Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Danzel
Keesokan harinya,
"Danzel....."
Danzel yang sedang duduk berdua bersama Rachel, langsung mengarahkan pandangannya kepada seseorang yang memanggilnya.
Seseorang itu mendekat dan berdiri di hadapan Danzel, Danzel pun beranjak dari duduknya dan menatap orang tersebut, begitupun dengan Rachel.
"Aku menemuimu karena ingin meminta maaf."ujar seseorang itu secara langsung
Danzel hanya mengernyit dan menunggu seseorang itu melanjutkan ucapannya.
"Maafkan semua kebrengsekanku, dan terimakasih sudah menghukumku. aku tidak bisa mengucapkan selain dua kata itu saja. Tetapi percayalah aku bersungguh-sungguh dalam mengucapkan kata maafku ini."
Mendengar hal tersebut, Danzel sedikit menarik sudut ujung bibirnya tersenyum dan bersedekap dada."Apa kau sudah mendapatkan maaf dari orang-orang yang kau sakiti sebelumnya?"
"aku sudah meminta maaf kepada mereka semua dan mereka memaafkan ku.Terutama Alice, aku juga sudah mendapatkan maaf darinya."
"Danzel, apakah kau mau memaafkanku? dan menerimaku sebagai temanmu lagi?"
Danzel mengembangkan senyumnya, detik berikutnya ia memeluk pria di depannya dengan pelukan persahabatan. "Aku memaafkanmu Rey."
Rey membalas pelukan Danzel dengan perasaan lega
"maaf telah membuatmu merasakan pukulanku, dan juga membuatmu mengalami penindasan."ujar Danzel melepaskan pelukannya kemudian mengacak-acak rambut Rey
Rey tersenyum tidak mempermasalahkannya. kemudian pria itu menunjukkan jempolnya kepada seseorang yang berdiri tak jauh dari sana.
Seseorang itu juga menunjukkan jempolnya dan tersenyum. dia juga turut bahagia melihat persahabatan yang terjalin kembali di antara Rey dan Danzel. seseorang itu ialah Alice.
Danzel yang menyadari hal itu mengikuti arah pandang Rey. kemudian ia tersenyum dan menepuk pelan pundak Rey. "Bertemanlah dengannya, dia sangat baik bukan?"
"ya tentu saja, aku baru sadar betapa berharganya teman sepertinya. dan aku berjanji aku akan menjaganya sama sepertimu menjaganya selama ini. Aku tidak akan menyakitinya lagi."tutur Rey
Danzel tersenyum."Baguslah, aku senang mendengarnya."
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. maaf telah menggangu waktumu."pamit Rey kepada Danzel, ia juga sempat menyapa Rachel
setelah kepergian Rey, Danzel tiada hentinya tersenyum bahagia hingga dia lupa keberadaan seseorang yang sedari tadi bersamanya.
"khmmm...."Rachel berdeham guna menyadarkan Danzel, sejujurnya dia sedikit tidak suka dengan kehadiran Rey. bagi Rachel permasalahan mereka tidak penting baginya.
Danzel tersadar dan menatap Rachel yang masih di sampingnya. "oh astaga, maafkan aku yang lupa dengan adanya dirimu."
"Apakah kau tahu Rachel, aku sangat senang sekali. akhirnya Rey telah menyadari kesalahannya. Aku juga yakin bahwa Alice berpengaruh besar pada diri Rey."
"Alice adalah gadis yang sangat baik, tidak ada satupun seseorang yang sepertinya. hatinya begitu lembut dan matanya selalu membinarkan kebaikan. dari dulu aku selalu mengaguminya."
"Lihatlah walaupun Rey selalu menindasnya dan menyakitinya, dia tetap memaafkan Rey dengan ikhlas. Dan dibalik penampilan yang terkesan culun, sebenarnya dia memiliki kecantikan pada wajahnya dan juga hatinya."
Danzel tiada hentinya memuji Alice di hadapan kekasihnya itu, sehingga membuat hati Rachel memanas dan muak dengan pembicaraan Danzel yang terus membahas Alice.
Tanpa mengucapkan apapun, Rachel bergegas pergi begitu saja dengan perasaan marah.
"Rachel, kau mau kemana?" teriak Danzel mengejar Rachel yang pergi meninggalkannya tiba-tiba
Hingga akhirnya Danzel berhasil menghentikan Rachel. "Kenapa kau pergi begitu saja?"tanya Danzel menatap Rachel sedangkan Rachel enggan membalas tatapan itu
"Ada apa Rachel? apakah aku membuat kesalahan?"tanya Danzel sekali lagi karena tidak ada jawaban dari Rachel
"Ya Danzel!! kau telah membuat kesalahan yang sangat besar, kau telah menyakiti perasaanku."
