NovelToon NovelToon
Dilema Dalam Diam

Dilema Dalam Diam

Status: tamat
Genre:Tamat / Pelakor / Romansa
Popularitas:277.4k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Banyak faktor yang membuat pasangan mencari kesenangan dengan mendua. Malini Lestari, wanita itu menjadi korban yang diduakan. Karena perselingkuhan itu, kepercayaan yang selama ini ditanamkan untuk sang suami, Hudda Prasetya, pudar seketika, meskipun sebelumnya tahu suaminya itu memiliki sifat yang baik, bertanggung jawab, dan menjadi satu-satunya pria yang paling diagungkan kesetiaannya.

Bukan karena cinta, Hudda berselingkuh karena terikat oleh sebuah insiden kecelakaan beberapa bulan lalu yang membuatnya terjalin hubungan bersama Yuna, sang istri temannya karena terpaksa. Interaksi itu membuatnya ingin coba-coba menjalin hubungan.

Bagaimana Malini menyikapi masalah perselingkuhan mereka?

***
Baca juga novel kedua saya yang berjudul Noda Dibalik Rupa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendominasi Istri

🌿🌿🌿

Malini membuka mata setelah cahaya matahari menyoroti kedua bola mata indahnya di pagi hari. Ia duduk dan melihat cahaya matahari masuk dari lubang ventilasi di atas jendela kamar. Sejenak ia diam dan memperhatikan dirinya yang tidak memakai sehelai pakaian pun di bawah selimut tebal yang menjadi saksi bisu hubungan mereka semalam. Malini meremas bantal panjang dengan perasaan kesal karena tidak bisa mengendalikan diri semalam.

"Dasar pria! Dia pasti sudah melakukan sesuatu sampai aku tidak bisa mengendalikan diri. Minuman itu, dia pasti sudah mencampurkannya dengan sesuatu," kata Malini sambil menyorot gelas di atas meja.

Malini menurunkan kaki ke lantai, ia melangkah dengan mata tertuju pada gelas itu, ingin mengambilnya dan memeriksa zat yang terkandung di dalamnya. Tapi, sebelum kaki sampai di meja itu, tubuhnya terjatuh karena terpeleset setelah menginjak pakaian dalamnya yang tergeletak di lantai.

"Ahh ....!" teriaknya, kaget.

"Ada apa?" tanya Hudda, berdiri di pintu setelah membuka pintu kamar dengan raut wajah kaget dan cemas.

Di tangan pria itu terdapat nampan, di mana di atasnya ada segelas susu dan sandwich buatannya sendiri. Celemek warna biru muda juga terpasang di tubuhnya dengan rambut yang terlihat masih belum terlalu kering dan belum di sisir. Hudda tersenyum melihat istrinya itu berbaring menyamping dalam kungkungan selimut. Hudda meletakkan nampan itu ke atas meja dan membopong tubuh Malini dan membaringkannya ke atas kasur. Kemudian ia duduk di tepi kasur..

"Bagaimana bisa jatuh?" Hudda tertawa ringan dan ingin memutar kepala menoleh ke kiri, menurunkan pandangan menuju lantai.

Namun, Malini mendaratkan kedua tangan ke pipi Hudda agar suaminya itu tidak menujukan mata ke lantai dan tetap mengarah pandangan padanya karena di lantai masih ada celana dalam yang tadi disembunyikan di bawah badannya. Bibir Hudda sedikit maju karena tingkahnya dan kening pria itu mengernyit bingung.

"Ada apa? Masih kurang puas?" goda Hudda dan kembali tersenyum.

Hudda menurunkan mata, melihat belahan dada yang terlihat. Malini melepaskan tangannya dan membetulkan selimut itu terbalut di tubuhnya. Hudda melanjutkan mata menuju ke lantai, bibirnya tersungging dalam senyuman melihat benda yang ingin disembunyikan oleh istrinya itu.

"Sepuluh tahun kita menikah, melihat benda milikmu itu sudah biasa bagiku. Kenapa masih menyembunyikannya dan bertingkah seolah kita baru memulainya," kata Hudda sambil menurunkan badan dari tepi kasur sambil mengambil pakaian dalam warna krim itu.

