Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
Cello yang mendapatkan kesadaran, mendadak linglung mengapa ia bisa mendekam di balik jeruji besi. Seingatnya tadi, ia sedang minum dengan ke 3 temannya di rumah. Cello mencoba mengingat-ingat lagi namun nihil. Cello tak mengingat apapun membuat pembaca menyiapkan batako untuk menimpuk kepalanya.
Keesokan harinya, Santi dan Devan mendampingi Shima ke kantor polisi. Kim pun ikut serta dimintai keterangan oleh Polisi. Cello dan ke 2 temannya yang lain, bebas, setelah menyelesaikan sanksi administratif. Sedangkan Diral, masih mendekam di penjara, karena Santi dan Devan tidak mau berdamai.
Cello, duduk di depan disamping Devan yang mengemudi, sedangkan Santi dan Shima duduk di jok belakang. Devan sebenarnya sudah gatal ingin menghajar adiknya yang d*ngu ini, tapi ia masih ia tahan. Tunggu saja sampai di rumah.
Kim dan Aditya memutuskan untuk kembali ke indekos setelah memberikan kesaksian kepada polisi. Kim rasanya ingin meninju wajah Cello. Ia tak tahu mengapa ia bisa semarah ini padahal ia pun menyadari jika Shima adalah istri Cello. Tapi, suami mana yang b*dohnya kebangetan seperti Cello. ? Kim tak habis pikir. Kemarin siku Shima yang memar karena perlakuan Cello. Sekarang terjadi insiden yang memilukan. Besok apalagi.?
Tunggu, tunggu, tunggu.. Kenapa Kim sangat peduli dengan Shima? Kim menyukai Shima? Secepat ini.? Shima kan istri orang?
Kepala Kim rasanya mau pecah, setelah mendengar berisiknya pertanyaan yang berputar di kepalanya.
Kim merebahkan tubuhnya di kasur indekosnya. Meski tak se empuk di rumahnya, tapi Kim lebih nyaman tinggal di sini. Seketika Kim ingat tas besar yang semalam di lemparkan ke Aditya.
Kim segera menghubungi Aditya.
"Dit, ke kamarku sekarang! "
Tanpa mendengar jawaban Aditya, Kim memutuskan panggilan. Tak lama, muncul kepala Aditya melongok dari luar.
"Lu kebiasaan lu, gua belum jawab, udah lu matiin telponnya"
Aditya seraya masuk dan duduk di kursi kamar Kim.
"Mana tas ku.? "
"Tas apa? "
"Jangan pura-pura lupa Dit"
Aditya cengengesan dan membuka lemari Kim. Aditya menyerahkan tas hitam yang disimpan Aditya kemarin yang sempat di lemparkan Kim.
"Bagi dong Kim"
Kim hanya melirik malas. FYI guys.. Aditya ini sepupuan sama Kim.
Kim membuka tas tersebut dan menghitung uang di dalamnya.
"Busseeeettt.. Uang lu banyak, tapi milih ngekos disini. Enak bener jadi lu, punya emak modelan tante Sofi"
Kim tak bergeming sama sekali.
"Ah elah Kim, gua kaya ngomong sama batu. Eeh tapi yang gua heran, lu kenapa emosi banget, pas lihat Shima digituin kemaren. ? Lu suka Shima ya Kim? Gua bilangin tante loh"
Kim memicingkan matanya.
"Bisa diem gak.? "
"Ahh gak seru lu. Tapi kasian bener lu Kim. Udah mau mau aja dijodohin ama yang bercadar, dah selesai ijab kabul waktu cadarnya di buka malah lu nikah ama Pak Tono, ha-ha-ha, sekarang sekalinya suka malah sama istri orang"
Aditya tertawa dan memegangi perutnya. Kim menggeplak kepala Adit.
"Aw.... . Ringan tangan lu Kim" Adit mengusap usap kepalanya.
"Gak usah diingetin lagi. "
"Emang tu betina kenapa ya? Lu cakep, duit banyak, tapi dia kok gak mau? "
"Dia maunya sama yang ahli kitab. Emang dia kira, aku mau sama dia? Aku yakin kalau aku berumah tangga sama dia, dia pasti menggurui aku setiap hari"
"Tapi dia bercadar loh Kim. Kok bisa punya pikiran melenceng gitu? Ninggalin suaminya di pelaminan bersanding sama pak Tono.? Hahahahah"
"Gak ada hubungan antara cadar dengan akhlak, Dit. Tapi aku bersyukur. Dengan kejadian dulu, aku bertemu Shima disini. "
"Mau jadi pe_bin_or lu? "
"Suaminya d*dol. Kenapa nggak.? "
Kim merupakan anak orang kaya. Ibunya mempunyai beberapa rumah makan yang cukup hits di kota tersebut. Ayahnya meninggal waktu Kim masih kecil. Kim anak tunggal. Kim membantu ibunya, untuk mengelola rumah makan. Kim menempatkan orang kepercayaannya dan sesekali saja pergi ke sana untuk mengecek laporan keuangan.
