“15 menit, lakukan semuanya untuk membuatmu hamil dalam kurun waktu itu! Saya tidak menerima waktu lebih dari itu”
Layla Anabella, wanita yang diselingkuhi oleh suaminya itu memilih menjadi ibu pengganti pasangan kaya raya yang tidak bisa punya anak karena sang istri mandul untuk membayar biaya pengobatan ibunya.
Namun, sang istri risih dengan keberadaan Layla dan menjebaknya sehingga Layla diusir karena melanggar perjanjian tanpa tahu kalau dirinya sudah mengandung benih pria itu.
7 tahun kemudian Layla berniat melamar kerja untuk biaya hidupnya dan putranya namun ternyata bos perusahaanya adalah pria itu.
Apa yang akan terjadi setelahnya? Apakah pria itu tahu kalau dia punya seorang putra yang sangat mirip dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon serena fawke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Langkah kaki Layla terasa ringan saat memasuki rumah kecilnya. Aroma teh melati yang hangat menyambutnya, tetapi yang lebih ia nantikan adalah suara kecil yang selalu menyambutnya dengan ceria.
Pintu belum sepenuhnya terbuka saat suara langkah kaki kecil berlari mendekat. "Mama!" seru Farrel dengan mata berbinar, langsung memeluk pinggang Layla erat.
Layla terkekeh, tangannya membelai rambut lembut putranya. "Sayang, kau sekarang lebih gendut saat mama tinggal seminggu ya? Jangan-jangan selama mama pergi kau makan banyak sekali?"
Farrel menegakkan tubuhnya dengan bangga. "Aku makan brokoli dan wortel setiap hari! Nenek bilang kalau aku makan sayur, aku bisa tumbuh lebih tinggi dan kuat."
Layla tersenyum, mencubit lembut pipi putranya. "Pintar."
Farrel terlihat sangat antusias dengan kepulangan mamanya. "Tentu! Aku belajar banyak hal. Mama tahu? Aku sekarang bisa menghitung sampai seribu!"
Layla berusaha membuat wajah terkejut sembari tertawa pelan, mengangkat putranya ke dalam gendongannya. "Seribu? Itu luar biasa! Lalu, apa lagi yang kau pelajari?"
Farrel menggigit bibirnya, matanya berbinar sangat ceria. "Aku juga belajar membuat teh untuk Mama! Nenek mengajarkanku, tapi aku menambahkan lebih banyak gula supaya lebih manis."
Layla tertawa lagi, mencium puncak kepala anaknya. "Manis sekali! Terima kasih, sayang."
Farrel mengangguk penuh semangat. "Tapi, Mama janji ya tidak pergi lama-lama lagi? Aku rindu sekali."
Layla tersenyum kecil, hatinya sedikit sesak mendengar permintaan itu. "Mama janji, sayang. Mama akan selalu pulang untukmu."
Farrel mengangguk puas, kemudian turun dari gendongan ibunya. "Kalau begitu, Mama istirahat dulu! Aku akan menyiapkan sesuatu untuk Mama."
Layla hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Farrel yang sangat aktif itu, dia membiarkan Farrel sibuk dengan kegiatannya. Saat ia hendak melepas sepatu, Indah, ibu Layla muncul dari dapur dengan ekspresi serius.
"Anabella, kita perlu bicara," kata Indah tegas sembari melipat tangan di depan dada. Ekspresinya terlihat sangat serius.
Layla tahu Ibunya pasti sangat terkejut dengan kedatangan Tama yang tiba tiba tadi karena dia juga tidak menyangka pria itu tahu dia tinggal disini. Apalagi ibunya sudah memanggilnya dengann nama kecilnya ”Anabella” yang berarti dia pasti sudah membuat kesalahan besar kali ini.
”Ibu...aku bisa jelaskan duduk dulu di sini,” ajak Layla sembari menarik tangan Indah duduk di kursi ruang tamunya setelah memastikan Farrel aman dengan kegiatannya sendiri.
Indah menarik napas panjang namun tatapannya tetep tajam. "Tama datang ke sini tadi. Kamu sudah tahu kan? Makanya kamu mengabari Ibu untuk menyembunyikan Farrel.”
Jantung Layla langsung berdegup kencang, tangannya mencengkeram sisi roknya. "Apa dia melihat Farrel?"
Indah menggeleng, tetapi ekspresinya tidak melunak. "Untung saja tadi kamu menyuruh Ibu menyembunyikan Farrel pada saat yang tepat.” Ucapan Indah membuat Layla baru bisa bernapas lega.
Walau, alasan awalnya menyuruh ibunya untuk menyembunyikan Farrel adalah agar Saka tidak melihatnya tetapi ternyata itu bisa menyelamatannya dari dua masalah sekaligus.
Layla sengaja menyembunyikan putranya dari Tama, bukan karena apa apa. Melainkan dia tidak ingin pria itu berasumsi macam macam tentangnya karena sebelumnya dia menuduh Layla selungkuh padahal dia yang meninggalkan Layla.
Layla hanya tidak ingin menambah masalah dalam hidupnya apalagi nanti Tama pasti menannyakan siapa ayah dari Farrel.
”Kamu lega? Setelah membohongi ibu selama ini?”
Deg!
