Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 27: Hukuman dari Raja
Li Fengran baru kembali ke Istana Qihua pada malam harinya. Saat itu, Wang Bi sudah selesai menyalakan lilin dan merapikan meja kerja.
Begitu melihat Li Fengran, dia menghampirinya dan memberi hormat seperti biasa. Li Fengran membalasnya, kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru aula.
“Kasim Wang, di mana Yang Mulia?”
“Tuan, Yang Mulia ada di ruang makan. Yang Mulia berpesan agar kamu segera menyusulnya jika sudah kembali.”
Kemudian, Wang Bi membawa Li Fengran ke ruangan yang dimaksud. Ruang makan itu tidak lebih dari sebuah ruangan di samping aula Istana Qihua.
Tampilannya tidak seperti ruang makan, tapi lebih mirip dengan ruang santai. Ada banyak rak berisi buku dan lemari berisi perabotan berharga. Di dindingnya terdapat banyak lukisan indah yang langka.
Nangong Zirui duduk di kursi tengah ruangan, membelakangi Li Fengran.
“Yang Mulia, Pemangku Pedang sudah kembali,” tutur Wang Bi. Nangong Zirui kemudian berkata, “Oh. Suruh dia duduk.”
Meja kecil itu pendek. Luasnya mungkin hanya satu meter kali dua puluh sentimeter. Di atasnya tersaji beberapa hidangan yang masih mengepul beraroma lezat. Li Fengran duduk di seberang Nangong Zirui, menatap makanan tersebut penuh minat.
“Makan!” ucap Nangong Zirui.
“Ah? Yang Mulia, bukankah ini hidangan makan malammu?”
“Kubilang makan!”
Li Fengran walau ragu, mengangkat mangkuk nasinya. Nangong Zirui juga mengangkat mangkuknya, namun tatapannya tidak lepas dari Li Fengran. Bahkan saat nasi di mangkuknya sudah habis, dia masih menatapnya. Li Fengran jadi tidak nyaman, dia buru-buru menghabiskan makanannya.
“Tubuh Pemangku Pedang terlalu kurus. Wang Bi, tambah semangkuk nasi lagi!” titah Nangong Zirui.
Li Fengran mendongak. Walau tubuhnya terbilang kecil, napsu makannya tidak besar. Satu mangkuk nasi berserta beberapa lauk sudah cukup mengenyangkan perutnya. Itu bisa bertahan sampai beberapa jam.
“Yang Mulia, aku sudah kenyang. Mangkuk nasi itu, sebaiknya Yang Mulia saja yang memakannya.”
“Aku bilang makan!”
Ada yang aneh dengan nada bicaranya. Malam ini, Nangong Zirui sepertinya tidak senang. Suasana hatinya sedang buruk. Itu menguar dan dirasakan Li Fengran. Nangong Zirui ini, sepertinya sengaja menumpahkan kekesalannya pada Li Fengran dengan menyuruhnya makan.
Tapi apa daya, Li Fengran hanya bisa menurutinya. Dengan terpaksa ia menghabiskan semangkuk nasi lagi. Perutnya sudah penuh, dia bahkan bersendawa dan segera menutup mulutnya. Nangong Zirui tampak tidak puas.
“Wang Bi, tambah dua mangkuk nasi lagi!” titahnya. Wang Bi menaruh dua mangkuk nasi di depan Li Fengran.
Li Fengran tidak sanggup lagi. “Yang Mulia, aku sungguh tidak sanggup menghabiskannya. Perutku sudah benar-benar penuh.”
“Makan!”
Li Fengran merasakan kemarahan dari suara itu. Ia memikirkan sesuatu, kemudian berkata, “Yang Mulia, aku sudah tahu salah.”
“Apa salahmu?”
“Aku tidak seharusnya kembali larut malam dalam menjalankan tugas.”
Jawabannya tidak memuaskan Nangong Zirui. “Wang Bi, hidangkan semangkuk sayur!”
