( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 - Patah Hati
Setelah dua jam berada di ruang IGD, kini Karsa dipindahkan ke kamar rawat inap yang sudah Dea pesan. Marni juga sudah datang ke rumah sakit dengan wajah cemas. Tapi sebisa mungkin Dea meyakinkan ibunya untuk tetap tenang dan mendoakan yang terbaik untuk ayahnya.
Dea masih berada di luar kamar karena ia merasa bersalah pada sang ayah. Dalam jarak yang tidak terlalu jauh, Shady masih setia menanti kabar tentang kondisi kesehatan Karsa saat ini.
Seorang perawat keluar dari kamar Karsa dan menemui Dea.
"Pak Karsa ingin bertemu dengan Anda, Mbak," ucap si perawat.
Dea mengangguk kemudian masuk ke dalam ruangan itu. Terlihat ayah dan ibunya menatap Dea. Rasa bersalah semakin menggelayuti Dea saat melihat ayahnya lagi-lagi harus terbaring di rumah sakit.
"Kemarilah, Nak!" ucap sang ibu.
Dea berjalan mendekat. Karsa yang masih dalam kondisi lemah berusaha meraih tangan Dea.
"Nak, selesaikan masalahmu dengan tuan Shady. Jika memang dia adalah suamimu, maka sebaiknya bicarakan dengan pikiran dingin. Jangan terbawa emosi." Karsa menatap sendu putrinya.
"Maafkan Dea, bapak, ibu!" lirih Dea yang hanya bisa menundukkan wajahnya.
"Sudah! Kita bicara lagi nanti. Sekarang temui dulu suamimu!" Marni ikut membujuk sang putri.
Dea mengangguk kemudian keluar dari kamar rawat itu. Dea berjalan menghampiri Shady.
"Bagaimana kondisi ayahmu?" tanya Shady cemas.
"Bapak sudah sadar. Aku rasa dia akan baik-baik saja." Dea menjawab dengan datar.
"Syukurlah. Aku benar-benar min..."
"Bapak menyuruhku untuk bicara denganmu. Tapi kurasa, tidak ada lagi yang harus aku bicarakan denganmu. Bagiku ... hubungan kita sudah berakhir sejak aku menandatangani surat perceraian itu."
Shady menghela napas. "Aku tahu aku salah. Tidak seharusnya aku..."
"Tidak perlu meminta maaf!" Lagi-lagi Dea memotong kalimat Shady.
"Aku sudah katakan padamu tadi. Jika aku tidak akan kembali ke rumahmu! Aku juga tidak akan menjadi ibu pengganti untuk Naura. Kau sendiri sudah berjanji akan melepasku setelah dua tahun, kenapa sekarang kau memintaku kembali?" Tatapan mata Dea mengarah tajam pada Shady.
"Itu karena..."
"Dea!" Sebuah panggilan membuat Dea dan Shady menoleh. Shady mendengus kesal karena baru kali ini ia berkali-kali tidak digubris.
"Mas Arshad?" Dea bingung melihat dokter muda itu ada disana.
"Aku dengar dari para tetangga jika pak Karsa masuk rumah sakit, makanya aku segera datang kesini," jelas Arshad.
Shady menatap Arshad dengan sinis. "Siapa sih orang ini? Sepertinya dia ingin mencari perhatian Dea. Sok-sok peduli sama ayahnya Dea segala!" batin Shady kesal.
"Iya, Mas. Penyakit jantung bapak kambuh gara-gara ulah seseorang!" Dea melirik Shady seraya menyindir.
"Ya Tuhan, lalu bagaimana kondisi pak Karsa sekarang?" tanya Arshad.
"Bapak sudah siuman. Dia ada di kamar 407."
"Kalau begitu aku akan kesana ya!" Arshad yang akan melangkah segera di cegah oleh Shady.
"Eh, kau ini siapa? Main masuk sembarangan!" dengus Shady.
"Dea, siapa dia sebenarnya? Kenapa dia bersikap seolah dia adalah keluargamu?" Arshad menatap Dea meminta penjelasan.
Dea memalingkan wajahnya. Sungguh saat ini Dea tidak ingin menjelaskan apapun pada Arshad maupun Shady.
"Aku adalah suami Dea! Dan Dea adalah istriku!" celetuk Shady yang membuat bola mata Dea membulat.
"Apa? Suami? Apa itu benar, Dea? Apa benar kau sudah menikah?" Arshad kembali meminta penjelasan dan jawaban jujur dari Dea.
Dea menatap malas kearah Shady. Laki-laki ini sangat egois dan licik untuk membuat Dea terus takluk pada dirinya.
