NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rencana ibu

Sejak pagi semua pegawai di toko Acing sibuk menurunkan semen yang harus dipindahkan dari kontainer ke gudang belakang.

Tak terkecuali Aruna yang tiap Sabtu akan kerja full time, sekolahnya yang full day libur tiap Sabtu dan Minggu.

Rambut Aruna sudah sangat lepek dan mengumpul karena basah dan berkeringat. Dia adalah satu-satunya wanita yang ikut mengangkut semen diantara tiga lainnya.

Sudah lewat tengah hari saat pekerjaan itu selesai. Nampak semuanya tengah duduk selonjoran sambil mengipasi diri sendiri saat Acing datang.

"Sudah selesai rupanya" kata Acing senang, pegawainya sangat cekatan.

"Ini orderan yang harus Lo kirim besok ya, Run" kata Acing memberikan selembar kertas berisi catatan pesanan.

"Iya ko" jawab Aruna.

"Mau makan apa nih?" tanya Ko Acing, ke empat karyawannya jadi berbinar.

"Males banget cuma ditanya doang, mah" kata pak Wanto.

"Kalau gue nawarin, berarti gue beliin. Kayak baru kenal kemarin Lo sama gue, Wanto" kata ko Acing .

"Canda doang bos" jawab Wanto.

"Nasi Padang ko, enak itu. Porsinya juga banyak. Kenyang pasti" celetuk Rizal.

"Boleh deh" kata Acing.

"Tolong beliin ya, Run. Nasi Padang yang biasanya" kata Acing yang sudah memberikan beberapa lembar uang pada Aruna.

"Iya ko" jawab Aruna.

"Pakai motor toko saja Run, jangan jalan kaki. Lama sampainya kalau jalan mah" teriak Wanto sambil melemparkan motor inventaris toko yang dia kantongi kepada Aruna yang sigap menangkapnya.

"Gue anterin deh, Run" kata Rizal yang sepertinya juga jengah berlama-lama di toko.

"Iya bang" kata Aruna memberikan kunci motor pada Rizal.

Keduanya pergi berboncengan menuju warung nasi Padang yang sering didatangi jika Acing mentraktir. Mereka tentu jarang sekali makan nasi Padang jika membeli sendiri. Sayang uangnya kalau dibelikan hal yang tidak penting.

Bagi mereka lebih baik membeli beras dan telor yang bisa dimakan bersama keluarga.

Sampai di toko, Aruna memesan nasi dengan lauk yang sama. Lima bungkus nasi karena Acing bilang juga mau sekalian makan bersama.

Asyik menunggu saat pesanan dibuat, sementara Rizal duduk diatas motornya. Sebuah suara terdengar menyapanya.

"Aruna bukan?" suara seorang perempuan dari balik tubuh Aruna.

"Hai Mina" jawab Aruna yang tak mau dianggap sombong meski sebenarnya tak berniat mengobrol.

Mina terdiam, menamatkan penampilan Aruna dari ujung rambut hingga ujung kaki yang memang sedang memakai baju kebangsaan pertokoan. Ada merk dari satu cat tembok ternama di punggungnya.

"Lo gini amat sih? Memangnya habis darimana?" tanya Mina dengan pandangan jijik.

"Gue kerja" jawab Aruna.

"Lama banget Mina" kata suara lain, Aruna ikut menoleh.

"Kamu Aruna ya? Anak buahnya Acing yang kemarin, kan?" tanya Pak Kim, rupanya Mina sedang makan bersama keluarganya.

Aruna hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Kamu nggak libur kerjanya?" tanya Kim.

"Tidak pak, sekolahnya yang libur" jawab Aruna.

Kim mengamati Aruna dengan intens. Terasa kasihan sekali melihat Aruna yang bekerja keras di usianya yang masih sangat muda. Apalagi bekerja di toko bangunan, itu kan sangat melelahkan.

"Run, ini sudah selesai pesanan kamu. Mau sekalian sama minumnya nggak?" tanya penjual yang sudah mengenali Aruna.

"Nggak usah Bu, di toko ada air galon" jawab Aruna sambil mengambil tiga bungkus kantong kresek dari tangan penjual.

Menaruhnya sebentar diatas meja untuk membuka dompet usangnya. Uang dari Acing tadi dia masukkan ke dalam dompet itu.

Perbuatan Aruna masih tak lepas dari mata Mina dan Kim yang ikut melihat ke dalam isi dompetnya.

Ada foto bapak dan ibu Aruna yang kemarin ibunya berikan. Nampak Mina dan Kim jadi penasaran. Mereka ingin tahu seperti apa orang tua Aruna yang sebenarnya.

Lantas kembali berpura-pura tidak melihat saat Aruna selesai membayar pesanannya untuk memasukkan uang kembalian.

"Gue duluan ya, Mina. Permisi om" pamit Aruna pada bapak dan putrinya yang masih saja menyimpan rasa penasaran di hati.

"Oh iya" jawab mereka kompak.

Aruna menoleh sebentar lalu benar-benar pergi.

......................

Selesai dengan urusan perut dan istirahat sebentar. Kini semua pegawai di toko Acing kembali bersiap untuk menata barang ke dalam kontainer seperti yang sudah direncanakan.

Kontainer milik perusahaan semen yang Acing pinjam untuk mengirim barangnya sendiri ke toko cabang di luar kota. Tidak jauh sebenarnya, tapi kalau pakai mobil pick up akan bolak-balik dan makan lebih banyak biaya.

Jadi Acing memilih untuk meminjam kontainer itu dengan sedikit kucuran dana pada pegawai di bidang yang bersangkutan. Semua aman jika dilakukan sesuai perjanjian.

Barang yang harus dibawa esok hari kebanyakan adalah semen, perlengkapan dapur seperti kran, selang air, wastafel dll. Juga beberapa ember dan tali tambang. Seperti barang yang dijual di toko bangunan pada umumnya.

Sementara untuk pasir, koral ataupun gamping sudah bisa disediakan sendiri oleh toko cabang.

"Lembur kagak selesai-selesai. Malah besok masih lembur lagi. Awas saja kalau bonusnya nggak double-double juga, ko" celetuk Wanto yang masih berseliweran untuk memasukkan barang-barang ke dalam truk kontainer.

"Lo tenang saja, Wan. Memangnya selama Lo kerja sama gue pernah gitu gue pelit sama kalian?" balas Acing yang masih sibuk dengan pena, buku dan kalkulator.

"Iya, percaya gue mah" balas Wanto.

"Run, besok Lo nyetir truknya pas berangkat ya. Kan enak tuh masih fresh, masih segar udaranya. Biar gue pulangnya saja. Kasihan Lo kalau nyetir pas pulang, pasti capek kan habis ngangkatin barang" kata Rizal yang berunding sembari tetap mengangkat barang-barang yang harus terkirim besok.

"Iya bang" jawab Aruna.

"Terus sopir semennya nginep dong disini bang?" tanya Mita, kasir toko bangunan ini.

"Iya neng, sekalian ada urusan disini gue" kata pak sopir yang mendengar namanya disebut.

"Oh" jawab Mita lalu meneruskan kegiatannya yang berurusan dengan alur uang.

Penataan barang ke dalam truk ternyata memakan banyak waktu. Tapi Acing memperbolehkan anak buahnya pulang sehabis Maghrib, tidak seperti hari biasanya yang pulang jam setengah delapan.

Setelah berpamitan, Aruna melangkah riang karena rencananya dia akan membeli seragam sekolah selepas kerja.

Berhubung masih sore, Aruna jadi semakin bersemangat. Dan ternyata pemilihan baju yang dia perkirakan akan lama nyatanya tak butuh waktu lebih dari satu jam.

Saat kembali ke rumah, rupanya ada sang ibu yang duduk di kursi ruang tamu.

"Ada ibu" gumam Aruna yang menghentikan langkahnya di halaman rumah Marni.

Memasukan kantong kresek berisi seragam barunya ke dalam tas agar ibunya tak banyak bertanya. Lalu berjalan kembali memasuki sarang singa betina di hadapannya.

"Tumben Lo sudah pulang masih sore gini?" tanya sang ibu tanpa mau memandangi Aruna, fokusnya pada gawai di tangan.

"Besok aku lembur, Bu. Jadi ko Acing menyuruh kami cepat pulang biar nggak kecapean" jawab Aruna yang meneruskan langkahnya menuju kamar.

Berbaring diatas ranjang tanpa kasur, hanya dilapisi triplek yang didapat dari belas kasih Acing.

Tadi dia sudah mandi di toko, jadi sekarang dia bisa langsung rebahan.

"Gue lihat lo nggak pernah jalan sama cowok, Run. Lo nggak punya pacar ya?" tanya ibunya, tumben sekali mau mengajak bicara.

"Nggak minat Bu" jawab Runa.

"Lo nggak belok kan? Lo tetap sukanya sama lawan jenis kan, Run?" tanya ibunya dengan nada mengejek.

"Aku bahkan nggak suka sama lelaki maupun perempuan" jawab Aruna.

"Cg! Lo nih" gumaman ibunya masih bisa Aruna dengar.

"Gimana kalau gue kenalin sama anak dari pacar gue, Run? Dia orang kaya banget. Lo bisa deh dijadikan bini kedua. Kalau nanti Lo sudah bosan, tinggalin saja terus gue cariin cowok lain yang nggak kalah kaya" kata Selly dengan pikiran jahatnya.

"Kalau Lo bisa hidup enak, kan nantinya gue ikutan hidup enak Run. Nggak miskin terus seperti ini. Gue sudah bosan banget hidup miskin" kata Selly.

"Aku masih mau sekolah, Bu. Nanti aku pastikan akan jadi orang sukses meski tak harus jadi istri kedua, Bu" jawab Aruna.

"Goblok memang Lo jadi orang" umpat ibunya.

Aruna hanya diam, membantah juga bisa berakhir berdarah. Jadi lebih baik diam karena sepertinya ibunya sedang dalam mood yang baik.

Sudah hampir tengah malam saat Selly pergi, Aruna yang mendengar pintu rumahnya ditendang bangun untuk menutup dan menguncinya.

Ibunya pergi lagi.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!