NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Wanita Pelangkah

"Isyana Devanti Puspa" Batin Jamilah.

Hati Jamilah bagai teriris sembilu mengetahui kenyataan yang begitu sangat pahit. Dimana suaminya berjuang seorang diri untuk kesembuhan sang mantan istri.

"Aku akan mengembalikan Mommy Isyana mu, Alexander. Aku akan memenuhi janji ku pada mu, Alexander. Aku akan mengembalikan kebahagian kalian seperti dulu." Derai air mata mengiringi kepedihan hatinya yang tidak berkesudahan. Kebahagian belum juga datang dalam hidupnya yang kini sudah berumah tangga. Kesedihan sudah menantinya di depan mata.

Jamilah menatap wajah lelap suaminya, ada rasa sakit yang bergelayut dalam hatinya melihat Emir begitu sangat mencintai mantan istrinya, dalam diamnya, dalam ketidakberdayaannya.

"Andai aku wanita yang beruntung itu. Astagfirullah." Ucapnya mengusap muka.

.

.

.

"Bu, besok kita akan ke balai Desa untuk lomba." Saat Alexander sudah berada di meja makan.

Pak Ginanjar sebenarnya sudah memberitahu Jamilah tadi pagi perihal acara dan tempat lomba itu. Jamilah dan Ibu Wiwin yang dikirimkan pihak sekolah untuk menemani para murid yang ikut berlomba.

"Iya kita besok langsung ke sana aja." Jamilah menyodorkan makanan untuk Alexander. Makanan yang sudah beberapa hari ini menjadi makanan favorit Alexander karena Jamilah yang sudah membuatnya.

"Oh ya Bu, tadi juga Hendra, Wahid dan Musa sudah mengakui kesalahan mereka. Pak penjaga sekolah yang sudah membongkar kejahatan mereka." Alexander memberitahu Jamilah tentang kejadian hari ini di sekolah. Dan itu pun Jamilah sudah mengetahuinya dari Ibu Zahra dan Ibu Wiwin.

"Jadi mereka di skors." Tanya Jamijah. Jamilah duduk menemani Alexander, yang dengan lahapnya menyantap semua makanan yang ada di depan matanya.

"Iya jadi Bu." Balas Alexander cepat sambil menghabiskan makanannya. Rasa makanan yang terenak yang pernah dimakannya. Alexander tidak akan menemukan makanan selezat dan seenak ini diluar sana.

"Terima kasih ibu untuk makanan yang sangat lezat ini." Alexander tidak segan atau pun sungkan lagi untuk menunjukkan kasih sayangnya pada Jamilah. Alexander memeluk lalu mencium kepala Jamilah yang terbungkus hijab.

"Sama-sama Alexander, ibu senang kalau kamu mau menghabiskan makanan yang sudah ibu buat untuk mu." Jamilah mengusap lembut kepala Alexander.

Keduanya meninggalkan meja makan, menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar mereka masing-masing.

"Ganti baju sekarang, kamu pelajari lagi materi yang belum kamu kuasai." Ucap Jamilah saat di depan pintu kamar Alexander.

"Ibu bantu aku untuk belajar ya. Sebelum Daddy melarangnya." Alexander menarik tangan Jamilah sampai keduanya masuk ke dalam kamar.

Jamilah menatap laptop yang baru dinyalakan Alexander. Dimana ia melihat kembali foto keluarga lengkap Alexander memenuhi layar laptop nya.

Jamilah menatap lekat wanita yang bernama Isyana itu, sebelum nantinya Jamilah akan memastikannya sendiri.

"Ibu lihat apa?." Tanya Alexander yang baru saja keluar dari kamar mandi. Jamilah menatap tidak biasa pada layar didepannya.

"Ah tidak, hanya saja ibu baru tahu kalau kamu ternyata sangat pintar untuk mengoperasikan laptop canggih ini." Ucap Jamilah beralasan. Tidak ingin membuat Alexander curiga dengan apa yang sudah dilakukannya. Jangan sampai semua rencananya bocor terlebih dahulu sebelum misinya berhasil.

Alexander sudah membuka beberapa LKS yang akan dikerjakannya. Jamilah hanya menemani saja, sebab Alexander sudah sangat paham dengan beberapa menteri. Hanya sesekali saja Jamilah membantu untuk mengoreksi hasil pekerjaan Alexander.

Saat keduanya tengah sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Tiba-tiba saja Emir datang dan meminta Jamilah untuk meninggalkan Alexander belajar sendiri.

"Ibu guru Jamilah, biarkan saja Alexander belajar sendiri. Sekarang Ibu guru Jamilah temani saya makan." Emir sudah memegang tangan Jamilah. Wajah kusut Emir sangat terlihat jelas oleh Jamijah dan Alexander, sebab memacari Jamilah tidak menemukannya dimana pun. Ternyata anak sulungnya yang sudah menyandera Jamilah.

"Dad, jangan main ambil-ambil aja Ibu ku. Aku juga mau ditemani ibu. Daddy sudah besar bisa makan sendiri, jadi ibu biar tetap bersama ku. Aku besok mau ikut lomba, jadi harus belajar bersama ibu." Alexander pun menahan tangan Jamilah dengan wajah yang memelas. Berharap Daddy Emir akan mengasihaninya.

"Baik hanya sepuluh menit saja. Tidak boleh lebih." Emir kembali melepaskan tangan Jamilah dan segera keluar dari sana dengan wajah yang cemberut. Terpaksa harus mengalah pada Alexander sebab Jamilah sendiri sudah memberitahu dirinya tentang lomba yang akan diikuti Alexander.

Jamilah dan Alexander menutup mulutnya menahan tawa saat pintu kamar ditutup dengan cukup kencang oleh Daddy Emir. Keduanya merasa lucu melihat wajah Daddy Emir yang seperti anak kecil. Bahkan Alexander memeragakan wajah Daddy Emir. Tawa keduanya semakin lepas karena ulah Alexander.

.

.

.

"Belum di makan juga ini?." Jamilah melihat nasi dan lauknya yang malah utuh belum tersentuh. Sedangkan posisi Emir sedang tengkurep di atas tempat tidur.

"Kenapa belum di makan nasinya. Memang kamu sudah enggak demam?." Jamilah menyentuh kening Emir. Jamilah merasakan suhu tubuhnya Emir sudah kembali normal hanya saja masih butuh pemulihan.

"Kalau boleh memberikan saran, kerja apa pun jangan terlalu diforsir. Supaya badan kita tetap selalu sehat. Itu juga harus diseimbangkan dengan asupan gizi yang kita makan." Jamilah terkesan memberikan nasihat pada anak kecil yang belum mengerti akan hal itu. Padahal kalau dibandingkan dengan Jamilah, Emir sudah memiliki jam terbang yang tinggi untuk urusan apa pun.

"Apa kamu khawatir kalau aku sakit seperti ini." Tanya Emir menatap intens Jamilah yang membawakan makanan itu ke atas tempat tidur.

"Iya saya sangat khawatir." Jamilah duduk ditepian tamat tidur saat Emir sudah bangun dan duduk juga.

"Kalau kamu sakit, kamu akan mengabaikan banyak hal, kehilangan waktu untuk bertemu dengan orang lain. Jadi kamu harus tetap sehat, supaya kamu sanggup mengerjakan banyak hal yang kamu sukai." Lanjut Jamilah sambil mulai menyuapi Emir. Hati Emir kembali menghangat dengan setiap perhatian dan perlakuan Jamilah.

"Kamu tetap baik pada saya, padahal saya sudah beberapa kali menyakiti mu. Bahkan semenjak kita menikah, saya belum memberikan sedikit pun kebahagian pada mu. Kenapa kamu tidak memintanya?." Suapan demi supaya Emir rasakan berkali lipat kebahagian yang masuk dalam relung hatinya yang dalam.

"Saya hanya bisa menerima saja. Karena sejauh ini kamu sudah memberikan yang terbaik untuk saya. Tempat tinggal yang layak, baju yang sangat bagus-bagus, perhiasan yang banyak pula." Jawab Jamilah jujur.

"Hanya itu saja yang kamu butuhkan dari saya." Tanya Emir sedikit kecewa. Semua yang Jamilah ceritakan yang dalam bentuk materi saja.

"Lalu apa lagi yang saya bisa harapkan dari kamu yang saat ini pun masih berstatus tunangan orang lain?. Perasaan?, perhatian?, apa bisa kamu memberikan itu semua untuk saya?." Ucapan Jamilah sanggup membungkam Emir yang sejak tadi mengajaknya berbicara tapi menyerempet ke hal-hal yang lebih sensitive.

Hening untuk beberapa saat, sampai Jamilah beranjak dari tempat tidur, merapikan semua perlengkapan makan yang sudah kotor lalu membawanya ke dapur.

Emir berpikir, memikirkan apa yang dikatakan oleh Jamilah. Perasannya kini berada dalam persimpangan. Isyana mantan istri yang sampai saat ini masih dicintainya, Jamijah wanita yang sudah menjadi istrinya dan begitu tulus mengabdi padanya dan menyayangi Alexander, Tiffani wanita yang dijadikannya tunangan karena keadaan dan kebutuhannya selain Joy yang lebih membutuhkan Tiffani.

Emir menghela nafas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal tapi lebih pada pusing karena ulahnya sendiri. Sebagai seorang pria dirinya tidak bisa tegas untuk hal apa pun dan pada siapa pun.

.

.

.

"Daddy akan menemani kalian!." Emir sudah rapi dengan baju semi formalnya. Saat menemui Jamilah dan Alexander yang sedang menunggu supir Pak Utomo.

"Daddy sudah sembuh?." Alexander meminta Daddy Emir untuk jongkok, supaya ia bisa mengecek dahi Daddy Emir.