Perkataan Hudda membuatnya malu. Tapi, ia tidak ingin tubuhnya terlalu terbuka di hadapan suaminya itu.

"Ini." Hudda meletakkan benda dipungutnya itu ke tangan Malini dan setelah itu mengambil segelas susu yang atas di atas nampan.

"Letakkan saja di situ. Aku mandi dulu dan mungkin akan sarapan di dapur bersama anak-anak," kata Malini sambil menurunkan kaki ke lantai dan berjalan menuju pintu kamar mandi dengan selimut masih membalut tubuhnya.

"Lihat jam. Mungkinkah anak-anak akan sarapan? Sudah jam sembilan pagi. Anak-anak sudah pergi ke sekolah satu jam yang lalu bersama Bi Tanum. Kamu benar-benar tidak menghargai usahaku untuk membuatkan ini," kata Hudda, ngambek.

Malini memutar badan setelah berhenti di depan pintu kamar mandi, ia menatap suaminya yang duduk menundukkan kepala. Setelah itu, matanya beralih memperhatikan gelas di tangan Hudda dna sandwich yang ada di atas nampan.

"Nanti aku makan setelah mandi. Sekarang aku kotor, sangat-sangat kotor," kata Malina, sengaja menyindir sang suami.

Nada bicaranya dengan mudah ditebak Hudda. Pria itu diam dan menahan perasaan yang sedikit terusik dengan cara sikap istrinya itu. Ia menunjukkan senyuman, bertingkah seolah tidak paham akan perkataan istrinya itu yang sedang menyebut dirinya kotor karena berselingkuh.

Malini kesal melihat ekspresi Hudda yang tidak peka itu. Kemudian, ia membuka pintu kamar mandi dan menutup pintu dengan membantingnya untuk melepaskan rasa kesal itu.

15 Menit Kemudian ....

Pintu kamar mandi sedikit di buka, mata Malini mengintip situasi di luar dan melihat kesunyian di kamar itu, tidak ada wujud Hudda yang ingin dihindarinya. Kakinya melangkah maju dengan handuk yang melilit dari dada ke lutut. Setelah menutup pintu kamar mandi, ia melihat Hudda berdiri di samping pintu dengan posisi punggung menyamping dan kedua tangan menyilang di dada.

"Berharap aku tidak ada di sini? Sayang sekali, aku akan selalu bersamamu. Pakai pakaian ini, kita akan bekerja," kata Hudda sambil berjalan menuju kasur dan memperlihatkan sepasang pakaian yang sudah disiapkan olehnya, begitu juga dengan sepasang pakaian dalam.

"Pakaian seperti itu?" tanya Malini, bingung.

"Mulai hari ini kamu akan menjadi sekretaris ku di kantor."

"Mulai hari ini juga kamu harus menjaga jarak dariku karena kita akan bercerai," timpal Malini sambil berjalan menuju lemari.

Hudda menghadang istrinya itu dengan berdiri di depan lemari.

"Semalam kamu setuju kita punya anak lagi. Bukankah seorang Malini Lestari adalah orang yang bisa dipercaya?" Hudda tersenyum.

"Aku terpaksa melakukan itu dan aku tidak pernah setuju. Lagipula, aku sulit hamil. Kamu lupa? Kita baru dikarunia anak setelah empat tahun menikah," terang Malini, kesal.

"Lalu, kenapa selalu minum pil KB? Tapi, semalam kamu tidak meminumnya dan jangan meminumnya lagi. Anak-anak juga menginginkannya," kata Hudda, membujuk.

"Tidak. Hari ini aku akan menemui pengacaraku untuk membahas hal ini." Malini mendorong tubuh Hudda ke samping dan membuka lemari pakaian.

Ponsel Malini yang ada di atas meja berdering. Segera ia mengambil sepasang dress kasual polos dan berjalan menuju meja. Pengacara yang dihubunginya semalam menghubunginya pagi ini.

"Halo?"

"Bu Malini. Maaf sekali, saya tidak bisa menangani masalah Anda karena hari ini saya harus ke luar negeri dan akan kembali sekitar enam bulan kedepan. Maaf sekali," ucap pengacara itu.

"Baiklah." Malini memutuskan sambungan telepon dengan raut wajah sedih.

"Kenapa? Dia tidak mau menjadi pengacara mu? Ini pertanda kalau kita tidak boleh berpisah," kata Hudda, tersenyum senang.

Malini menoleh ke belakang, melihat Hudda tersenyum dengan mata menyipit dan dahi mengerutkan, sedang menerawang ekspresi bahagia suaminya itu.

"Jangan bilang kalau …." Malini menggantungkan perkataannya.

"Kalau aku ingin kamu segera bergegas," lanjut Hudda sambil berjalan mendekatinya dan mengambil dress di tangannya. "Aku tunggu di bawah. Jangan lama-lama." Hudda berjalan keluar dari kamar dengan senyuman yang menunjukkan perasaan senang.

Malini menghentakkan kaki karena kesal dan mengambil bantal yang ada di kasur, lalu melemparkannya ke arah pintu. Malini beralih duduk di tepi kasur sambil memperhatikan pakaian yang disiapkan suaminya itu.

"Dia mendominasi diriku. Baiklah, aku akan mengikuti perkataanmu. Aku akan memberikanmu kejutan yang tidak terlupakan," kata Malini dalam kegeraman sambil mencengkram erat sprei kasur.

1
sekarasih natalina
maaf ya saran aja ceritanya terlalu berbelit belit, dan terlalu byk intrik kyk sinetron ikan terbang
Konny Rianty
Alhamdulillah "" Akhir yg Bahagiaa"" Makasih Thorrrr....
Konny Rianty
Jangan lh" mdh² an Malini berjodoh lagi sm Huda"" kasian anak² Thorrr"" bongkar kebusukan Siska" Mdh² an Malini& Hudda kembali bersatu lagi Thorrr'" Ciannnn Anak- Anak...
Konny Rianty
Thorrr" bikin kedok Rangga& Siska terbongkar Thorrr"" Satu kan lagi Lini& Yuda " Kasian Anak- Anak
Sila Silawatidewi
fuj
yuyunn 2706
ya ampun Malini ini namanya tantangan utk cerai,jgn Krn anak hrga dirimu terinjak
yuyunn 2706
hebat Malini,sabarnya seluas samudra
yuyunn 2706
letoy amat Malini didorong smpe jatoh,balaslah dorong lagi
pipi gemoy
Rangga 🌹
pipi gemoy
karakter hudda 👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼
pipi gemoy
🌹👻
Jeni Safitri
Koq ceritanya rasa menggantung gini ya, itu suara wanita di telp suara siapa apakah masih ada pelakor lagi atau siska masih hidup atau saudara siska tuntut balas mengantung rasanya
Jeni Safitri
Apakah dion yg berkhianat krn diancam siska
Jeni Safitri
Ck.. Menghukum koq ttp menikahi siska yg ada masuk jurang lebih dlm
Jeni Safitri
Kakau bisa yidha juga di oenjara krn menutupi kejahatan sama aja ikut dlm.kerjasama
Jeni Safitri
Laki" kalau lemah dan tidak tegas ini akibatnya gampang di recoki pelakor
Jeni Safitri
Katanya ngak cinta tapi lgsg ngercep kasih oerhatian ke yuna, malini goblok mau aja di bodoh"in
Jeni Safitri
Ini lah makanya kalau ngak hati" dlm. Beeteman krn banyak teman yg membawa kehanvuran buat kita krn mrk merasa iri dengki melihat mesuksesan kita
Jeni Safitri
Mampus kamu malini emang enak di kerjain, makanya jadi wanita harus tegas kalau ngak sanggup suami selingkuh diam aja jangan cari" bukti, tapi cari bumti berarti siap utk pisah jangan diam aja akhirnya diam mu di manfaatkan org" gila
Jeni Safitri
Lihatlah malini betapa ngak ada hargadirinya kamu di mata dia krn itu mulutnya lemes mengatakan kakau sakit kenapa bertahan, masih aja kamu ngak mau pergi dari sisinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!