Layla menegakkan tubuhnya menatap ibunya kebingungan. Apa sebenarnya yang membuat ibunya semarah ini? Bukankah harusnya dia juga ikut lega karena setidaknya Tama tidak mengetahui Farrel?
”K-kenapa? Apa yang sebenarnya membuat ibu semarah ini?” tanya Layla.
Indah menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Farrel tidak mirip Tama. Sama sekali tidak."
Layla terdiam, otaknya berusaha memproses maksud Indah. "A-apa? Apa yang ibu bicarakan?” tanyanya dengan nada kebingungan. Memang benar kenapa Farrel harus mirip Tama? Dia jelas jelas bukan ayahnya.
"Ibu melihat Tama dengan mata kepala ibu sendiri. Farrel tidak punya satu pun kemiripan dengannya, bahkan tidak juga denganmu."
Layla kembali terdiam. Jadi selama ini ibunya diam tidak pernah menanyakan kepadanya siapa ayah Farrel bukan karena tidak ingin menyinggungnya tetapi karena dia mengira Farrel anak dari Tama?
Bagaimana mungkin?
Layla menggigit bibirnya, jantungnya berdetak semakin cepat. "I-bu...dengarkan aku—
"Ibu tidak bodoh, Anabella!" suara Indah meninggi, membuat Layla tersentak. "Jujurlah pada Ibu! Siapa sebenarnya ayah Farrel?"
Layla mengalihkan pandangannya, kedua tangannya mengepal. ”I-bu itu.....aku tidak bisa mengatakannya,” cicitnya pelan. Apa yang harus dia katakan pada Ibunya? Tidak mungkin dia jujur mengatakan apa yang terjadi 7 tahun lalu kan?
Itu bisa menambah beban pikiran ibunya.
Indah menggeleng, ekspresinya terluka. "Aku ibumu. Ibu berhak tahu apa yang terjadi dengan anakku sendiri!"
Layla menarik napas dalam, matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa sadar bulir bulir air mata mulai turun membasahi pipinya. Melihat tatapan terluka ibunya membuat seluruh pertahannya selama ini runtuh seketika.
Indah yang menyadari itu langsung memeluk putrinya. Semarah apapun dia dengan kenyataan itu tetapi dia tahu seberapa keras Layla sudah berusaha selama ini.
30 menit berlalu Indah masih memeluk Layla yang menangis dalam pelukannya. 7 tahun ini sudah dia lewati dan lalui semuanya sendirian tanpa bergantung dengan siapapun.
”Kenpaa nak...kenapa kamu harus berbohong pada Ibu masalah sebesar ini? Apa yang sebenarnya terjadi hm?” tanya Indah, nadanya mulai melembut.
Layla menelan ludah, dadanya terasa sesak. Mungkin ini saatnya mengatakan yang sejujurnya. "Tujuh tahun lalu… aku butuh uang untuk biaya pengobatan Ibu."
Indah terdiam sejenak, lalu mengerutkan kening. "Lalu?"
Layla mengepalkan tangannya lebih erat, suaranya bergetar. "Aku menjadi ibu pengganti."
Ruangan tiba-tiba terasa sunyi. Wajah Indah membeku, seolah belum bisa memproses kata-kata yang baru saja ia dengar. "Apa?" suaranya hampir berbisik.
"Aku dibayar untuk mengandung anak orang lain," Layla mengulang dengan suara lemah, air matanya menggenang. "Aku tidak punya pilihan, Bu. Saat itu Ibu sedang sakit, aku butuh uang banyak, dan tidak ada cara lain."
Indah menggeleng dengan wajah pucat. "Kenapa… kenapa kau melakukannya sampai sejauh ini?"
Layla tertawa getir, menatap ibunya dengan mata yang mulai berlinang. "Karena aku tidak ingin kehilangan Ibu. Aku tidak peduli berapa harga yang harus kubayar. Aku hanya ingin ibu tetap hidup. Sudah cukup ayah saja yang pergi.”
Indah terisak, tangannya menutupi mulutnya. "Ya Tuhan, Layla…"
Layla menarik napas dalam, mencoba menahan air matanya. "Aku pikir setelah aku melahirkan, aku akan mendapatkan uang dan semuanya akan selesai. Tapi aku dikhianati. Aku diusir tanpa tahu bahwa aku sudah mengandung anak itu."
Indah menatapnya dengan mata yang basah. "Jadi Farrel benar bukan anak Tama? Lalu Farrel anak siapa?”
Layla menggeleng lemah, air matanya jatuh. "Dia anak dari pria yang seharusnya tidak pernah kukenal."
Indah menutup matanya, air matanya jatuh ke pipinya. "Kenapa kau tidak pernah memberitahu ibu masalah sebesar ini?"
Layla menggigit bibirnya, bahunya bergetar. "Karena aku takut. Aku tidak ingin membuat Ibu kecewa. Aku tidak ingin Farrel tumbuh dengan label sebagai anak yang tidak diinginkan."
Indah terisak, lalu menarik Layla ke dalam pelukannya. "Bodoh… Kau tidak perlu menanggung ini sendirian."
Layla memejamkan matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan hangat ibunya. "Aku hanya ingin melindungi Farrel…"
Indah menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Siapapun pria itu, nak. Dia berhal tahu kalau ada putranya yang hidup di dunia ini.”
Deg!
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak