Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 Bersikap adil
Malam hari pun tiba, Evan yang sudah kembali dari kantor langsung menuju ke kamarnya. Dia bertanya pada penjaga apakah ada pemberontakan dari Zahra atau tidak. Para penjaga mengatakan tidak dan Evan bergegas membuka pintu. Dia melihat Zahra yang terduduk diam di tepi ranjang menghadap jendela. Perlahan tapi pasti, langkahnya membawa dia mendekati Zahra.
"Mau sampai kapan kau terus mengurungku seperti ini, Mas?" tanya Zahra dengan nada datar.
Evan duduk di sebelah Zahra, dia mengelus rambut istrinya itu dengan penuh kasih sayang. "Aku tidak tau pasti, tapi intinya, kau akan tetap bersamaku sampai kapanpun. Bahkan jika kau ingin meminta cerai, maka hak asuh anak kita nanti harus jatuh ke tanganku." ujarnya tanpa merasa bersalah.
Zahra membalikkan badan, dia menatap Evan dengan tajam. "Kau egois, Mas! Dan sampai mati pun aku tidak akan pernah membiarkan anakku ini di urus oleh manusia yang tidak punya hati seperti kalian!" tukasnya marah.
"Apa kau sudah makan?" Evan mencoba mengalihkan pembicaraan agar Zahra tidak terus-terusan emosi. Di tanya seperti itu, Zahra hanya diam.
"Sayang, kenapa kau sangat keras kepala? Aku bertanya apakah kau sudah makan?"
"Lebih baik aku mati kelaparan daripada harus terkurung dirumah ini!"
Kesabaran Evan hampir saja habis, tetapi pria itu harus mencoba untuk meredam amarahnya demi buah hati yang ada di dalam perut Zahra.
"Aku akan mengambil makanan untukmu. Kau ingat bukan, di dalam sini ada juga yang perlu memakan sesuatu." Evan mengelus perut Zahra. Tanpa menunggu jawaban, dia langsung keluar untuk mengambil makanan.
Setelah Evan menutup pintu, Zahra berdecak kesal. Dia mengumpat memaki suaminya itu.
"Dasar pria egois, mata keranjang, gak punya hati, gak tau diri!" makinya sambil memukul kasur.
Tak lama kemudian, Evan masuk ke dalam kamar. Dia melihat Zahra yang ternyata sudah terlelap. Wanita itu bahkan tidur dalam keadaan tidak mandi dan makan. Sesudah berada di dekat Zahra, Evan menatap wajah cantik wanita yang sangat dia cintai itu. Namun, semua hilang begitu saja ketika dia mengingat Anna. Ya, Evan bahkan melupakan keberadaan gadis itu yang saat ini sudah tinggal dirumahnya. Padahal, Anna juga sedang mengandung buah hatinya.
Evan keluar dari kamar Zahra, dia mengunci pintu dari luar karena para penjaga sedang beristirahat. Kamar mereka hanya berbeda beberapa langkah saja, dan saat ini akhirnya Evan telah sampai di kamar milik Anna. Dia melihat Anna yang masih bermain ponsel, dirinya tersenyum tipis dan berjalan mendekat.
"Kau belum tidur?" tanya Evan lembut setelah dia berada di dekat Anna.
"Aku tau kalau kau sudah pulang dari tadi, lalu kenapa kau baru menemuiku sekarang? Apa istri tercintamu itu sudah tidur?" Anna seakan tidak menghiraukan keberadaan Evan, dia masih tetap sibuk bermain ponsel.
"Sayang, apa kau marah padaku? Baiklah, maafkan aku. Kau tau 'kan, Zahra itu sangat keras kepala. Dia bahkan tidak mandi dan juga makan, aku hanya memikirkan nasib bayi kami nantinya."
"Apa kau tidak memikirkan nasibku dan bayi kita?" Anna meletakkan ponselnya dan mulai menatap wajah tampan milik Evan.
"Hei, tentu saja aku juga memikirkan kalian. Jadi, apa kau sudah makan?"
Anna menjawab dengan anggukan, dia bergelayut manja di lengan Evan. "Aku sangat merindukanmu." ucapnya membuat Evan terkekeh pelan.
''Ya ya ya, aku juga merindukanmu. Kenapa kau belum tidur?" Evan memeluk Anna.
"Aku ingin kau menemaniku tidur, aku sengaja menunggumu."
"Kau ini, sangat manja." Evan menarik hidung Anna dengan gemas.
Pria itu meminta Anna berbaring, lalu dia menyelimuti tubuh Anna dan memeluknya dari samping.
"Aku sudah berada disini, sekarang tidurlah."
Anna mengangguk dan dia mulai memejamkan matanya. 'Aku pasti bisa menguasai Mas Evan, dan kau Zahra, aku pastikan kau akan pergi dari rumah ini secepatnya.' batin Anna sambil menikmati elusan tangan Evan dikepalanya.
Bersambung