Mahesa Sura yang telah menunggu puluhan tahun untuk membalas dendam, dengan cepat mengayunkan pedang nya ke leher Kebo Panoleh. Dendam kesumat puluhan tahun yang ia simpan puluhan tahun akhirnya terselesaikan dengan terpenggalnya kepala Kebo Panoleh, kepala gerombolan perampok yang sangat meresahkan wilayah Keling.
Sebagai pendekar yang dibesarkan oleh beberapa dedengkot golongan hitam, Mahesa Sura menguasai kemampuan beladiri tinggi. Karena hal itu pula, perangai Mahesa Sura benar-benar buas dan sadis. Ia tak segan-segan menghabisi musuh yang ia anggap membahayakan keselamatan orang banyak.
Berbekal sepucuk nawala dan secarik kain merah bersulam benang emas, Mahesa Sura berpetualang mencari keberadaan orang tuanya ditemani oleh Tunggak yang setia mengikutinya. Berbagai permasalahan menghadang langkah Mahesa Sura, termasuk masalah cinta Rara Larasati putri dari Bhre Lodaya.
Bagaimana kisah Mahesa Sura menemukan keberadaan orang tuanya sekaligus membalas dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Muda Guru
"Benar-benar kurang ajar..!!! "
Perempuan muda yang berkata lantang itu langsung menarik kipas besi kecilnya dan memutar tubuhnya sembari ia melayangkan tendangan keras ke arah kepala Mahesa Sura.
Whhuuuuuuuuuuggggh!
Mahesa Sura segera menjejak meja sedangkan tubuh nya beserta kursinya bergeser mundur. Karena itu serangan cepat si perempuan muda berkipas besi kecil itu hanya menyambar udara kosong. Mahesa Sura langsung berdiri dari kursinya sembari menatap tajam ke arah Dewi Kipas Besi dan kedua muridnya.
"Jika ingin menjajal kemampuan, kita keluar! Jangan membuat pemilik warung makan ini merugi karena kesombongan kalian! "
Mendengar tantangan Mahesa Sura, perempuan muda berkipas besi itu langsung menoleh ke arah Dewi Kipas Besi. Wajah perempuan paruh baya itu juga terlihat geram mendengar omongan sang pemuda berbaju wulung itu.
"Cendani, beri dia pelajaran yang pantas. Kalau sampai kalah, aku sendiri yang akan menghajar mu! ", ucap Dewi Kipas Besi penuh amarah. Perempuan muda berkipas besi itu langsung mengangguk lalu menoleh ke arah Mahesa Sura.
" Kita selesaikan secara jantan di luar. Ayo..!! "
Cendani langsung melesat ke arah halaman warung makan. Mahesa Sura pun segera menyusul. Di sana keduanya langsung berhadapan. Sedangkan Dewi Kipas Besi bersama 1 orang muridnya yang lain, Ranti, langsung ikut keluar dari warung makan. Begitu juga dengan Pusparini dan Tunggak.
Dengan beringas Cendani menyerang Mahesa Sura dengan kipas besi nya yang ternyata memiliki ujung runcing jika di tekan pada ujung pegangan. Meskipun demikian, Mahesa Sura tetap tenang menghadapi perempuan muda itu sambil sesekali melakukan serangan balasan.
Whhhhuuuuuuttt whhhhuuuuuuttt...
Baaaagggg pllaakkk pllaakkk dhhaaaaassshhh!!
Dua tamparan dan satu tendangan Mahesa Sura yang dilayangkan dengan cepat membuat Cendani terhuyung-huyung mundur tetapi perempuan muda beringas ini justru semakin geram dengan apa yang baru saja menimpa nya. Dia cepat kembali menata kuda-kuda ilmu silatnya sebelum kembali menerjang ke arah Mahesa Sura. Pertarungan sengit antara mereka pun kembali berlanjut.
Di pinggir halaman, Dewi Kipas Besi menatap tajam ke arah Mahesa Sura yang sedang mengadu kepandaian ilmu beladiri melawan muridnya.
