Alvaro rela mengorbankan mimpinya untuk menjadi seorang polisi demi sang istri. Dia bekerja keras di siang dan malam untuk bisa membiayai kuliah sang istri, sehingga akhirnya sang istri diterima bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan raksasa.
Suatu hari, istrinya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut meninggal. Alvaro rela menggantikan istrinya sehingga dia yang dipenjara, mengakui kesalahan yang sama sekali bukan dia perbuat.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dan meninggalkan Alvaro yang telah banyak berkorban untuknya.
Setelah keluar dari penjara, Alvaro bekerja menjadi seorang detektif swasta, mengandalkan kemampuannya dalam mengungkapkan banyak kasus.
Alvaro tak pernah bisa melupakan bagaimana perlakuan buruk mantannya terhadap dirinya, Alvaro berjanji akan membalas semua perbuatan mantan istri dan selingkuhannya, sehingga dia memanfaatkan adik ipar sang mantan sebagai pion rencana balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Satu jam sebelum terjadi insiden penabrakan yang dilakukan oleh Bianca terhadap korban yang sedang menyebrang jalan.
Siang itu sekitar jam 12 siang, di salah satu hotel mewah yang ada di ibu kota, terlihat ada dua sejoli yang sedang berbagi peluh bersama diatas ranjang tanpa ada ikatan pernikahan diantara mereka, karena sang wanita telah berstatus menjadi istri orang lain.
Wanita tersebut bernama Bianca, dan selingkuhannya bernama Dimas, sementara suaminya Bianca bernama Alvaro.
Ketika mereka sedang bersama, pasti hari-hari mereka dipenuhi dengan bercinta dan bercinta, tak memperdulikan sang suami yang sedang bekerja keras demi dirinya.
"Ahh terus Bianca!" Dimas mengerang penuh nikmat ketika merasakan Bianca sedang berpacu kuda diatas pinggulnya, dia membantu Bianca untuk mempercepat gerakannya dengan memegang pinggang Bianca.
"Lebih cepat lagi, Bi!" pinta Dimas.
Bianca pun mengabulkan keinginan Dimas, dia harus membuat selingkuhannya itu puas, karena Dimas adalah aset yang berharga untuknya demi mencapai kesuksesan yang dia idam-idamkan dari dulu.
Bianca merasakan dirinya akan menuju pelepasan, sehingga dia semakin mempercepat gerakannya diatas Dimas, sampai keduanya mengerang secara bersamaan.
"Ahhh.... ahhhh.....ahh...." Bianca melenguh nikmat, tubuhnya ambruk di tubuh kekarnya Dimas. Nafasnya tersengal-sengal.
Bianca sama sekali tidak merasa bersalah kepada Alvaro yang sedang bekerja keras untuknya rela menantang maut, dia begitu menikmati kebersamaan dan kemewahan yang telah Dimas berikan kepadanya.
"Ahhh... kau membuat aku puas, Bi." Dimas membalikkan posisi, sehingga dia yang berada diatas, lalu menyambar bibir Bianca, kemudian menyambar buah semangka favoritnya.
"Dimas, aku lagi hamil." Bianca memperingatkan Dimas untuk tidak terlalu lama menindih tubuhnya.
Dimas pun segera memposisikan dirinya berada disamping Bianca, kedua sejoli itu saling berpelukan.
Dimas dan Bianca kebetulan kuliah di kampus yang sama, dari dulu Dimas mengejar Bianca walaupun Bianca telah menolaknya beberapa kali dan mengatakan bahwa dia telah memiliki suami, karena Bianca sangat mencintai Alvaro. Dulu dia adalah tipe wanita yang setia.
Namun, Bianca berubah pikiran ketika dia lulus kuliah, Dimas menawarkan pekerjaan padanya, ternyata Dimas adalah putra dari pemilik Perusahaan Alpha, salah satu perusahaan raksasa di negeri ini.
Bianca baru dua bulan memulai hubungan dengan Dimas, bertepatan dengan lamanya dia bekerja di Perusahaan Alpha karena diiming-imingi akan dijadikan manager disana. Dimas sama sekali tidak peduli dengan status Bianca yang masih berstatus sebagai istri orang dan dia tak peduli walaupun kini Bianca telah mengandung 3 bulan anak suaminya.
Bianca mengelus-elus perutnya yang masih rata, "Sebenarnya aku belum siap hamil, padahal aku baru aja melebarkan sayap aku di perusahaan." keluhnya.
"Kamu tenang saja, aku akan bantu kamu untuk menggugurkannya. Lagian kalau kamu hamil, perut kamu bakalan buncit dan lebar, aku gak suka cewek gendut."
