Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 27
Bukan kompetisi jika mereka tak merasakan takut, bukan kompetisi jika mereka tidak berjuang sampai titik keringat terakhir.
Bahkan udara dingin benua 4 musim ini tak bisa menahan baju mereka basah dari keringat. Jarak yang jauh harus dibayar dengan sebuah kepuasan dan penghargaan.
Bukan lagu yang tengah hits dan naik daun yang mereka pakai untuk mengiringi tarian serta koreografer Desta X, namun satu karya anak negri (komposer) bernama DJ Shanneta Amber yang dibuat khusus untuk mengiringi Desta X di kancah Internasional. Sebuah midley lagu daerah dan lagu nasional serta musik modern yang dipadukan dengan alat-alat musik tradisional.
Zea meneguk air minumnya hingga tandas, kilauan keringat masih membasahi sekujur badan, ucapan tim dance dari negara lain masih berdengung di telinga layaknya hukum bacaan dari kitab suci umat Islam.
"Latihan terakhir kita cukupkan sekian, apapun hasilnya. Biyang bangga kita sudah sejauh ini membawa nama bangsa...bagaimana pun nanti disana, tetap percaya diri! Siapapun lawannya, kita buktikan kualitas negri pertiwi!"
"Desta X!!!" seru mereka.
Zea baru saja bersih-bersih, ia kemudian melapisi dirinya dengan swetter tebal miliknya untuk memeluk diri dari hawa dingin, sambil membawa coklat panas, ia kini berhadapan dengan layar ponsel.
"Mamiiiihhhh!" serunya berdadah-dadah ria ke arah layar, dimana wajah mama Rieke terpampang bersama papa Rangga.
"Wa'alaikumsalam," jawab papa.
Zea tertawa mendengarnya, "iya. Assalamu'alaikum!" balasnya. Bukan sosok Zea yang papa cari, namun bripka Maysa, melihat sosok ajudan Zea akhirnya melintas di belakang anaknya itu, membuat papa Rangga menghela nafas lega.
Zea sampai menoleh ke belakang, "papi nih! Yang diliat malah tante Maysa...mih, papi kayanya naksir tante May!"
"Sembarangan!" tukas mama Rieke, Clemira yang baru masuk kamar, ikut bergabung duduk di samping ranjang Zea, "hay tante om!" serunya tiba-tiba merangkulkan tangan di pundak Zea.
"Hay Cle sayang, gimana nih disana?" tanya mama Rieke.
"Baik tan, kita ada rencana jalan-jalan bentar setelah acara kompetisi udahan...boleh kan ya?!" ijin Clemira.
(..)
Obrolan berjalan begitu hangat, Zea selalu menghubungi orangtuanya demi mengusir kekhawatiran mereka di tanah air.
"Hape lo bunyi tuh!" tuduh Zea mendengar sayup-sayup suara ponsel Clemira.
"Eh, iya!" Clemira mencari dimana ponselnya, sudah pasti panggilan dari abi dan uminya. Clemira segera beranjak lalu mengangkat panggilan video tersebut.
"Assalamu'alaikum abi,"
"Eh ada bang Saga juga di rumah?" seru Clemira, Zea yang sedang meneguk coklat panasnya sempat menghentikan sejenak seruputannya, hatinya sempat berdenyut singkat ketika nama si abang ganteng itu disebut.
"Nginep di hotel mana?" tanya Eyi, sontak Clemira mengedarkan layar ponselnya menunjukan kondisi ruangan serta pemandangan kota pada mereka.
Sagara yang memang berada di rumah Rayyan dapat melihat sekilas si gadis nekat yang memang menjadi incarannya sejak kemarin itu sedang duduk bersila di atas ranjang memegang gelas mug putih.
"Ze, umi--abi gue nih, say hay!" pinta Clemira.
Zea langsung tersentak dan menjatuhkan pandangan pada ponsel Clemira, *dasar si alan si Cle! Gue juga udah tau dari tadi, tapi masalahnya ada bang Saga! Huffttt*! Zea menghembuskan nafas berat, ia segera memasang wajah tersenyum riang, "hay om Ray....tante Eyi!"
"Hay Ze! Sehat nak?!" sapa mereka.
Mau tak mau tatapannya ikut jatuh ke arah belakang Eyi, dimana Sagara duduk di depan tv, Zea mengangguk paham, bahkan lelaki itu tak berniat sedikit pun melihatnya ketika namanya diserukan.
"Gue ke kamar Iyang dulu. Ada perlu," ujar Zea mencoba menghindar. Padahal disana Sagara tau jika Zea sedang melihatnya dan itu pasti.
Sagara terkekeh tanpa suara, lalu merogoh ponselnya, beranjak dari tempatnya dan keluar dari rumah menuju teras.
"Ish, bang Saga nyebelin banget! Ngga denger nama Ze disebut tante Eyi gituh, ngga pengen mandang barang sekilas aja gituh?" gumamnya mendumel di luar kamar, ijinnya hanya alasan saja untuk menghindari pembicaraan bersama tante Eyi dan om Ray yang sudah pasti akan membuatnya susah move on dari Saga. Namun tiba-tiba....
