"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. Status Dadakan
...Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekedar meraih sebuah mimpi, Yaitu mensyukuri apa yang telah kita miliki ...
...🍁...
Bima mengayunkan tangannya begitu saja, berusaha melepaskan cengkeraman tangan Loka.
Tatapan tajam Bima menghujam pada Asmara, begitu juga Asmara yang tidak sedikitpun merasa takut pada mantan suaminya.
Asmara merasakan kakinya sedikit gemetar, bukan tanpa alasan, melawan Bima dengan sorot mata tajamnya cukup membaut Asmara bergidik, terlebih ini merupakan perdebatan pertama yang berani Asmara lawan , namun meski begitu tidak memuat hati Asmara gentar untuk melawannya.
Pagi hari sejatinya menjadi awal hari, memulai segala sesuatu dengan hal-hal positif, namun tidak dengan Asmara yang terpaksa harus berdebat dengan mantan suaminya.
Entah karena sebab apa Asmara ingin sekali menanggapi ucapan mantan suami, yang selama ini selalu dia abaikan dan diamkan begitu saja. Menguap seiring berjalannya usia.
Segar di ingatan Asmara, dimana dia selalu saja mengalah setiap kali Bima berdebat dengan dirinya, entah siapa yang benar atau salah, Asmara selalu meredam amarahnya, tentu hal itu dia lakukan hanya untuk menjaga keutuhan rumah tangganya.
Namun semua terasa sama saja, hingga perceraian menjadi pilihan satu-satunya bagi mereka.
Sadar jika semua yang terjadi tentu sudah digariskan oleh yang maha kuasa, sementara Asmara hanya perlu menjalani dan menerimanya.
Menyadari betapa rapuh dan kecewa nya hati Asmara, tentu membuat Loka semakin pula merasa iba. Tak tega rasanya melihat seorang wanita yang diperlakukan dengan sesuka hatinya, terlebih status diantara keduanya hanyalah mantan.
Loka berusaha menjadi penengah diantara keduanya, meski sejujurnya terlihat jelas jika Asmara masih ingin menumpahkan segala keluh kesahnya.
Loka berusaha menenangkan Asmara, dan meredam emosi Bima.
"Sudah cukup !" Loka
Bukan tanpa alasan Loka melakukanya, hal itu tentu karena Senja, hal-hal kecil, perdebatan yang tidak ada ujungnya seperti ini lah yang bisa membuat psikologis Senja trauma.
Tidak menutup kemungkinan Senja juga akan merasa sedih jika terus melihat pertengkaran diantara kedua orang tuanya.
"Kalian bisa selesaikan ini dengan kepala dingin, tidak perlu berdebat dan bertengkar yang justru akan membuat Senja Takut" ujar Loka
Bukan menerima agaknya Bima justru semakin menjadi tatkala Loka menjadi penengah diantara keduanya.
"Kau itu siapa !!, Ini buka urusanmu"
"Jangan pernah ikut campur urusan kami"
Tunjuk Bima langsung pada wajah Loka. Bima yang seolah telah kehilangan kendali atas dirinya, mendorong begitu saja Tubuh Loka.
Beruntung Loka tidak sedikitpun goyah, badan besar dan tubuh atletisnya cukup menjadi tameng yang kokoh ketika terpaan badai melanda, seperti Bima yang terlihat ingin mengajaknya duel Loka.
"Aku sudah cukup sabar, Sama dengan diriku. Kau juga bukan siapa-siapa disini, Kita ini sama"
"Ingat Bung hubungan anda dengan Asmara telah berubah, selain kau merupakan ayah kandung Senja, tidak ada yang tersisa antara kalian berdua !! "
Loka berkata dengan begitu dingin, menekankan status jika dirinya dan Bima yang tentu hanyalah tamu dirumah Asmara.
"Heyy... Kau siapa Beraninya kau --"
Ck. Loka terlihat tertawa mengejek, menyaksikan kemarahan mantan suami asmara itu, 'Sungguh Bima mudah saja terprovokasi' begitu batin Loka.
Gelengan kepala Loka tak pelak membuat Bima semakin bertambah amarahnya.
Apakah Loka takut ?, tidak sama sekali, justru Loka sangat ingin melihat seberapa besar nyali dan keberanian sosok yang kini tengah menantang dirinya.
"Sepertinya kita memang perlu kenalan ?"
"Kau mau tau siapa aku ?"
"Perkenalkan aku Loka Wiratmaja !!. Calon suami dari Asmara"
Deg.
Bagai disambar petir disiang hari, dua bola mata Asmara seakan mau lepas dari tempatnya, pandangan Asmara kini tertuju pada sosok Loka yang berdiri gagah di sampingnya.
Bahkan Asmara Samapi tidak kuasa untuk berkata-kata, apa sesungguhnya maksut dari Loka, kenapa dia mengatakan itu pada Bima.
Tidak hanya Asmara, nyatanya Bima juga sama terkejutnya. Bahkan mulutnya sedikit menganga, mencari keseriusan dari ucapan Loka sebelumnya.
Kesal , sudah pasti , namun dalam hal ini dia tidak dapat bertindak lebih jika memang Asmara telah ada yang punya.
Sejujurnya Bima masih begitu tidak percaya dengan ucapan Loka, namun tidak mungkin Bima akan mengorek kebenaran dari keduanya, yang tentu itu akan semakin mempermalukan nya di hadapan Asmara.
"Seharusnya kau cukup punya harga diri untuk tidak lagi mengganggu wanita yang sudah punya calon suami " ucap Loka dengan tatapan sinis
Loka sangat menikmati ekspresi wajah Bima yang terlihat begitu murka, Loka pun menangkap sesuatu yang berbeda dari wajah lawan bicara nya. Terlihat jika Bima tidak rela Loka mengatakan itu.
Tentu dengan kalimat yang begitu menohok, mendeklarasikan dirinya sebagai calon suami Asmara.
Sementara Asmara masih tertegun dengan ucapan Loka sebelumnya. Entah lah, yang jelas Asmara tidak ingin membebani pikiran ya dengan hal-hal yang semakin membuatnya lelah.
Asmara pun memupus pikirannya dengan menganggap Loka tengah bergurau, dengan usaha menyelamatkan harga dirinya di hadapan Bima.
"Ada apa ini ?"
Ibu Bima berjalan kearah luar. Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh menyadari keributan yang barusaja dia dengar meski samar-samar.
"Tidak papa buk, Hanya sedikit kesalah pahaman saja" Loka berusaha mengalihkan perhatian mantan mertua Asmara
Cukup lelah Asmara rasakan pagi ini, sudah dari pagi harus bergelut dengan kegiatan dapur, belum lagi mengurus pekarangan, dan masih banyak pekerjaan lainya, masih pula harus di tambah dengan masalah Bima.
Hanya karena kedua mantan mertuanya Asmara berusaha sabar menghadapi setiap ujian yang dititipkan tuhan melalui mantan suami dan istri barunya itu.
"Buk, Maaf Asma masuk dulu"
Tidak ingin kembali terlibat perdebatan dengan Bima, Asmara memilih menyudahinya saja, beranjak masuk kedalam rumah.
Hari libur yang biasanya Asmara gunakan untuk beristirahat justru semakin menambah beban mental dan jiwanya saja.
Lelah, sudah pasti namun tidak mungkin menghindar jika peran utamanya adalah dirinya.
***
Waktu menunjukan pukul 10.30
Sudah termasuk siang namun Kertagiri masih enggan menampakkan sinar matahari.
Asmara masih setia didalam kamarnya, sementara mbok Jum sudah terdengar di dapur menyiapkan makan siang untuk semuanya.
Sementara senja sepertinya juga sudah tidur , karena Asmara tidak lagi mendengar celotehan nya.
Dari hasil perdebatan nya dengan Bima pagi tadi, mereka memutuskan untuk segera kembali ke ibu kota.
Asmara tahun itu karena sebelumnya mantan ibu mertuanya menemui Asmara dan mengatakan jika Bima ingin segera kembali ke ibu kota.
Meski mantan mertuanya masih betah berlama-lama dengan cucuknya, nyatanya Bima memilih untuk segera pulang.
Mendengar hal itu Asmara justru bersyukur , setidaknya tidak akan ada lagi perdebatan antara dirinya dengan Bima.
Cukup melelahkan bagi Asmara yang baru saja merasakan tenang dalam jiwanya.
Sejujurnya semua akan jauh lebih baik jika Bima tidak memancing perdebatan dengan Asmara, toh dalam perpisahan keduanya Amsara tidak meminta apapun dari mantan suaminya selain hak asuh atas Senja.
***