Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berikan Putrimu Padaku!
Sebuah mobil mewah telah menepi di depan kantor utama Leon Grup, tempat dimana Tuan Rama dan Bu Rena merintis usaha bersama dari nol, Bu Rena dulu seorang wanita karir, namun setelah memiliki Marvin, dia disuruh Tuan Rama untuk mengurus Marvin sebagai ibu rumah tangga. Tentu saja Bu Rena tidak keberatan, karena dia ingin memiliki waktu yang banyak untuk Marvin.
Namun ternyata, Tuan Rama malah tega berselingkuh dengan Sonya, dia melupakan bagaimana perjuangannya dulu bersama istri pertamanya yang kini telah tiada. Dia begitu dibutakan oleh cinta.
Sang supir membuka pintu mobil, mempersilahkan Marvin keluar dari mobil. Sementara Dewangga sebagai Asisten Marvin, dia keluar sendiri melewati pintu sebelahnya lagi.
Setelah keluar dari mobil, mata Marvin berkaca-kaca memandangi kantor Leon Grup, dia teringat dengan sang mama, bagaimana perlakuan kasar papanya kepada Bu Rena. Membuat dia mengepalkan tangannya.
Kemudian Dewangga menepuk-nepuk pundak sahabatnya untuk menegarkannya, dan mengingatkan bahwa dia datang kesana sebagai Adam Alvarez, bukan Marvin.
Marvin melihat Tuan Rama dan Sonya keluar dari kantor untuk menyambut kedatangannya.
"Selamat datang di kantor kami, Tuan Adam." sapa Sonya, dia tersenyum begitu ramah, sedikit membungkukan badannya.
Sonya hampir dibuat tidak berkedip, Adam Alvarez jauh lebih tampan dibandingkan saat dia melihat fotonya di internet, pria itu sungguh nyaris sempurna, membuat dia lupa umur. Namun karena Sonya sering merawat dirinya, dia memang terlihat masih muda, apalagi dia sering memakai pakaian yang seksi, dan masih hot di ranjang.
Marvin harus bersikap ramah pada mereka, dia balik menyapa Sonya dan Tuan Rama. "Senang bertemu dengan anda, Tuan Rama dan nyonya Sonya."
Tuan Rama mempersilahkan Marvin untuk masuk ke dalam, "Mari kita masuk ke dalam, Tuan Adam."
Marvin menganggukkan kepala, seorang anak yang dulu di usir tanpa belas kasihan, kini dia diperlakukan begitu terhormat oleh mereka. Ternyata benar, harta bisa mengubah segalanya.
...****************...
"Saya sengaja mengundang anda datang kesini untuk mengajak anda bekerjasama, Tuan Adam." Tuan Rama mengemukakan maksud dan tujuannya mengundang Marvin datang ke kantornya.
Marvin hanya menyeringai, pria tua itu sama sekali tidak mengenali dirinya, mungkin karena mereka semua terlalu percaya kalau Marvin sudah meninggal. Atau mungkin mereka telah melupakan wajah Marvin waktu masih kecil.
Marvin tak langsung menjawab, dia meneguk segelas kopi yang telah disuguhkan disana.
Lagi-lagi Sonya terfana melihatnya, Marvin mau minum, mau diam, mau apapun, pria itu selalu nampak mempesona. Dia jadi membayangkan bagaimana gagahnya Marvin berada diatasnya, membuat di menelan saliva dengan bersusah payah.
Marvin memperhatikan ke setiap sudut di ruangan itu, kemudian dia melihat ada foto Nadine, Tuan Rama, dan Sonya dipajang di dinding. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia, membuatnya muak.
Namun dia tidak mengerti mengapa Tuan Rama dan Sonya tidak terlihat sedih sama sekali, padahal kemarin dia telah mengacam mereka akan menyakiti Nadine.
"Ternyata anda memiliki seorang putri? Mengapa aku tidak melihatnya?" tanya Marvin pada Tuan Rama.
Taun Rama nampak gugup diberi pertanyaan seperti itu, sebenarnya dia sangat sedih karena sampai kini para gangster belum juga menemukan Nadine. Tapi bagi dia perusahaan juga sangat penting, maka dari itu dia harus bersikap profesional. "Oh iya, namanya Nadine, kebetulan putri kami sedang ada urusan bisnis ke luar negeri."
Tuan Rama tidak ingin ada satu orang pun yang mengetahui bahwa Nadine telah diculik.
Marvin tersenyum smrik, dia tau Tuan Rama telah membohonginya. Dari cara bicara Tuan Rama dia melihat ada kesedihan yang dia tahan sekuat hati, pria itu sebenarnya sangat sedih sekali telah kehilangan putri tercintanya. Sudah dia duga bagaimana berharganya seorang Nadine untuk seorang Rama Leonardo.