Dulu, pernikahan Kim terjadi karena perjodohan yang diatur Ibunya dengan anak teman arisannya, Nadia, yang baru pulang dari Mesir. Kim pun hanya manut saja, karena dari kecil, Kim belum pernah membantah apa kata Bu Sofi.
Saat Kim mengatakan perihal calon istrinya yang kabur pada Shima di hari lalu, memang benar adanya. Tapi, 'gedenya se lidi, gigi depannya kuning, rambut di semir wana-warni', merupakan kebohongan karena Kim belum pernah melihat wajah mantan istrinya. Mantan istri Kim meninggalkan Kim dengan menyuruh sopir di rumahnya agar menyamar jadi dirinya. Alhasil, saat ibunya Nadia curiga pada mempelai wanita, ibunya Nadia langsung menghampiri mempelai wanita dan menyambar cadarnya. Dan taraaa... Pak Tono dengan kumis lebatnya, memamerkan giginya dan ketakutan setengah mati. Sejak saat itu, Kim segera mengurus pembatalan pernikahannya dan memilih pergi dari rumah, karena Ibunya Nadia, terus mendesak Kim, agar Nadia bisa di gantikan oleh Rena, sepupu Nadia.
"Emang aku cowok apaan? " Kim membatin. Semenjak insiden itu, Kim lebih banyak diam dan tak mau melirik lawan jenis. Tapi berbeda, saat melihat Shima sekilas, Kim merasakan dunianya hidup lagi. Ada getaran entah apa, seolah Kim sudah mengenal Shima sejak lama. Apalagi saat pertama kali datang, Cello menceritakan perihal Shima sebagai adiknya, bukan istrinya.
Bukan salah Kim jika ia memupuk rasa sukanya pada Shima.
Di tempat lain, di rumah Cello, Devan menghajar Cello habis-habisan. Santi dan Shima pun sama sekali tak ingin menolong Cello.
"Mulai sekarang, biar Shima pulang dan tinggal sama Kakak dan mbak Santi, Cell. Teruskan saja kerjaan mabok kamu. Teruskan sampai kamu m*ti." Devan mencengkeram erat kerah leher Cello, dan menghempaskan Cello ke dinding. Cello terpelanting dan merasakan sakit pada seluruh badannya.
"Kakak kan tahu dari awal, aku gak cinta sama Shima"
Cello bangkit dan memberikan alasannya.
Devan kembali meninju wajahnya.
"Lalu karena hanya kamu gak cinta, kamu membiarkan Shima, hampir dilecehkan?. Dasar baji_ngan kurang aj*r kamu Cello. "
Devan kembali meninju perut Cello. Shima yang tak tega akhirnya, memohon pada Devan.
"Sudah cukup hentikan kak, nanti Mas Cello bisa m*ti."
Devan melirik Shima dan menghentikan aksinya.
Shima membantu Cello agar bisa duduk. Wajah Cello lebam dan sudut bibirnya berdarah.
"Kemasi barangmu Shima, kita tinggalkan pria beb*l ini, akan aku bantu urus perceraian kalian. Aku yang membuatmu terjebak dengan pria breng_sek ini, aku juga yang akan membebaskanmu darinya."
Shima melirik sedikit pada Cello.
"Ehm.. Maafkan aku kak Devan. Apa boleh aku meminta waktu satu bulan untuk berfikir? "
Devan menatap Santi sekilas. Santi mengangguk dan Devan kembali mendesah berat.
"Baiklah, selama 1 bulan juga, kakak dan mbakmu akan tinggal disini. "
Shima tersenyum dan mengangguk.
Cello berdiri dan melenggang masuk ke kamarnya dan membanting pintunya.
"Apa yang membuatmu berfikir selama itu Shima.?" Kali ini Santi yang bertanya pada Shima.
"Ehmm.. S_sebenarnya aku takut .. Aku t_takut jika nanti a_aku ha_hamil mbak" Cicit Shima perlahan.
Devan dan Santi menghembuskan nafas kasar. Jika nanti Shima hamil, bagaimana nasib anak Shima.
Apa Shima akan bertahan, agar anak mereka tumbuh di tengah keluarga yang lengkap? Di bawah sikap sikap Cello yang temperamen? Akankah nanti Cello akan memperlakukan mereka dengan baik.?