Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecolongan Dana.
Pagi-pagi sekali Diego sudah dibuat murka seperti singa yang baru saja dibangunkan dari tidurnya, pasalnya perusahaannya itu tiba-tiba saja mengalami masalah di luar nalarnya. Sehingga ia pun memanggil asisten dan juga Direktur Keuangan untuk menemuinya di ruang Direktur Utama saat itu juga.
Saat ini keduanya pun sudah berada di hadapannya, Diego menatap tajam ke arah mereka secara bergantian, membuat Darrel maupun Direktur keuangan itu merasa bergidik.
"Apa saja yang kau kerjakan selama aku tidak berada di perusahaan Darrel? Masa hanya seperti ini saja kau bisa sampai kecolongan. Bagaimana bisa kau tidak menyadari ada dana yang keluar dengan jumlah yang cukup besar tetapi tidak tahu kemana larinya uang tersebut," tukas Diego yang terlihat sangat emosi.
"Kau juga, kau itu sebagai Direktur Keuangan seharusnya bisa lebih teliti lagi jika ada uang yang hendak digunakan oleh perusahaan. Bagaimana bisa semuanya terlewat seperti ini? Saat ini perusahaan benar-benar mengalami kerugian yang cukup besar, apa kalian tahu itu!" Bentak Diego yang kini beralih kepada Direktur Keuangan.
Kurang lebih selama 2 bulan, Diego yang memang sibuk dengan urusan di luar sehingga ia pun tidak selalu berada di perusahaannya. Akan tetapi ia sudah menyerahkan semua tentang perusahaan 100% kepada Darrel yang merupakan orang kepercayaannya itu. Siapa yang menyangka jika ia akan mendapatkan laporan bahwa saat ini perusahaannya sedang mengalami kerugian besar karena kecolongan dana dengan jumlah yang sangat besar.
"Maafkan saya Tuan, tapi keluar masuknya dana itu sudah saya periksa sedetail mungkin dan semuanya itu juga atas persetujuan Tuan Darrel. Jadi saya tidak tahu jika akan terjadi hal seperti ini, karena menurut saya selama ini semua baik-baik saja. Saya benar-benar minta maaf Tuan," ucap Direktur Keuangan.
"Sudahlah, lebih baik sekarang kau keluar saja," titah Diego.
Sehingga Direktur Keuangan itu pun segera pergi meninggalkan Ruangan Direktur Utama dan kini hanya tinggal Diego dan Darrel yang berada di dalam ruangan tersebut.
"Aku benar-benar minta maaf Tuan. Ini memang kesalahanku karena kurang teliti, tetapi Tuan juga tahu jika selama ini aku sudah berusaha bekerja dengan baik. Mungkin ini juga karena aku sedang mengalami masalah akhir-akhir ini yang membuatku menjadi kurang fokus," ucap Darrel yang terlihat sangat menyesal.
"Masalah? Kau sedang memiliki masalah apa?" Tanya Diego yang kini pun melembut.
"Masalah keluargaku di kampung Tuan. Tapi maaf aku belum bisa menceritakannya sekarang," ucap Darrel seraya menundukkan wajahnya dan juga tampak sedih, membuat Diego pun menjadi iba terhadapnya.
"Ya sudah kalau begitu, nanti kita selidiki lagi di mana letak kesalahan ini. Mudah-mudahan saja kita bisa menemukan titik terangnya segera," ucap Diego.
"Baik Tuan, aku janji akan mencari tahu segera," ucap Darrel.
"Ya sudah kalau begitu kau kembali saja ke tempat kerjamu," titah Diego, lalu asistennya itu pun segera keluar dari ruangannya.
*****
Raisa meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja karena di saat itu berdering dan ada panggilan masuk yang ternyata dari Sastro.
Sebulan yang lalu, karena bantuan Raisa yang dengan kemurahan hatinya telah mendonorkan darah untuk Sastro sehingga operasinya itu pun berjalan lancar. Saat ini Sastro telah pulih dan sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa, meskipun ia harus tetap menjaga kesehatannya. Sastro bisa memiliki kontak Raisa karena waktu itu ia pernah menghubungi wanita tersebut untuk mengucapkan rasa terimakasih dan juga mengundang Raisa dam Diego makan malam di kediamannya.
Sehingga Raisa yang di saat itu sedang menemani Denis bermain, langsung saja menjawab telepon tersebut.
"Halo Tuan Sastro," ucap Raisa.
"Halo Raisa, maaf jika saya mengganggu," ucap Sastro dari seberang telepon.
"Sama sekali tidak menggangu Tuan, aku hanya sedang menemani Denis bermain. Ada apa Tuan?" Tanya Raisa.