"Daddy susah sehat Boy, apalagi ibu sudah mengurus Daddy dengan baik." Puji Emir terdengar memang tulus. Jamilah hanya tersenyum simpul mendapatkan pujian dari suaminya.

"Ayo kita pergi sekarang, nanti kalian telat." Emir menggandeng tangan Jamilah dan Alexander bersaman menuju mobil miliknya.

Ketiganya kini sudah berada di dalam mobil menuju balai Desa.

.

.

.

Semua murid SDN Pelita Jaya sudah berkumpul saat Jamilah dan Alexander sampai di sana. Ternyata di balai Desa sudah banyak yang menantikan kedatangan Jamilah, walau hanya untuk melihat saja. Sosok Jamijah yang sangat beruntung memiliki suami seperti Emir seperti yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

"Ibu guru Jamilah..." Teriak salah satu dari kerumunan Emak-Emak.

"Wah itu ada suaminya ikut, aduh ganteng banget. Makin ganteng malahan." Salah satu Emak menimpali.

"Itu ibu guru Jamilah beruntung banget ya...Ya Allah aku juga mau anak ku memiliki jodoh seperti suaminya ibu guru Jamijah." Timpal yang lain.

Sedangkan Jamilah yang menjadi buah bibir Emak-Emak tetap fokus pada anak didiknya. Tidak mendengar apa yang Emak-Emak gosip kan tentang dirinya.

"Jamilah di sini juga?." Sapa Romli yang kebetulan ada keperluan di balai Desa.

Sebagain anak-anak sudah dibawa masuk oleh ibu Wiwin.

"Iya Pak Romli." Balas Jamijah sopan.

Emir yang sejak tadi hanya berisi di dekat mobil, memperhatikan dari kejuahan sosok istrinya yang begitu mengagumkan. Mau tidak mau harus mendekati istrinya saat tahu ada bahaya yang mengintai. Ya, katakan saja Emir cemburu. Tidak bisa melihat Jamilah bersama pria lain selain dirinya.

"Permisi, saya mau bicara berdua dengan istri saya." Emir melingkarkan tangannya pada pinggang Jamijah. Hingga seketika Jamijah menoleh pada Emir.

"Silakan Pak Emir. Saya permisi." Pamit Romli pada keduanya.

Tangan Emir belum mau melepaskan pinggang Jamijah, padahal pria yang diusirnya dengan sopan sudah meninggalkan mereka dari tadi.

"Mau bicara apa?." Tanya Jamilah menatap Emir.

"Saya tidak suka melihat pria mana pun dekat-dekat dengan istri saya." Jawab Emir membalas tatapan Jamijah.

"Baik, saya tidak akan dekat-dekat dengan pria mana pun." Jawab Jamilah memutus tatapan keduanya. Melihat semua peserta sudah masuk ke dalam ruangan balai Desa.

"Saya harus segera masuk. Mungkin murid-murid yang lain membutuhkan saya." Pamit Jamilah. Emir pun melihat sekeliling, memang sudah tidak ada siapa pun lagi yang berada di luar.

"Masuk lah, semoga berjalan lancar lomba hari ini." Ucap Emir sambil menahan tangan Jamilah yang hendak masuk.

Cup

Emir mendaratkan kecupan pada kening Jamilah untuk beberapa lama.

Terdengar riuh tepuk tangan Emak-Emak melihat adegan tersebut.

1
Eni Etiningsih
pasti ulah arkam yg menulis surat mengatas namakan isyana . jahat banget arkam
Yani Yan
Biasa
Yani Yan
Buruk
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
Alexander /Grin//Grin//Facepalm/
Mega Haerunita
tadi ny masih rate 1 Karana cerita nya gantung. tpi kasian.
klo emng GK mau lanjut dri awal GK udh bikin versi 2 ny tor.
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya
Capricorn 🦄
ok
Nurul Syahriani
Kalau pun mereka pisah, belum tentu juga jamilah mau sama kamu akram
Nendah Nurjanah
saya banget di langkahi 3 adik perempuan sampe usia 39 pun sekarang saya blm di kasih jodoh sama Allah tp hidup harus tetap berjalanan tidak lagi memperdulikan gunjingan orang sekitar dan selalu berusaha berperasangka baik dengan takdir Allah😇
Desilastri Alfaris Alfaris
aku nangis
Anonymous
ok
Nurul Syahriani
Bibi isti ini pembantu apa siapa? Panggil emir kakak..
Bzaa
emir jdi ayah egois gak Mao ngurusin Alex
Bzaa
semakin dikasari akan semakin ikut kasar...
lili
makasih kak author sungguh ceritanya bgs bgt😍😍😍
lili
takutnya Joy bangun Gatot deh 🙈🙈🙈
lili
kok ada ya dokter mulutnya culamitan,harusnya jaga rahasia pasiennya kok ember bener mulutnya.....
lili
🤣🤣🤣🤣🤣
lili
aih lucu kalian berdua saling memperebutkan🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!