Danzel mengerutkan dahinya."Apa kesalahanku sehingga membuatmu tersakiti? tolong jelaskan padaku, aku tidak tahu?"
Rachel menatap Danzel dengan penuh amarah yang tertahan."Kesalahanmu adalah membicarakan Alice dan terus memujinya di hadapan kekasihmu sendiri! tidakkah kau memikirkan perasaanku?"
Danzel terdiam, dia memang terlalu asyik membicarakan Alice. tetapi dia tidak pernah berniat membuat Rachel cemburu.
"Rachel, aku hanya memuji sahabat ku sendiri. perasaan kagumku hanya sebatas kagum kepada sahabatku dan tidak lebih dari itu."
Rachel tertawa sinis."hhh..hanya sebatas sahabat katamu?"
"Sahabat apa yang menunjukkan kepedulian yang begitu besar saat sahabatnya itu di lecehkan. ya aku tahu rasa kepedulian memang harus ada dalam persahabatan, Tapi...
"Tapi, entah kenapa aku merasa kepedulianmu sudah berubah menjadi sesuatu yang lebih. Sesuatu yang... seperti perasaan sayang dan cinta."
Danzel terkejut, tak tahu harus berkata apa. "Rachel, itu tidak benar. Aku hanya ingin melindungi Alice sebagai teman-
Rachel menggeleng,memotong kata-kata Danzel"Jangan bohongi dirimu sendiri, Danzel. Aku bisa melihatnya. Cara kau memandang Alice... Itu bukan hanya sekadar sahabat yang peduli. Ada sesuatu yang lebih di sana, dan kau terlalu buta untuk menyadarinya."
"Tidak Rachel, Aku hanya mencintaimu. hanya kau lah seseorang yang membuat hatiku berdebar saat menatapmu. percayalah padaku." sangkal Danzel mencoba menyakinkan
Mendengar hal itu Rachel sedikit luluh, dan hatinya merasa senang. "hm baiklah, aku percaya padamu. Tetapi bolehkah aku meminta suatu hal kepadamu Danzel."
"Katakanlah..."
"Kau harus menuruti keinginanku, jika aku ingin menghabiskan waktu bersamamu kau harus selalu ada untukku. jangan pernah membahas Alice saat kita sedang bersama dan jangan pernah gunakan dia sebagai alasan saat kau jauh dariku."
Danzel terdiam merasakan keinginan itu begitu berat baginya"Tapi-
"Ada apa? apa kau tidak bisa melakukannya? kau tidak mencintaiku?"potong Rachel seolah ingin Danzel segera menuruti kemauannya
"Tidak, bukan begitu," Danzel menghela napas panjang, merasa terjebak. Tanpa berpikir panjang, akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, sesuai keinginanmu."
Rachel tersenyum puas dan langsung memeluk Danzel erat. Danzel membalas pelukan itu, namun matanya kosong, pikirannya berkelana jauh. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa hampa.
Rachel merasakan kemenangan di tangannya. Senyum sinis dengan sentuhan keangkuhan menghiasi wajahnya, seolah memastikan bahwa dia telah mengendalikan situasi. Baginya, Alice bukan lagi ancaman.
Sejak saat itu, Danzel mulai berubah. Dia tidak lagi menjadi sosok yang selalu ada di sisi Alice seperti sebelumnya. Alice, yang awalnya menganggap perubahan ini sementara, mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang.
Danzel tak lagi berbicara banyak dengannya; obrolan mereka kini hanya sebatas percakapan kecil yang dangkal. Meskipun mereka masih duduk sebangku di kelas, jarak di antara mereka terasa semakin nyata.
Pengaruh Rachel begitu kuat. Danzel kini lebih sering memenuhi permintaan kekasihnya untuk selalu berada di sisinya. Saat di sekolah, perubahan Danzel begitu mencolok. Selama jam pelajaran, ia tampak tidak fokus, seolah pikirannya berada di tempat lain. Wajahnya selalu terlihat murung, tidak lagi antusias seperti dulu ketika dia sering berbincang dengan Alice.
Di luar jam pelajaran, situasinya semakin jelas—Danzel selalu bersama Rachel, seolah-olah seluruh dunianya hanya berputar di sekitar kekasihnya itu. Bahkan di luar sekolah, Danzel lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Rachel, meninggalkan Alice yang semakin terpinggirkan dalam hidupnya.
Alice hanya bisa menyaksikan perubahan ini dengan perasaan campur aduk—kehilangan, kesepian dan kesedihan yang tak terungkapkan.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih