Safire adalah seorang Dokter di masa depan, tiba-tiba dia sudah berada di tubuh seorang Putri. Istri dari seorang Pangeran yang dulunya adalah kandidat Putra Mahkota terkuat, tapi karena suatu insiden memalukan akhirnya sang Pangeran harus kehilangan wajah dan wibawa-nya. Karena penjebakan Esmera, akhirnya dia harus menikahi wanita yang tidak disukainya. Seorang Putri yang sangat angkuh, jahat dan licik.
"Kau bangun?! Ckkkk.... aku kira kau mati! itu yang aku harapkan! Jangan pikir aku menyentuh dan menggaulimu karena aku menginginkanmu, Esmera! Aku dipaksa meminum obat oleh Ibu Suri karena kau merengek padanya. Kau bilang padanya setelah aku menikahimu aku tidak pernah menyentuhmu! Bahkan sekarang setelah aku menyetubuhimu, aku ji jik pada diriku sendiri!" ujar Pangeran Alexander berwajah ji jik.
Akankah Safire bisa merubah stigma buruk Putri Esmera, pemilik tubuh yang ia masuki?
Yuk, kepoin aja...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 13 Apa Kau Menyiksa Istrimu, Alex?
Bab.13
Safire memeriksa detak jantung, memeriksa pupil mata serta memeriksa bagian tubuh lainnya Pangeran Yaron.
Di mata Sang Ratu semua itu sangat lancang dan tak bermoral. Seorang wanita apalagi istri dari Pangeran mengangkat baju Pangeran Yaron dan beberapa kali memegang bagian tubuh putranya. Namun, ia hanya bisa menahannya.
"Aku sudah selesai, siapa yang akan mengurus Pangeran Yaron selama dalam pengobatanku? Itu harus orang yang sama, obatku tidak banyak dan tak mungkin memberikan pada setiap orang yang tertular."
"Memangnya bagaimana kau akan mengobatinya?" tanya Ratu.
"Pengobatan Pangeran Yaron harus secara bertahap, dalam jangka waktu yang panjang mungkin sekitar 6 bulan, setiap hari harus meminum obat dariku tidak boleh terlambat atau jangan sampai Pangeran Yaron tidak meminum nya sama sekali. Keteraturan meminum obat ini lah yang akan menentukan kesembuhan Pangeran, intinya obat dan waktu yang tepat untuk meminumnya hal yang terpenting dalam pengobatan ini. Mengerti?" Safire selesai menjelaskan.
"Anda mengerti, Yang Mulia Ratu?" tambah Pangeran Otis.
"Aku mengerti, ada istrinya. Biarkan istrinya yang rajin memberikan obat tepat waktu," jawab Ratu. Dia lalu menoleh pada pelayan pribadinya. "Bawa Putri Almera kesini!" titahnya.
"Baik, Yang Mulia Ratu."
"Jangan ada yang berada dekat dengan Pangeran Yaron selain yang mengurusnya, Anda juga harus menjaga jarak."
Ratu hanya mengangguk mendengar perkataan Safire.
Setelah menyerahkan obat - obatan serta menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat. Akhirnya Safire keluar dari ruangan bersama Pangeran Otis menuju ruangan selanjutnya.
Di dalam ruangan ada 4 pelayan wanita, 2 pelayan laki - laki. Safire memeriksa satu - persatu dan ternyata semua positif tertular. Untung saja masih ditahap awal, dan dosis obat bisa ia sesuaikan dengan dosis kecil karena obat untuk TBC hanya tersedia sedikit di kotak obat.
"Aku sudah selesai, mereka harus di isolasi. Pangeran Otis, bisakah kamu mendapatkan nama - nama yang selama ini berkontak dengan Pangeran Yaron, sekitar satu bulan ini. Karena jika tertular, dalam satu bulan ini akan ada gejalanya," pinta Safire, ia masih belum tenang karena kemungkinan orang - orang yang berkontak dalam jarak dekat dengan Pangeran Yaron masih ada selain para pelayan. Safire menarik sarung tangan medisnya lalu membuka masker di wajahnya.
"Baik, aku akan memeriksanya dengan menanyakan pada para pelayan. Kamu mau pergi? Apa kamu sehat? Wajahmu sedikit pucat?"
"Mungkin hanya kelelahan, tapi kamu benar. Tiba - tiba tubuhku terasa sakit, padahal tadi baik-baik saja. Aku--"
Tubuh Safire tiba - tiba terkulai lemas, untung saja Pangeran Otis sigap menangkap tubuh Safire.
"Putri?!" cemas Pangeran Otis.
Pangeran Otis memangku tubuh Safire keluar ruangan, "Isolasi mereka, jangan sampai keluar."
Para pengawal mengangguk.
"Ada apa dengannya?" Pangeran Alexander yang terus mengikuti Safire sekali lagi menghadang Pangeran Otis yang memangku Safire dalam pelukannya.
"Dia tiba-tiba tak sadarkan diri, sebelum pingsan dia mengatakan tubuhnya kesakitan. Aku akan memanggil tabib untuk memeriksanya," sahut Pangeran Otis.
"Biar aku yang membawanya, tidak pantas dilihat orang kalau Paman yang membawanya," Pangeran Alexander akan mengambil paksa tubuh Safire tapi Pangeran Otis dengan cepat menghindar.
"Aku yang akan mengurusnya," tanpa menunggu lagi Pangeran Otis membawa tubuh Safire pergi menuju ruangan nya di Istana.
"Paman !!" teriak marah Pangeran Alexander. "Sial! Apa rasa sakit Esmera berasal dari cambukan, apa efek obat toxax sudah hilang," gusar Pangeran Alexander.
Namun Pangeran Otis seakan menutup telinga tak ingin mendengar teriakan sang keponakan, ia hanya fokus pada tubuh wanita dalam pelukannya pergi dengan langkah cepat setengah berlari dari sana.
Di kamarnya sendiri, Pangeran Otis membaringkan tubuh Safire yang masih tak sadarkan diri. Ia meminta seorang pelayan untuk memanggil tabib dan tak lama tabib datang.
"Apa ini?!" sang Tabib terkejut.
"Ada apa?" Pangeran Otis semakin cemas.
"Denyut Putri lemah, bahkan sangat buruk."
"Tadi Putri mengatakan tubuhnya terasa sakit, bisakah kamu memeriksanya?"
"Baik," baru saja Tabib ingin memeriksa tubuh Safire, Pangeran Alexander masuk.
"Kalian lancang! Dia istriku, sembarangan kalian ingin memeriksa tubuhnya!"
Pangeran Otis semakin curiga, ia menajamkan matanya. Mendekati keponakannya dengan langkah tegas, menatap dingin Pangeran Alexander. "Apa kau menyiksa istrimu, Alex? Apa tubuhnya tidak boleh dilihat karena ada sesuatu yang ingin kau sembunyikan? Jawab!"
Pangeran Alexander membuang muka, "Tidak ada yang disembunyikan, aku akan membawa istriku pulang. Awas! Minggir!" ia mendorong tubuh Paman nya.
Bugh!
Pangeran Otis meninju wajah Pangeran Alexander sampai tubuh Pangeran Alexander terhuyung, ia lalu menarik pedang dari sarungnya dan menekan di leher keponakan nya itu. "Aku sudah dengan jelas mengatakan, aku akan menyakitimu kalau kau berbuat sesuatu pada Esmera!"