NovelToon NovelToon
AKU MENYERAH

AKU MENYERAH

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / CEO / Playboy / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rahma AR

Renata menatap dingin dua sejoli yang berdansa mesra di depannya sambil meneguk minuman dinginnya.

Joandra, tunangannya seakan ngga mempedulikannya dan terus saja berdansa dengan Saraswati, model di perussahaan mereka.

Renata dan Joandra dijodohkan kedua orang tua mereka demi perjanjian bisnis keluarga. Tepatnya orang tua Renata berhutang cukup besar pada keluarga Joandra.

Tapi jauh sebelum itu Renata dan Joandra sudah saling mengenal. Joandra bahkan sempat menyatakan sukanya pada Renata lewat teman dekat Renata. Tapi karena sesuatu hal, Renata teepaksa menolak.

Tapi takdir mempermainkan mereka. Mereka kembali disatukan lewat perjodohan bisnis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tugas Tambahan Renata

Joandra mendudukkan dirinya di kursi kerjanya dengan tenang. Renata menatapnya bingung di seberang meja.

Mengapa dia memintaku ikut?

Joandra mengulurkan kedua tangannya ke arah Renata.

"Ganti perbannya," perintahnya sambil menatap Renata tajam

Renata terdiam. Dia seperti dejavu. Dulu sekali dia pernah mengobati Joandra di uks setelah pertandingan karate.

"Obatnya mana?" tanyanya pelan.

Perasaannya lupa kalo Joandra saat ini sedang memgintimisasinya.

Jiwa penolongnya selalu bangkit begitu saja melihat orang yang terluka.

"Di depan kamu. Kamu ngga lihat?"

Renata menghela nafas.

Sabar Renata. Sabar.

Renata pun mengeluarkan perban, plester, kapas, rivanol dan betadine yang ada di dalam peper bag di atas meja Joandra.

Kemudian dia berjalan mendekat. Meraih sebelah tangan kanan Joandra lebih dahulu dan membuka lilitan perbannya.

Joandra terus menatapnya. Ada rindu juga marah dalan hatinya.

Ngga peduli apa pun yang sudah dia katakan dan lakukan pada Renata, gadis itu tetap memperlakukannya dengan lembut.

Renata menatap ngeri pada perban yang mulai lengket. Dia pun meneteskan rivanol agar lilitan perban gampang dibuka dan ngga menimbulkan rasa nyeri.

"Harusnya tadi malam udah diganti," katanya setelah berhasil membongkar habis lilitan perban itu dan lengsung membuangnya ke tempat sampah.

Joandra diam ngga menjawab. Pelayan di rumahnya sudah mengingatkannnya. Tapi dia tolak mentah mentah.

Dia ingin Renata yang melakukannya.

Perasaannya aneh cenderung gila. Tadi malam pun bahkan mama Renata juga akan menggantikan perban itu, tapi dia mengatakan ada suster yang akan melakukannya di rumah.

Dan dia memilih membiarkannya dan menunggu sampai pagi ini agar Renata yang melakukannya.

Joandra agak kecewa karena Renata ngga menemuinya malam itu.

Bahkan gadis itu lebih suka mengintipnya.

Renata kembali meneteskan rivanol pada luka luka itu sebelum memberikan betadine sebagai sentuhan akhirnya.

Kemudian dia pun melilitkan dengan perban yang baru.

Remata pun melakukan hal yang sama untuk tangan kirinya.

Renata benar benar melakukannya dengan lembut sampai Joandra pun ngga merasakan sakitnya.

"Ada lagi, pak?" tanya Renata setelah menyimpan semuanya di dalam paper bag.

Sekarang gadis itu sedang berdiri di depannya, di seberang mejanya.

"Jadwal saya hari ini," respon Joandra kemudian menekan tombol power laptopnya.

"Satu jam lagi ada pertemuan dengan klien, Pak Bisma dari PT Enggeneering Merapi," ucapnya kemudian terdiam.

Dia teringat jika nama itu memiliki kesamaan dengan nama sahabat bosnya waktu SMA.

"Setelah itu?"

