakit yang paling besar di kota itu, William tidak meminta antar pada Indra karena William tau kalau resikonya Karisa akan ikut, William meminta Zidan untuk mengantarnya ke salah satu rumah sakit di sana karena William tau kalau Zidan pasti tau rumah sakit yang paling bagus di kota itu.
Zidan dan William menunggu di ruang tunggu, sedangkan pemeriksaan tengah berlangsung di ruangan laboratorium.
William terlihat sangat gugup karena takutnya pria itu akan membohongi William.
"Apa itu anak anda, Tuan?" tanya Zidan yang langsung dibalas anggukan kepala oleh William.
"Ya, dia anakku tapi aku masih belum yakin." William masih menatap pada ruangan itu berharap dokter segera keluar.
"Kenapa saya belum pernah melihat anak anda, nona Karisa juga tidak membawa seorang anak?" tanya Zidan.
"Ini anakku bukan anak Karisa, sebelum menikah aku sempat punya anak dengan seseorang,"
"Kenapa ceritanya sama seperti cerita Claudya," batin Zidan.