Dea memejamkan matanya sejenak. "Untuk saat ini aku harus memikirkan kondisi kesehatan bapak saja! Aku tidak boleh memikirkan hal lain. Aku tidak boleh lemah di depan mas Shady. Dan aku juga tidak boleh memberi harapan pada dokter Arshad. Aku harus fokus pada bapak saja!" tegas Dea dalam hatinya.
"Iya, dia adalah suamiku!" seru Dea yang membuat Arshad tertegun. Arshad tak menyangka jika wanita yang dicintainya telah bersuami.
Sementara Shady tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa jika Dea pasti bisa luluh dengannya dan bersedia kembali menjadi ibu sambung Naura.
"Maaf, Dokter. Aku tidak bermaksud membohongi dokter. Tapi ... itulah kenyataannya. Aku memang sudah menikah."
Dengan langkah gontai, Arshad memutar badan dan meninggalkan Dea dan Shady. Arshad bahkan melupakan niatnya untuk datang menjenguk Karsa.
Sepeninggal Arshad, Dea kembali menatap tajam Shady.
"Apa Mas sudah puas? Apa Mas senang karena sudah menghancurkan hidupku?" Suara Dea bergetar saat bicara di depan Shady.
"Dea, aku..."
"Aku memintamu untuk melepaskanku, tapi kenapa kau terus mengikatku? Kau bahkan tidak pernah menganggap aku ada, kenapa sekarang kau datang memintaku kembali?" Tangis Dea kembali pecah.
Rasa bersalah kini semakin besar menghantui Shady. Tangannya terulur ingin menyentuh tubuh Dea. Namun dengan cepat gadis itu menepisnya.
"Pergilah, Mas! Dan jangan kembali lagi!" ucap Dea disela isak tangisnya.
Shady merasa kecewa dengan kalimat Dea. Namun membantah pun rasanya percuma. Gadis itu pasti akan mengusirnya lagi.
"Pergi!" seru Dea sekali lagi. Yang akhirnya membuat Shady mengalah.
Pria itu melangkahkan kakinya dengan gontai. Ia menatap Dea yang masih terisak.
"Aku bahkan belum memulai apapun, Dea. Tapi kau sudah lebih dulu membuatku patah hati."
Shady memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Rasanya usahanya kali ini tidak akan berhasil.
"Mungkin aku harus memberinya waktu untuk berpikir. Ya! Dea pasti sedang gundah karena ayahnya juga sedang sakit."
#
#
#
Shady kembali ke rumah keluarga Hutama dengan wajah tertekuk dan penampilan berantakan. Nilam menyambut kedatangan putranya.
"Kamu sudah kembali, Bang?" tanya Nilam.
Shady enggan menjawab. Namun kehadiran Clara membuatnya juga tak bisa pergi begitu saja.
"Bagaimana Bang? Apa Abang berhasil?" tanya Clara antusias.
"Sudahlah! Aku tidak ingin membahasnya. Aku lelah!"
"Bang!" Clara mencekal Shady. "Abang pasti sudah mengacaukan semuanya kan?" terka Clara.
Shady mengangguk lemah.
"Sudah kuduga! Abang sangat tidak pandai dalam meraih hati wanita." Clara menggelengkan kepalanya.
"Ayah Dea jatuh sakit dan itu semua karena aku. Aku tidak ingin membuatnya tambah bersedih. Aku bisa apa jika dia bersikeras untuk lepas dariku? Sebaiknya aku serahkan saja surat perceraian kami ke pengacara." Shady melenggang pergi tanpa berucap apapun lagi.
Clara dan Nilam hanya bisa saling pandang melihat kepergian Shady.
Saat hendak menuju kamarnya, Shady dikagetkan dengan sebuah suara yang tak asing baginya di kamar Naura. Hatinya yang masih dilanda emosi serta rasa patah hati membuatnya kalap dan mendobrak kamar Naura.
"Kau!" Shady menghampiri Rasya yang sedang bermain dengan Naura. Shady menarik tubuh Rasya dan menghempaskannya kasar.
"Shady! Apa yang kau lakukan?" tanya Rasya dengan meringis kesakitan.
"Berhenti mendekati Naura! Berhenti mendekati adik atau keluargaku!" bentak Shady yang membuat Naura menangis. Tentu saja gadis kecil itu takut saat melihat kemarahan ayahnya.
Rasya bangkit dan berdiri. "Sampai kapan kau akan terus bersikap begini, Shady?"
"Sampai kau pergi dari kehidupan keluargaku! Dulu kau mempengaruhi Nola dan sekarang kau juga ingin mempengaruhi Naura. Kau memang licik, Rasya!" Shady kembali maju dan hendak memberikan sebuah pukulan untuk Rasya.
"Abang!"
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus