Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-26
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aluna sudah bersiap-siap berangkat ke kantor. Seperti setiap hari dia selalu kesiangan. Apalagi semalam merasakan perutnya yang kenyang membuat gadis itu tidur begitu lelap hingga bangun selalu siang.
"Pagi semua". Sapanya menuruni tangga sambil menentang tas kerjanya.
"Pagi Bunda".
"Pagi Dek".
"Pagi juga sayang".
"Kamu mau sarapan?". Tanya Kanti pada putrinya.
"Gak dehh Bunda, Aluna sarapan di kantor aja". Sahutnya sambil mengikat rambutnya jempol.
"Kamu berangkat sama siapa?". Tanya Arya sambil menyuap sarapan nya.
"Naik taksi". Sahut Aluna.
"Makanya kamu tuhh molor jangan kesiangan mulu. Yura sama Mira mana mampu nungguin kamu". Omel Kanti sambil geleng-geleng kepala.
"Berangkat sama Kak Leon aja". Saran Lia.
"Emang ada Kak Leon Kak?". Tanya Aluna.
"Pagi semua". Seorang pria tampan tersenyum ramah sambil masuk kedalam.
"Kak Leon". Pekik Aluna "Aaaa Kakak". Dia berhambur memeluk pria itu.
"Aluna". Leon membalas pelukkan Aluna "Apa kabar kamu?". Tanya Leon melepaskan pelukkan gadis itu
"Sehat Kak. Kakak kapan datang, kenapa gak kabarin Aluna?". Cecar Aluna sambil mengajak Leon duduk.
"Semalam. Kamu kayak gak ingat diri aja Lun". Sindir Leon "Kamu kan sibuk mulu". Ujar Leon geleng-geleng kepala.
"Udah ntar aja ngobrol nya sarapan dulu. Kamu juga Lun, sarapan dulu".
"Tapi Aluna udah mau telat Bund". Ucap Aluna melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Sarapan aja dulu Lun, ntar bareng Kak Leon aja". Sambung Arya.
"Iya sayang. Sarapan aja ya". Santoso tersenyum simpul.
"Iya Yah". Aluna menurut dan ikut sarapan bersama keluarga besarnya.
Setelah sarapan gadis itu berpamitan dan tak lupa menyalimi seluruh anggota keluarga nya.
Aluna berangkat bersama Leon. Leon adalah adik Lia, yang artinya mereka berdua adalah ipar. Selama ini Leon menetap di Amerika, melanjutkan study S2, dibagian Dokter Spesialis Jantung. Orangtua Lia dan Leon menetap di Amerika. Leon cukup akrab dengan keluarga suami Kakak nya itu jadi dia dan Aluna pun sudah seperti Kakak adik kandung.
"Gimana kerjaan kamu Lun?". Tanya Leon sambil menyetir.
"Lancar-lancar aja Kak". Sahut Aluna "Ohhh ya Kak Leon bakal kerja di Indonesia?". Tanya Aluna penasaran dari tadi dia ingin bertanya.
"Iya Lun. Kakak dipromosiin di rumah sakit tempat Kak Arya kerja. Jadi yaa lumayan dehh dari pada menetap di Amerika". Sahut Leon.
"Iya juga sihh. Lagian disana aneh Kak, udah udaranya dingin, makanan nya cuma roti doank. Kalau Aluna mah kagak bakal nyentak tuhh diperut". Celetuk Aluna membuat Leon terkekeh gemes.
"Ohh ya si Ray gimana? Masih ngajar jadi dosen?". Tanya Leon. Walau Leon dan Rayyan tidak dekat tapi mereka saling kenal.
"Masih Kak. Sibuk dia, maklum Bapak dosen". Ucap Aluna.
Sampai di perusahaan Zein Group. Leon segera menepikan mobilnya didepan lobby perusahaan.
"Ntar balik Kakak jemput ya. Kakak mau ajak kamu, Brayn dan Bara jalan". Ujar Leon
"Oke Kak siap... Aluna masuk dulu ya". Alun menyalimi tangan Leon.
"Iya Lun. Hati-hati". Senyum Leon tak lupa dia mengacak rambut Aluna.
"Makasih Kak. Byeeee". Aluna melambaikan tangannya. Leon membalas dengan membunyikan klakson mobil.
Aluna masuk dengan senyum sumringah. Suasana kantor sudah hampir sepi, semua orang dan karyawan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aluna adalah karyawan terakhir datang. Meski begitu dari zaman dia masuk kerja tidak ada yang berani memberinya surat panggilan.
"Pagi Pak Andre".
"Pagi Juga Lun". Balas Andre tersenyum manis.
"Ohhh ya Lun. Ini hasil proposal kita". Andre menyerahkan dokumen pada Aluna.
Aluna.mengambilnya dan membawa isi dokumen itu "Serius Pak ini kita lolos?". Andre mengangguk.
"Iya Lun. Dan Minggu depan proyek kita langsung berjalan. Mungkin waktu tiga bulan hampir cukup untuk menangani proyek ini". Jelas Andre.
"Yesss Pak. Kita bakal dapat bonus dari Pak Presdir, lumayan buat beli bakso". Aluna duduk dengan senyum sumringah "Ohh ya Pak, Bang Wawan, Bang Benny, Bu Indah sama Kak Rara mana? Kok sepi?". Tanya Aluna melihat meja para rekan satu ruangan nya kosong.
"Mereka lagi nyiapin data buat meeting nanti siang". Sahut Andre.
"Ohhh". Aluna hanya beroh ria saja.
.
.
.
.
Jam makan siang. Yura dan Mira menggerutu menunggu Aluna yang begitu lama keluar dari ruangan nya. Dimana-mana Aluna selalu lambat dan heran apa sebenarnya yang dilakukan gadis itu.
"Elu, lama banget sihh Lun? Guee udah lapar". Gerutu Yura
"Sabar kali Yur. Orang sabar itu pasti kesel". Celetuk Aluna sambil terkekeh.
Yura memutar bola matanya malas. Dasar Aluna memang bikin tensi naik saja.
Ketiga gadis itu berjalan kearah kantin. Harusnya hari ini mereka makan bersama para kekasih mereka. Namun karena ada tugas negara yang tidak bisa di ganggu gugat, membuat acara makan siang mereka batal.
Aluna langsung terdiam melihat Alvaro dan Dicky tengah makan juga dikantin. Ingin berputar balik tapi takut ada yang curiga. Rasanya Aluna ingin bersembunyi dibawah bumi dari pada bertemu dengan Alvaro.
"Elu kenapa Lun?". Tanya Yura.
"Ehh gak apa-apa kok". Aluna berusaha menutupi senyum gugupnya.
Alvaro menatap Aluna tajam. Gadis ini sungguh membuatnya ingin marah, sudah diperingati jangan berani berdekatan dengan laki-laki lain, ehh malah ke kantor berangkat bersama pria lain.
"Udah yukkk". Aluna membuang muka saat Alvaro menatapnya tajam.
Aluna, Mira dan Yura makan saling bercanda. Jika para karyawan yang saling sedikit canggung dengan kehadiran Alvaro di kantin, maka tidak dengan Aluna. Gadis itu sama sekali tidak peduli.
"Lun, semalam elu kagak diapa-apain kan sama Pak Presdir?". Tanya Mira menyelidik.
"Ya kagaklah. Emang gue mau diapain?". Ketus Aluna.
"Lun, sebenernya elu ngerti kagak. Kalau Pak Al itu suka sama elu".
Uhuk Uhuk Uhuk
Aluna segera mengambil minuman nya. Ucapan Yura berhasil membuatnya terbatuk-batuk.
"Hahaha, elu kalau mau mengkhayal jangan ketingian Yur. Mana mungkin orang kek dia bisa suka sama gueee". Aluna menggeleng saja.
"Dodol". Yura menoyor kening Aluna gemes "Makanya jadi cewek jangan kepolosan gitu". Cibir Yura kesal.
"Kekerasan dalam rumah tangga namanya ini Yur. Elu hobby banget noyor kening gueee". Gerutu Aluna.
"Lun, sini".
Mereka bertiga berbicara pelan sekali seperti sedang berbisik.
"Coba elu lirik dari tadi Pak Al liatin elu. Gue yakin Lun kalau dia beneran suka sama elu". Ucap Mira.
"Kagak mungkinlah Mir. Guee kagak percaya". Ujat Aluna.
"Terserah elu aja Lun". Mira memutar bolanya malas "Gue ingatin sama elu ya, jangan ambil hati orang yang elu gak siap jaga. Elu tahu kan konsekuensi nya kalau udah masalah hati. Mending elu segera tanyain perasaan Pak Al ke elu, elu harus tegasin Lun. Kalau emang elu kagak ada rasa sama dia, mending elu udahan aja dan minta dia buat putus sama elu. Tapi kalau elu emang ada rasa please jangan mainin hati orang". Yura mengangguk setuju dengan ucapan Mira.
Sedangkan Aluna terdiam. Benarkah Alvaro menyukainya? Tapi kenapa harus suka? Aluna tidak habis pikir jika sampai Alvaro suka padanya. Dia sama sekali tidak memiliki kelebihan..
Bersambung....