"Eh, em, ada acara syukuran di lobi kantor karena nona Saraswati ulang tahun, setelah jam makan siang." Suaranya agak tercekat saat membaca yang tertera di tabletnya.

Bu Inggrid yang mengirimnya tadi pagi tanpa sempat dia cek dulu.

Saraswati? Kenapa dia begitu diistimewakan?

"Hemm. Pergilah."

Tanpa membalas ucapan pengusiran Joandra, Renata pun meninggalkan ruangan itu.

"Nanti sore kamu yang bertugas menggantikan perban ini," tukas Joandra ketika Renata akan membuka pintu.

Renata terdiam sesaat sebelum meneruskan gerakan tangannya membuka pintu dan pergi dari ruangan yang membuatnya merasa gerah.

Perasaannya kecewa muncul dalam dadanya. Padahal tadi dia sedikit berharap saat Joandra meminta bantuannya.

Ternyata lagi lagi dia salah paham.

Saat dia menutup pintu ruangan Joandra, lagi lagi dia ngga sadar kalo Bu Inggrid dan beberapa pegawai di sana memperhatikannya penuh selidik.

Renata berjalan ke mejanya, duduk di sana dan membuka laptopnya.

Ngga ada yang aneh, batin Bu Inggrid.

Syukurlah, bukan tentang SP lagi, Lia pun membatin lega.

*

*

*

"Renata?" sapa Bisma kaget ketika dia sampai di meja sekertaris.

Walaupun sudah lama ngga bertemu, tapi gadis ini ngga terlalu banyak berubah.

Kenapa.dia bisa bekerja di perusahaan Joandra?

"Pak Bisma?" Renata juga sempat terpaku. Tapi kemudian dia tersenyum tipis.

"Pak Joandra sudah menu ggu di dalam," ucapnya sopan.

"Kamu... sejak kapan bekerja di sini?"

Setau Bisma, bukan Renata sekertaris Joandra. Dia sudah beberapa kali ke perusahaannya.

"Baru juga, pak," ucap Renata tetap dengan sikap formal.

"Joandra yang terima kamu bekerja?" tanya Bisma ragu.

Rasanya ngga mungkin, batin Bisma. Dia tau sebenci apa Joandra pada Renata.

"Bapak bisa tanya sama pak bos aja," sahut Renata diplomatis.

Bisma menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya menemui Joandra di dalam ruangannya.

Niatnya untuk membahas projek mereka raib begitu saja. Yang ada hanyalah rasa penasaran yang minta dituntaskan sesegera mungkin.

Kini keduanya sudah duduk santai di sofa.

Bahkan Ob pun sudah mengantar makanan kecil dan secangkir kopi.

Tapi Bisma masih belum bisa mengungkapkan rasa penasarannya.

Dengan malas dia menyodorkan proposal kerja sama yang akan mereka lakukan.

"Aku setuju saja sama yang udah kamu rencanakan ini," komentar Joandra setengah jam kemudian.

"Hemm."

Joandra menatap Bisma aneh akan reaksi ngga bersemangat sahabatnya. Padahal Bismalah yang awalnya paling bersemangat untuk proyek ini.

"Kamu kenapa?"

"Apa yang kamu rencanakan?"

Keduamya saling bersitatap.

"Maksudnya?"

"Renata."

Joandra tersenyum, mulai mengerti kenapa mood sahabatnya langsung berubah.

"Ketemu tadi di depan?" tanya Joandra santai.

"Ya."

"Kamu akan kaget kalo dengar ceritanya," kekeh Joandra santai.

Bisma menatap Joandra serius.

"Tergantung."

Keduanya bersitatap kembali. Joandra pun menghentikan tawanya.

"Kami bertunangan."

"Jangan becanda!" geram Bisma merasa dipermainkan Joandra. Karena Joandra ngga terlihat serius mengatakannya.

"Siapa yang becanda," kilah Joandra dengan cengirannya.

Bisma terdiam, mengamati wajah sahabatnya dalam dalam. Tapi dia ngga menemukan kebohongan di sana.

"Kenapa.bisa?"

"Papaku dan papanya saling mengenal. Kami dijodohkan," jelas Joandra singkat.

Untuk detilnya ngga akan dia katakan. Cukup dia dan keluarga mereka saja yang tau.

"Semudah itu?"

Bisma menatap Joandra seperti orang bodoh.

"Ya."

Hening sesaat.

Terdengar helaan nafas berat Bisma.

"Kamu terima Renata begitu saja jadi tunangan kamu?"

"Ya."

"Bukannya kamu benci sama dia," kejar Bisma lagi.

"Ya."

Bisma menatap Joandra frustasi karena jawaban jawaban pendeknya. Ingin rasanya melempar proposal ini ke kepala sahabatnya yang sudah jadi sinting gara gara patah hati dengan Renata.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku aja ngga peduli," ucap Joandra mulai mengusap wajahnya.

"Silvia dan Saraswati gimana?"

"Mengapa.dengan mereka?"

"Renata ngga apa apa kamu tetap dekat dengan keduanya?"

Joandra tertawa lepas melihat wajah kesal Bisma.

"Dengan wanita mana pun aku bebas. Renata ngga berhak melarang," ucapnya dingin setelah puas tertawa.

Bisma terdiam. Dia tau, sakit hati Joandra pada Renata sangat dalam.

"Mumpung orangnya ada di sini, ngga ingin kamu selesaikan salah paham kalian?" tanya Bisma hati hati.

"Salah paham apa? Semuanya sudah jelas," respon Joandra tegas.

"Aku merasakan ada yang aneh. Ngga mungkin Renata seperti itu. Mungkin saja ada yang ngga suka melihat kalian bersama," ucap Bisma mengemukakan ganjalannya.

Gadis sepolos dan sebaik Renata ngga mungkin player, kan?

"Kita sudah lihat aslinya. Juga foto fotonya," sengit Joandra. Jika membahas Renata dan pacar pacarnya selalu membuat Joandra hipertensi.

"Iya, memang. Tapi kadang yang kita lihat belum tentu benar," balas Bisma dengan suara rendah.

Joandra hanya mendengus kesal.

"Sudahlah. Jangan dibahas lagi," ketusnya.

Bisma diam. Kalo sudah begini Bisma sudah ngga bisa mengatakan apa apa lagi.

Dia pun ngga bisa terlalu ikut campur dalam urusan pribadi Joandra.

1
Nanik Lestyawati
keren
Simba Berry
sayang sekali dicerita ini tdk diceritan sudah berapa tahun berlalu.tahu2 sudah renata sudah befubah aja wajahnya.bingung kita bacanya.
Siti Suhaenah
Luar biasa
Anita Choirun Nisa
good
Uba Muhammad Al-varo
Renata punya sahabat penghianat begitu juga papa joandra penghianat,hadeuh ........
Uba Muhammad Al-varo
kasian kamu Renata karena kesalah pahaman membuat kamu dibenci oleh joandra,begitu pun mamanya joandra karena kamu miskin.
Uba Muhammad Al-varo
huh joandra lain dimulut lain dihati
bunda DF 💞
bagus bgt ceritanyaa,, lanjut aku baca cerita yg lainnya yaaa
RithaMartinE
luar biasa
Lenni Namora
😘
sansan
mampir kesini sambil nunggu novel nya kaysar sama gista up lagi... udah maraton pokok nya ini.. dr nathan sama zoya .. early sama edna.. fazza vanda... skrg lanjut kesini dulu ..
💗vanilla💗🎶
yg bikin suka itu ceritanya gak panjang2 , tp gak pendek jg , pas lah .. ada plot twist nya jg , semangat berkarya trs thor
💗vanilla💗🎶
cerita susan sm bisma lucuk jg , gak ada lapaknya ni
Rahma AR: blm ada ....
total 1 replies
like
Kecewa
like
Buruk
💗vanilla💗🎶
pengertian sekali ob nya
💗vanilla💗🎶
lho bukannya udh kenal ya , wkt kena bola basket itu
💗vanilla💗🎶
brarti si diana nih biang kerok nya .. np jg msh pake kurir2 , gak komunikasi lsg hp ada 😁
💗vanilla💗🎶
br mampir di sini thor /Smile/
Lailatul Ella
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!