'Siapa pemuda ini? Aku belum pernah mendengar nama nya di dunia persilatan? Ciri-ciri nya juga tidak pernah aku dengar sebelum-sebelumnya, tetapi ia mampu mempecundangi Cendani dengan mudah? Apa dia pendekar muda yang baru turun gunung?
Ilmu silatnya terlihat luwes tetapi mematikan. Mirip-mirip dengan Si Tua Kidang Basuki itu tetapi gerakan-gerakan nya sedikit berbeda. Hemmmm, kalau dibiarkan terus-menerus Cendani akan dijatuhkan oleh nya. Tidak, ini tidak boleh dibiarkan terjadi', batin Dewi Kipas Besi.
Dengan halus, Dewi Kipas Besi menyikut Ranti yang berdiri di sampingnya.
"Bantu Cendani. Ia bukan lawan pemuda itu. Cepat sebelum semuanya terlambat", geram Dewi Kipas Besi lirih yang membuat Ranti menganggukkan kepalanya. Segera Ranti memutar kipas besi nya sebelum ikut menerjang maju ke arah Mahesa Sura. Dua perempuan itu segera mengeroyok Si Iblis Wulung dengan ilmu silat yang mereka pelajari dari Dewi Kipas Besi.
Pusparini yang khawatir dengan keselamatan Mahesa Sura, hendak mencabut pedangnya tetapi dicegah oleh Tunggak.
"Sudah jangan macam-macam. Kalau kau ikut turun tangan, yang ada malah membuat konsentrasi Sura terpecah. Lihat saja, kalau benar-benar bahaya baru bertindak.. ", nasehat Tunggak segera.
" Tapi tapi aku... "
"Tidak pakai tapi-tapian. Kalau cuma kroco kroco begitu, Sura tidak akan pernah berkeringat sedikit saja. Percaya deh... ", mendengar nasehat itu, Pusparini urungkan niatnya untuk maju meskipun dengan sedikit kekhawatiran kalau-kalau Mahesa Sura tak bisa mengalahkan mereka.
Pertarungan satu lawan dua berlangsung seru. Kendati dikeroyok oleh Cendani dan Ranti, Mahesa Sura tidak terlihat tertekan oleh mereka berdua. Malahan terlihat jelas kedua murid Dewi Kipas Besi ini seolah-olah menjadi mainan si murid Lembah Embun Upas.
Dhhaaaaassshhh dhhaaaaassshhh!!!
Uuuuuggghhhhhh....!
Dua pukulan keras Mahesa Sura memaksa Cendani dan Ranti tersurut mundur beberapa langkah ke belakang. Nafas keduanya terengah-engah karena letih. Pertarungan dengan Mahesa Sura yang memakan waktu lama membuat tenaga mereka hampir mencapai batas.
"Bagaimana? Masih mau dilanjutkan? ", tanya Mahesa Sura dengan nada yang terdengar seperti meremehkan kedua murid Dewi Kipas Besi itu.
" Bedebah!!! Jangan sombong dulu!! Kami masih belum kalah!!! ", teriak Cendani keras.
" Kangmbok Ranti, kita gunakan Ajian Kipas Langit untuk membungkam mulut si brengsek ini..! "
Mendengar omongan Cendani, Ranti mengangguk cepat. Keduanya segera menyalurkan tenaga dalamnya pada kipas besi di tangan. Seketika cahaya biru kehitaman terlihat di kedua senjata mereka.
Melihat musuh sudah mengeluarkan ilmu pamungkas nya, Mahesa Sura dengan cepat merapal mantra Ajian Tapak Iblis Neraka ajaran Ki Kidang Basuki sang Iblis Berjari Perak gurunya. Cahaya merah kehitam-hitaman dengan hawa panas diikuti oleh angin bersliweran seketika tercipta di telapak tangan Mahesa Sura.
Usai ilmu kanuragan mereka sempurna, Mahesa Sura dan Cendani serta Ranti melompat ke depan untuk mengadu kesaktian.
