"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimana Amara?
Jantung Cheryl seakan berhenti berdetak mendengar apa yang Gavin katakan, dunianya seakan runtuh membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apalagi saat ini dia belum menyelesaikan kuliahnya, namun dia begitu heran melihat Gavin yang saat ini justru terlihat begitu bahagia.
"Om aku hamil?"
"Iya sayang kau hamil anak kita, dan saat ini usia kandunganmu memasuki usia 4 minggu."
"Astaga!" pekik Cheryl sambil menutup mulutnya. Raut wajahnya pun kini semakin terlihat pucat, hatinya terasa begitu campur aduk.
"Om aku takut."
"Memangnya kenapa? Apa yang perlu kau takutkan? Sayang, ada aku di sini, aku akan bertanggung jawab atas anak itu."
"Tapi tidak semudah itu, Om tahu kan saat ini aku masih kuliah. Om juga masih berstatus sebagai suami dari tanteku."
"Cheryl, dengarkan aku. Aku akan menikahimu secepatnya, lalu tentang kuliahmu kau bisa mengajukan cuti selama setahun. Kalau beasiswamu hangus, biar aku yang membiayai kuliahmu kalau anak kita sudah lahir."
"Menikahiku? Oh tidak, kalau kita menikah bukankah itu artinya Om harus berterus terang pada kedua orang tuaku? Tidak Om, aku belum siap menerima semua hal buruk yang akan menimpa kita. Aku belum sanggup Om," ucap Cheryl sambil terisak.
Gavin kemudian memeluk Cheryl. "Sayang, tolong kau jangan banyak berfikir, kau sedang hamil. Biar aku yang akan menyelesaikan semua ini, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas bayi yang ada di dalam kandunganmu dan atas dirimu. Aku akan bertanggung jawab pada kalian."
"Iya Om, aku tahu itu. Tapi, bagaimana dengan Tante Diandra? Bukankah saat ini Tante Diandra juga sedang hamil? Om juga masih berstatus sebagai suami dari Tante Diandra."
"Cheryl, apa kau sudah lupa janin yang ada di dalam kandungan Diandra bukanlah darah dagingku. Kalau masalah Diandra, aku akan menceraikan Diandra secepatnya, saat ini aku sedang berusaha mencari bukti tentang perselingkuhan Diandra."
"Tapi Om, untuk saat ini kita belum memiliki bukti apapun dan hanya sebatas asumsi saja kan?"
"Iya aku sedang mencari bukti itu, Cheryl."
"Om, bolehkah aku mengatakan sesuatu?"
"Kau mau bicara apa, Sayang?"
"Tentang masa lalu Tante Diandra, sebelum berhubungan dengan Om Gavin, sebenarnya Tante Diandra sudah pernah memiliki seorang pacar, namanya Alex. Dia mengatakan pacarnya adalah seorang pemilik Production House, dan dulu Tante Diandra terlihat sangat itu mencintai Alex, mereka juga sering pergi berlibur keluar kota bersama. Tapi entah mengapa hubungan mereka tidak berlanjut, dan tak lama setelah itu Tante Diandra malah memperkenalkan Om Gavin sebagai calon suaminya."
Gavin pun begitu terkejut mendengar perkataan Cheryl, semua yang Cheryl katakan seolah sangat berbeda dengan apa yang Diandra katakan dulu. Ya, detik itu juga Gavin baru menyadari ternyata semua kepolosan yang ada di dalam diri Diandra ternyata adalah palsu. Dulu, sejak pertama kali mereka bertemu, Diandra selalu mengatakan jika Gavin adalah cinta pertama dan terakhirnya, dan dia juga mengatakan kalau dia belum pernah menjalani hubungan dengan pria manapun sebelumnya. Semua yang dikatakan Cheryl bagaikan sebuah sambaran petir bagi Gavin, dan dia pun baru menyadari kebodohan dirinya yang saat itu begitu tergila-gila pada Diandra dengan mempercayai semua kata-katanya begitu saja.
"Om kenapa? Jadi Om nggak tahu masa lalu Tante Diandra?"
Gavin pun menggelengkan kepalanya. "Tidak sayang, aku tidak tahu masa lalu Diandra. Dulu dia mengatakan kalau dia belum pernah berpacaran, dan akulah laki-laki pertama yang pernah ada di hidupnya."
"Astaga, jadi Tante Diandra sudah membohongi Om sejak dulu."
"Iya Cheryl, dan hal ini semakin membuatku merasa tertarik untuk menyelidiki Diandra. Dia sampai menyembunyikan masa lalunya padaku, pasti karena ada sesuatu yang dia tutupi. Apalagi aku yakin, saat ini anak yang ada di dalam kandungan Diandra bukanlah darah dagingku. Cheryl, apakah itu ada hubungannya dengan Alex? Apa kesibukan Diandra di luar juga ada hubungannya dengan Alex? Apalagi pekerjaan mereka dalam satu bidang yang sama."
"Entahlah Om, lebih baik kita jangan terlalu banyak berasumsi sebelum memiliki bukti."
"Kau tenang saja, Sayang. Aku akan menyelidiki semua ini, dan saat aku mendapatkan bukti itu, aku akan menceraikan Diandra secepatnya."
"Om aku takut kalau Tante Diandra tahu hubungan kita."
"Kenapa kau berfikir seperti itu, Cheryl?"
"Jadi Om belum tahu foto-foto kita yang tersebar?"
"Foto-foto kita?"
"Iya Om, ada yang menyebarkan foto-foto kita di media sosial, apalagi caption yang dia sematkan menyebutku sebagai sugar baby," jawab Cheryl sambil tertunduk.
"Apa? Siapa yang berani berbuat seperti itu, Cheryl?"
"Entahlah, Om coba lihat ini." Cheryl lalu memperlihatkan sebuah postingan di media sosialnya yang memperlihatkan foto-foto mereka yang sedang bermesraan.
"KURANG AJAR!" teriak Gavin, dia kemudian memperhatikan foto-foto itu lagi yang memperlihatkan dirinya dan Cheryl saat sedang berada di Lombok.
"Sayang, bukankah ini foto-foto kita saat berada di Lombok kan? Dan yang tahu ini adalah Amara! Apa ini artinya Amara yang menyebarkan semua ini?"
Cheryl kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku harus meminta penjelasan pada Amara!" teriak Gavin. Dia kemudian mengambil ponselnya, berusaha menghubungi Amara. Tapi berulang kali dia menghubungi Amara, panggilan itu tak kunjung mendapat jawaban. Gavin kemudian menghubungi salah satu staf kantornya.
[Tolong bilang pada Amara untuk mejawab telepon dariku!]
[Amara belum berangkat ke kantor, Pak Gavin.]
[Apa? Belum berangkat ke kantor?]
[Iya Pak.] Gavin kemudian menutup teleponnya dengan begitu kesal.
"Brengsekkk kau Amara!"
"Astaga, kenapa jadi rumit seperti ini? Apakah mungkin Amara yang melakukan itu? Tapi untuk apa? Lalu, dimana Amara sebenarnya?" tanya Cheryl sambil menatap Gavin.