"Eh, siapa ?" Zea merasakan getaran di saku celananya lalu mengambil ponsel dari sana, alisnya naik ketika nama Sagara menghiasi layar ponsel.
"Hallo, assalamu'alaikum? Atau ngga usah dijawab aja?" Zea malah bermonolog bingung sementara dering di ponselnya terus menjerit.
"Arrghhh, kenapa harus kalah sama pesona sih?!" kesalnya menggerutu, hingga pada akhirnya Zea mengangkat panggilan Sagara.
"Hallo," cicitnya merasa canggung.
*Assalamu'alaikum, Ze*...
Zea menggigit bibir bawahnya di depan kamar tanpa sadar ia sedang diperhatikan Maysa.
"Wa'alaikumsalam."
*Kok pergi*?
"Ya?" beo Zea, "oh anu bang....Zea ada perlu sama Iyang..." jawabnya mengangguk-angguk di tempat, ia bahkan sudah meninju-ninju tembok hotel yang tak punya salah apapun saking gemasnya.
*Oh, Iyang itu pacar kamu*?
Jelas Zea menggeleng disana meski Sagara tak dapat melihatnya, "ahhahaha..." gadis itu tertawa garing, "bukan bang---bukan. Zea ngga punya pacar!"
Sagara tersenyum di tempatnya meski sambil jongkok di teras rumah dinas Rayyan, "oh."
"Cuma oh doang bang?" kekehnya menggoda seperti biasa.
"Abang kalo ada waktu, nonton Zea ya...disana pasti sekarang jam 9 malem," Zea melirik sejenak jam di ponselnya.
*Iya. Ada live streamingnya*? tanya Saga.
"Ada bang. Di channel ---- tube. Nanti Zea kirim linknya,"
*Oke. Ze...sebenernya*----
"Zea! Dipanggil Biyang sama bu Wangi!" teriak Jani.
"Bang, nanti kita sambung lagi ya...abang mau ngomong apa barusan?"
Sagara menelan kembali rangkaian kalimat yang sudah ia siapkan untuk Zea, seakan gai rah untuk membalas cinta Zea membumbung tinggi menyatu berdama awan, semoga saja angin dapat menerbangkannya sampai ke negri ratu elizabeth dan sampai di payung langit Zea berada.
*Nanti aja kalo kamu ngga sibuk. Semangat Ze, abang do'ain dari sini*.
Zea benar-benar tersenyum lebar, "makasih bang. Kalo gitu Zea tutup telfonnya ya."
Lain halnya dengan Zea yang kembali menemukan semangat tambahan, Clemira sedang mengerutkan dahinya ketika pesan singkat masuk, mengganggu layar saat sedang bervideo call, "nomor siapa sih ini?!"
*Hay, Clemira. Gimana kabarnya. Semangat disana ya*.
Rayyan bereaksi, "siapa moy? Cowok? Cowok mana, bilang abi?!"
Eyi menyikut perut suaminya, "galak banget bapak. Biasa aja bang, kaya ngga pernah deketin cewek aja dulu!" omel Eyi.
"Ngga tau bi...nomornya ngga ada namanya, cuma foto profilnya seragam loreng di depan moncong pesawat kaya yang biasa dibawa abang Saga terbang!" jelas Clemira.
"Kurang aj ar. Anak loreng?! Anak loreng mana yang berani deketin anak letnan kolonel Rayyan?!"
Eyi kembali menyikut Rayyan, tak suka dengan sikap posesif sang suami pada putrinya, "beruntung dulu opa Gau ngga kaya gini sama abang...abang udah kaya umi, bang Fath aja ngga seheboh abang ih!"
"Beda, anak bang Fath cowok semua, fighter! Pengejar, iya ngga Ga?!" Sagara yang baru saja kembali langsung mendongak kebingungan.
"Beda sama cimoy, kenekatan si cowok mesti di tes dulu!" balas Rayyan.
Eyi mencebik, "di tes. Kaya mau masuk kesatuan aja. Untung dulu opa ngga tes abang gaya batu di palung mariana dulu, buat liat kesungguhan abang sama Eyi!" debatnya lagi.
Clemira menggaruk kepalanya mendadak punya anak kutu seabrek-abrek, "ini kenapa jadi abi sama umi yang berantem sih?!"
Sagara tertawa kecil melihat kehebohan keluarganya itu, lain hal jika abinya yang tak mau ambil pusing ocehan umi Fara, lain pula dengan Rayyan yang selalu tak mau kalah dari mulut Eyi.
Siapa? Ketik Saga pada Clemira, *coba kirim nomornya ke abang*.
Clemira melihat pesan yang dikirim Saga diantara perdebatan Eyi dan Ray di layar sana.
Ia kemudian mengirimkan itu pada Saga hingga Saga membalas kembali.
*Lettu Pratama Adiyudha*. balasnya.
Clemira mengerjap tak percaya, otaknya langsung memutar mencari wajah sang letnan satu.
.
.
.
.
.
Noted :
Shanneta Amber, adalah pemeran utama di karya "Mengejar Barokah". Bagi yang penasaran dan belum tau kisahnya boleh kepoin kisahnya ya, klik profilku aja dengan judul diatas.