"Anak anda hanya satu? Saya pikir Anda memiliki seorang putra?"
"Itu...emm..." Tuan Rama menjadi gelagapan ditanya seperti itu oleh Marvin.
Sonya segera menyahut. "Tidak, kami hanya memiliki Nadine."
Marvin mengepalkan tangannya, mereka sama sekali tidak ingin mengakui dirinya pernah hadir di dunia ini. "Hmm... Oke, aku akan bekerjasama dengan anda, tapi dengan satu syarat."
"Apa itu syaratnya?" Tuan Rama menjadi penasaran dengan syarat apa yang Marvin ajukan padanya.
"Berikan putrimu padaku!"
Tuan Rama merasa tersinggung dengan ucapan Marvin, dia berkata seolah-olah Nadine itu sebuah barang yang bisa dia berikan sesuka hatinya.
"Maksud anda apa berkata seperti itu? Putri kami bukanlah barang yang bisa saya berikan seenaknya pada orang." Tuan Rama terlihat marah sekali.
Sonya mencoba menenangkan suaminya, "Jangan marah-marah begitu, Mas. Mungkin Tuan Adam hanya bercanda."
Tuan Rama hanya mengusap dadanya, dia menjadi sensitif karena hatinya sedang tidak baik-baik saja, dia sangat mengkhawatirkan Nadine.
Marvin terkekeh, "Padahal saya hanya bercanda, mengapa Anda begitu serius, Tuan Rama? Betapa beruntungnya putri Anda memiliki ayah seperti Anda, Anda terlihat begitu sangat menyayanginya."
"Maafkan saya, saya sekarang ini sedang sedikit sensitif, namun saya rasa cara bercanda anda keterlaluan. Karena itu saya rasa saya membatalkan penawaran kerjasama kita." Tuan Rama benar-benar tersinggung dengan perkataan Marvin.
Sonya tidak terima dengan keputusan suaminya. "Lho kok gitu sih, Mas? Bukannya kamu ingin sekali bekerjasama dengan Alpha Grup?"
Tuan Rama tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya, dia terlihat sedih sekali. Bisa Marvin tebak, pria itu pasti sedih memikirkan Nadine. Dia datang ke sana hanya ingin melihat dengan jelas bagaimana melihat ayahnya menderita kehilangan putrinya tercinta.
Teruslah kau bersedih seperti itu, Rama Leonardo. Kau harus tau bagaimana rasa sakitnya kehilangan orang yang berharga untukmu.
Marvin yakin Tuan Rama tidak akan sesedih itu saat kehilangannya.
Marvin segera berdiri, begitu juga Dewangga yang dari tadi duduk disampingnya. "Baiklah, kalau begitu, saya pergi dulu. Namun jika anda ingin bekerjasama dengan saya, hubungi saya, saya telah berinvestasi di beberapa perusahaan raksasa di dunia ini."
Marvin menyimpan kartu namanya di atas meja, kemudian dia pergi dari sana bersama Dewangga.
...****************...
"Bagaimana rencanamu selanjutnya?" tanya Dewangga kepada Marvin.
"Menghancurkan perusahaannya, akan ku buat mereka bertekuk lutut dihadapanku. Memohon-mohon meminta pertolonganku." jawab Marvin sambil menyeringai.
Drrrrtt... Drrrrtt...
Marvin mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal. Marvin segera membacanya.
[Hai, aku Sonya, istri dari pemilik Leon Grup. Aku minta maaf atas sikap suami aku yang mungkin saja menyinggung kamu. Aku harap jika kamu ada waktu kita bisa makan malam bersama, anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf atas sikap suamiku.]
Marvin mengerutkan keningnya, Sonya sama sekali tidak tersinggung dengan perkataannya yang telah merendahkan harga diri putrinya, bahkan dia nampak biasa saja, sama sekali tidak terlihat sedih atas kehilangan Nadine.
"Seorang ibu yang sangat aneh."
Dewangga ikut membaca pesan dari Sonya, dia malah tertawa, "Sepertinya dia naksir padamu? Aku dari tadi memperhatikannya, dia terus saja memandangi kamu. Bisa-bisanya ayahmu tergoda dengan wanita seperti itu."
Marvin berdecak, "Menjijikkan!"
"Apa mungkin selama ini dia sering bermain dengan pria lain dibelakang ayahmu? Bisa saja kan Nadine bukan adikmu?"
"Jangan menduga-duga hal yang belum tau pasti kebenarannya."