"Syukurlah jika memang seperti itu. Saya hanya ingin mengundang Raisa dan Tuan Diego untuk hadir acara jamuan makan di kediaman saya besok malam. Sebagai tanda perpisahan karena lusa Anak saya Kenzie akan kembali ke luar negeri, sekaligus mengundang para klien atas kesembuhan saya saat ini. Itupun jika kau dan Tuan Diego berkenan," Ucap Sastro.
"Aku tidak keberatan Tuan, tapi kalau Tuan Diego nanti akan aku sampaikan dan aku tanyakan dulu," ucap Raisa.
"Baiklah jika memang seperti itu. Saya tunggu kabar baiknya dan saya sangat berharap jika kau dan Tuan Diego bisa hadir," ucap Sastro penuh harap.
"Iya Tuan, terimakasih atas undangannya," ucap Raisa.
"Sama-sama Raisa," jawab Sastro, lalu panggilan telepon pun terputus.
"Siapa yang menelpon Kak, apa itu kakek Sastro?" Tanya Denis yang memang sudah mengenal orang tua tersebut.
"Iya benar, kau itu menguping pembicaraanku ya," ujar Raisa.
"Enak saja, aku tidak menguping pembicaraanmu Kak Raisa. Aku hanya tidak sengaja mendengar tadi kau menyebut Tuan Sastro," tukas Denis.
"Ya benar, kau sangat pintar," ucap Raisa.
"Memang aku pintar. Lalu ada apa Kakek Sastro meneleponmu?" Tanya Denis.
"Anak kecil, kenapa kau kepo sekali. Kau benar-benar ingin tahu kenapa tadi Tuan Sastro menelponku?" Tukas Raisa.
"Ih … aku bukan anak kecil Kak Raisa. Jika kau tidak mau memberitahuku juga tidak apa-apa," ucap Denis dengan ekspresi wajah manyunnya yang begitu menggemaskan.
"Idih, manyun. Sini deh aku kasih tahu, Tuan Sastro mengundangku ke acara jamuan makan malam bersama Ayahmu juga besok malam. Apa kau mau ikut?" Tanya Raisa.
"Aku tidak mau, pasti acaranya sangat membosankan karena sudah pasti banyak orang tua di sana. Lebih baik aku di rumah saja menemani Oma," tolak Denis.
"Kalian berdua sedang membicarakan apa? Sepertinya sangat seru," ucap Siska yang di saat itu menghampiri mereka di ruang televisi.
"Ini Oma, Kak Raisa mau mengajakku pergi ke acaranya Kakek Sastro. Aku tidak mau dong Oma, pasti di sana banyak orang tua. Lebih aku di rumah saja sama Oma," jawab Denis.
"Oh ya? Memangnya dalam rangka apa Tuan Sastro membuat acara Sa?" Tanya Siska.
"Sejenis party sebagai tanda perpisahan karena Lusa Anak Tuan Sastro akan kembali keluar negeri dan juga untuk merayakan atas kesembuhannya itu Ma. Jadi Tuan Sastro mengundang aku dan Tuan Diego datang ke acaranya besok malam," jawab Raisa
"Oh begitu, ya sudah kau dan Diego saja yang pergi. Biar Denis dan Mama di rumah," ucap Siska.
"Tapi aku belum mengatakan hal ini kepada Tuan Diego Ma. Aku tidak tahu apakah Tuan Diego juga mau atau tidak," kata Raisa.
"Ya ampun Raisa, kau ini masih saja berpikir seperti itu. Ya sudah jelaslah Diego mau, apalagi perginya bersama denganmu," ujar Siska.
"Kak Raisa, Kak Raisa, masa seperti itu saja kau tidak tahu," celetuk Denis.
"Ih anak kecil, kau itu ya ikut-ikutan saja. Kau memang paling suka kalau menyudutkanku," ujar Raisa yang berpura-pura bete.
"Kak Raisa, jangan ngambek dong. Jelek tahu," goda Denis.
"Kau ini, awas ya," ucap Raisa yang menggelitik Denis sehingga membuat bocah kecil tersebut tertawa cekikan karena merasa kegelian.
Denis pun tak tinggal diam, ia juga membalas menggelitik Raisa hingga keduanya tertawa terbahak-bahak dan terlihat begitu bahagia. Siska yang melihat akan hal itu pun ikut tersenyum bahagia, karena setelah sekian lama akhirnya ia bisa melihat cucunya tersebut bisa tertawa lepas semenjak diasuh oleh Raisa. Keduanya terlihat begitu akrab layaknya seperti seorang anak dan ibunya.
"Raisa kau ini benar-benar gadis yang baik dan manis. Andai saja kau benar-benar bisa menjadi menantuku, pasti aku akan menjadi mertua yang paling bahagia di dunia ini. Apa mungkin kau dan Diego bisa bersama," batin Siska yang menatap Raisa secara diam-diam.
Bersambung …
Bonus Visual Raisa dan Denis.