Astaga, mengapa suasana hati raja yang satu ini begitu buruk? Li Fengran sungguh tidak sanggup harus makan sebanyak ini. Ia berpikir keras, mencari tahu sebab kemarahan Nangong Zirui yang berdampak padanya. Ia yakin pasti dirinya bersalah sampai Nangong Zirui menghukumnya.
“Yang Mulia, aku benar-benar sudah tahu salah,” ucapnya lagi.
“Di mana letak kesalahanmu?”
“Aku… tidak seharusnya berkelahi dengan pengawal cabul dari Zichuan dan menunda urusan. Jangan suruh aku makan lagi, Yang Mulia.”
Nangong Zirui menghela napas. Suasana hatinya berangsur-angsur membaik. Saat perkelahian terjadi, rupanya seorang pengawal penjaga gerbang datang melapor. Nangong Zirui sangat marah dan ingin pergi sendiri, namun Wang Bi mengatakan bahwa urusan tersebut biar diselesaikan sendiri oleh Li Fengran.
Meskipun begitu, Nangong Zirui tetap marah. Li Fengran telah melupakan apa yang pernah ia katakan waktu itu. Jadi, Nangong Zirui menghukumnya saat dia kembali ke Istana Qihua. Li Fengran dengan cepat mengaku bersalah, membuat kemarahannya perlahan mereda.
“Tapi, itu bukan salahku. Pengawal cabul itu bersikap kurang ajar padaku. Aku ini wanita baik-baik, mana mungkin dinodai pria cabul seperti itu. Aku hampir bisa mematahkan tangannya jika calon ratumu tidak menghentikan kami.”
“Masih beralasan? Xiao Feng, apa kamu lupa apa yang kukatakan tempo hari? Aku menyuruhmu untuk datang padaku jika seseorang mengganggumu!”
“Aku tahu. Tapi Yang Mulia, jika aku tidak menyelesaikan masalahku, bagaimana bisa aku sepadan dan pantas berdiri di sampingmu? Bukankah Pemangku Pedang juga melindungi Raja?”
“Aku tidak mau kamu melindungiku. Kamu hanya perlu hidup dengan baik.”
“Mana bisa. Aku menerima gaji, Yang Mulia juga sangat baik padaku. Yang Mulia memimpin negara, banyak urusan yang harus ditangani. Masalah seperti itu tidak perlu merepotkan Yang Mulia. Lagipula, dia yang lebih dulu menyinggungku. Kebetulan, Yang Mulia dapat menggunakannya untuk mencari perhitungan dengan Zichuan. Orang-orang dari sana ternyata sangat arogan!”
Nangong Zirui memijat keningnya. Walau Zichuan harus ditangani, tapi dia tidak mau memanfaatkan kemalangan yang menimpa Li Fengran. Untuk urusan merebut kembali kekuasaan, dia punya cara sendiri. Li Fengran tidak perlu berkorban untuk dirinya.
“Kamu hanya perlu menuruti perintahku. Masalah hari ini, aku memaafkanmu,” ujar Nangong Zirui.
“Yang Mulia memang baik!”
“Sudahlah. Kamu bisa kembali ke istanamu. Persiapkan dirimu untuk perjamuan esok hari.”
Li Fengran mengangguk. Hatinya senang karena suasana hati Nangong Zirui membaik dan kemarahannya mereda. Dia kembali sambil bersenandung.
Di dalam ruangan, Nangong Zirui bergumam, “Xiao Feng, jangan membuatku marah. Aku mungkin tidak dapat menahan diri jika kamu melakukan kesalahan lagi.”
Mendengar gumaman itu, Wang Bi tersenyum diam-diam.
***
Pada hari perjamuan, langit di awal musim semi begitu cerah.
Aula Linglong sudah disiapkan sedemikian rupa. Beberapa tamu undangan penting, terutama para menteri dan bangsawan, telah tiba dan duduk di tempat mereka. Beberapa dari mereka saling bertegur sapa.
“Yang Mulia Raja tiba!”
Begitu kedatangannya diumumkan, semua orang serentak berdiri dan mengucapkan selamat datang. Pria itu duduk di singgasananya setelah menyuruh semua tamunya duduk kembali.