Dewi Kipas Besi yang melihat ilmu yang digunakan Mahesa Sura, terkejut setengah mati. Dia sangat hafal dengan ilmu itu. Melihat Mahesa Sura hendak beradu ilmu kesaktian dengan muridnya, dia langsung mengembangkan kipas besi nya dan dengan cepat mengayunkan senjata besar itu di antara Cendani dan Ranti serta Mahesa Sura.
"Hentikan pertarungan kalian..!! "
Whhhhuuuuuuuuuusssssshhhh!!
Angin kencang berhawa panas nan mengerikan seketika menderu kencang ke tengah halaman warung makan. Sadar bahwasanya angin ini bukan angin biasa, Mahesa Sura urungkan niatnya untuk bertarung melawan Cendani dan Ranti. Dia memilih untuk mundur. Pun juga dengan dua murid Dewi Kipas Besi itu.
"Guru, kenapa kau menghentikan kami? Kami hampir saja mengalahkannya.. ", rajuk Cendani sembari melangkah mendekati Dewi Kipas Besi.
" Tutup mulut mu, Cendani! Kalau aku tidak turun tangan tepat waktu, saat ini kalian berdua sudah jadi mayat.. Sekarang diam saja, biar aku bicara dengan pendekar muda ini..
Anak muda, ku lihat kau menggunakan Ajian Tapak Iblis Neraka. Di dunia ini hanya Si Iblis Berjari Perak saja yang menguasainya. Apa hubungan mu dengan nya? ", Dewi Kipas Besi menatap ke arah Mahesa Sura.
" Dia guru ku. Apa peduli mu, nenek tua?! ", ucap Mahesa Sura dengan ketus. Rasa kesal karena sikap Cendani lah yang membuatnya bersikap seperti ini.
" Kurang ajar, berani sekali kau memanggil guru ku dengan sebutan nenek tua. Kau cari mati!!! "
Cendani yang hendak bergerak maju langsung ditampar Dewi Kipas Besi dengan keras.
Pllllaaaaaaakkkkk!!!
"Bisa diam tidak kau hah?! Apa perlu aku menghajar mu lebih dulu supaya kau mau menutup mulut mu itu?!! ", Dewi Kipas Besi mendelik kereng pada Cendani yang membuat gadis muda itu ciut nyali seketika.
" Anak muda, jangan ambil hati ocehannya. Dia sedang datang bulan jadi bicaranya kadang tak pakai akal.
Oh iya kau bilang Si Iblis Berjari Perak adalah guru mu. Dimana dia sekarang? Cepat katakan pada ku", Dewi Kipas Besi bertanya penuh harap.
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan keberadaan guru ku? Apa kau ini salah satu musuh nya? ", tanya Mahesa Sura penuh kewaspadaan. Dia tahu bahwa Ki Kidang Basuki adalah tokoh sesat golongan hitam yang banyak punya musuh. Jika ada yang tiba-tiba menanyakan keberadaan nya, pasti bermaksud untuk balas dendam.
" Bukan bukan bukan. Aku sama sekali bukan musuhnya. Aku ini... ", Dewi Kipas Besi tidak segera melanjutkan omongan nya. Wajahnya yang sudah memiliki banyak keriput itu terlihat bersemu merah. Sedang bibirnya tersenyum seperti sedang membayangkan sesuatu yang indah.
Cendani, Ranti, Mahesa Sura bahkan juga Tunggak dan Pusparini yang mendekat ke arah mereka kompak bersuara,
" AKU INI APAAAA???!!!! "
Hal ini membuat Dewi Kipas Besi tersadar dari lamunan nya. Dia buru-buru berusaha mengendalikan perasaan nya. Begitu merasa tenang, dia menatap ke arah mereka semua.
"Aku ini adalah istri muda nya.. "
Jawaban Dewi Kipas Besi membuat semua orang kaget setengah mati dan kompak terlonjak sembari tanpa sadar berteriak,
HAAAAAAAAAAHHHHHH!!!!
semoga bisa up setiap hari dengan lancar 🙏🤗