Bianca tak menanggapi perkataan Dimas, sebenarnya dia ingin menggugurkan kandungannya, tapi dia harus mencari cara agar Alvaro tidak curiga, seolah-olah dia keguguran karena kecapekan atau terjatuh, Alvaro pasti akan marah padanya jika seandainya dia tahu bahwa dia akan mengugurkan buah cinta mereka dengan sengaja.
Dimas memainkan buah semangka Bianca dengan tangannya, memilin bagian puncaknya dengan jarinya. "Kapan kamu akan bercerai dengan suamimu, Bi? Aku ingin segera memiliki kamu seutuhnya, aku ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah milikku. Kita saling mencintai, itu artinya kita harus memperjuangkan cinta kita."
Cinta? Jika dibilang Bianca mencintai Dimas, itu rasanya salah besar, dia berselingkuh dengan Dimas karena Dimas adalah pria yang tajir, dia hanya menginginkan hidup nyaman dan serba berkecukupan. Walaupun sebenarnya hatinya tidak bisa menghapus rasa cintanya untuk sang suami.
"Aku tidak tahu, aku butuh waktu untuk bisa lepas dari suamiku." lirih Bianca.
Bianca dan Dimas segera bangkit, mereka memakai pakaiannya kembali yang berserakan di lantai, karena harus kembali ke kantor.
Bianca dan Dimas pergi dari hotel dengan menggunakan mobilnya masing-masing, awalnya Dimas duluan yang pergi, baru setelah itu Bianca yang pergi.
Bianca nampak terburu-buru sekali mengendarai mobilnya, karena takut telat masuk ke kantor, dia sudah pernah mendapatkan teguran dari Pak Riki, ayahnya Dimas, gara-gara telat masuk, Dimas memang sering sekali mengajaknya bercinta dan tak tahu waktu.
Saat itu suasana lagi sepi, sehingga Bianca nekad untuk menerobos lampu merah dengan kecepatan tinggi, Bianca sangat terkejut ketika melihat ada seorang kakek tua tengah menyebrangi jalan di zebra cross.
Brrrmm...
Brrrmm...
Brrrmm...
Bianca tak dapat mengendalikan mobilnya, sehingga mobil yang dia kendarai menabrak kakek tua tersebut.
Brakk...
Tubuh kakek tua itu telah terpental jauh, sehingga kepalanya terbentur ke aspal dan mengeluarkan banyak darah, sampai tubuhnya mengejang. Mungkin karena suasana begitu sepi sehingga tak ada yang menolong kakek tersebut.
Bianca sangat panik, dia tak bisa berpikir jernih, sehingga dia memilih untuk melarikan diri. Memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setelah berada di jembatan yang sangat sepi, Bianca menepikan mobilnya, tangannya gemetaran, sampai keringat dingin membasahi wajahnya, nafasnya tersengal-sengal, tak tau harus berbuat apa sekarang, kakek yang dia tabrak pasti sudah mati jika mengingat bagaimana kondisi kakek tersebut.
"Astaga, apa yang harus aku lakukan?" Bianca baru mengingat di lokasi kejadian itu terdapat kamera CCTV. Pasti kejadian mobilnya menabrak kakek tersebut telah terekam di kamera CCTV yang ada disana.
Bianca tidak ingin di penjara, dia benar-benar merasa hidupnya hancur jika harus hidup di balik jeruji besi, dia akan kehilangan karir yang baru saja dia raih. Dia tidak ingin hidupnya menderita.
Hanya satu orang yang dia ingat ketika dia sedang terpuruk seperti ini, siapa lagi kalau bukan suaminya, Alvaro.
Baru juga memikirkan Alvaro, pria itu ternyata mengirim pesan kepadanya. Bianca segera membaca pesan dari sang suami.
[Kerja yang semangat sayang, mau aku belikan apa buat makan malam nanti?]
Setiap hari Alvaro memang sering mengirim pesan kepada Bianca untuk menyemangatinya ketika tiba jam istirahat, tapi Bianca jarang membalasnya dengan alasan sibuk, karena setiap jam istirahat, dia sibuk melayani nafs-su bejatnya Dimas.
Tanpa berpikir panjang Bianca segera menelpon Alvaro, memberitahunya tentang kejadian yang telah dia alami, bagaimanapun juga hanya Alvaro yang mampu melindunginya dalam keadaan terpuruk seperti ini. Bahkan Pria itu rela melakukan apa saja demi kebahagiaan Bianca.
Hanya Alvaro satu-satunya orang yang bisa menolongnya disaat terpuruk seperti ini.