Pandangannya mengedar seperti sedang mencari sesuatu, namun kemudian berhenti tepat pada kursi tempat Tuan Besar Zichuan yang masih kosong. Semua orang secara alami mengikuti arah pandangnya.
“Apakah Tuan Besar Zichuan belum tiba?” tanya Nangong Zirui pada Wang Bi. Dengan postur khasnya yang selalu memegang cambuk bulu di tangan, Wang Bi menjawab, “Sepertinya belum, Yang Mulia. Tuan Besar Zichuan juga tidak mengirimkan kabar.”
Tampaknya, itu memicu perbincangan. Tiga tuan besar lainnya yang duduk bersebelahan mencibir.
“Zichuan selalu arogan dan sombong. Beraninya dia datang lebih lambat daripada Yang Mulia Raja,” cibir Tuan Besar Beichuan, Su Ren.
“Aih, jika aku tidak menghampirimu, bukankah kamu juga akan terlambat?” Fei Song, Tuan Besar Nanchuan menimpali.
Tapi, Li Yan, Tuan Besar Dongchuan tidak ikut bicara. Sejak memasuki aula Linglong, dia hanya bicara beberapa patah kata dengan beberapa orang.
Dia tampak memendam sesuatu, namun tidak berani dikatakan. Ia hanya duduk dengan tenang dan mendengarkan ocehan dua tuan besar lainnya yang membicarakan tuan besar dari Zichuan yang sangat lambat.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pelayan yang mengumumkan kedatangan Ibu Suri dan para selir, termasuk calon ratu. Apa yang paling mengejutkan ialah kenyataan bahwa Tuan Besar Zichuan yang mereka bicarakan ternyata berjalan di belakang rombongan para wanita.
Ibu Suri langsung duduk di tempatnya di sisi kanan Nangong Zirui, sementara Su Min dan Fei Jia duduk di kursi yang lebih rendah. Sedangkan untuk Shen Lihua, dia duduk di dekat Nangong Zirui, tapi tidak dapat duduk di kursi ratu. Shen Jinglang masih berdiri di tengah aula, kemudian dia membungkuk memberi hormat.
“Hormat kepada Yang Mulia. Aku terlalu merindukan adikku dan kebetulan bertemu dengan Ibu Suri dan Nyonya Selir dalam perjalanan, hingga menunda kedatangan. Harap Yang Mulia tidak marah atas keterlambatan yang tidak disengaja ini,” ucap Shen Jinglang. Bicaranya terdengar tulus, namun justru menggelikan di telinga Li Fengran.
Nangong Zirui pura-pura bermurah hati, dia menyembunyikan kemarahan dan kekesalannya di dalam hatinya. “Tuan tidak perlu sungkan. Bagaimanapun, kamu adalah keluarga dari calon ratu. Jika kamu merindukannya, kamu bisa mengunjunginya lain waktu.”
“Terima kasih atas perhatian dan kemurahan hati Yang Mulia.” Shen Jinglang kemudian menatap Li Fengran yang berdiri di dekat Nangong Zirui, pura-pura tidak tahu, tersenyum lalu berkata, “Apakah yang berdiri di sebelah Yang Mulia adalah Pemangku Pedang?”
“Ya.”
“Saya sudah lama mendengar nama Pemanngku Pedang. Tidak disangka, ternyata Pemangku Pedang adalah seorang nona yang sangat cantik dan elegan.”
Entah mengapa, kalimat pujian itu seperti sebuah bulu ayam yang menggelitik telinga dan pinggang Li Fengran. “Tuan Besar terlalu memuji. Saya hanya seorang pejabat wanita yang beruntung menjadi pendamping Yang Mulia Raja.”
“Tuan Besar, silakan duduk,” ucap Nangong Zirui.
Di dalam pikiran Li Fengran, Shen Jinglang ini sama seperti Chen Pang. Majikan dan bawahan sama-sama mesum dan suka menggoda. Hanya karena kuasanya besar, dia berani datang terlambat di perjamuan sepenting ini. Dia pikir dia siapa? Orang yang menjadu pemilik istana ini masih Nangong Zirui, seharusnya dia bisa bersikap sopan!