Safira Maharani hanyalah gadis biasa, tetapi nasib baik membawanya hingga dirinya bisa bekerja di perusahaan ternama dan menjabat sebagai sekretaris pribadi CEO.
Suatu hari Bastian Arya Winata, sang CEO hendak melangsungkan pernikahan, tetapi mempelai wanita menghilang, lalu meminta Safira sebagai pengantin pengganti untuknya.
Namun keputusan Bastian mendapat penolakan keras dari sang ibunda, tetapi Bastian tidak peduli dan tetap pada keputusannya.
"Dengar ya, wanita kampung dan miskin! Saya tidak akan pernah merestuimu menjadi menantu saya, sampai kapanpun! Kamu itu HANYA SEBATAS ISTRI PENGGANTI, dan kamu tidak akan pernah menjadi ratu di istana putra saya Bastian. Saya pastikan kamu tidak akan merasakan kebahagiaan!" Nyonya Hanum berbisik sambil tersenyum sinis.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Bastian dan Safira akan hidup bahagia? Bagaimana jika sang pengantin yang sebenarnya datang dan mengambil haknya kembali?
Ikuti kisahnya hanya di sini...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
...***...
Pagi dini hari, saat semua orang masih terlelap dalam mimpi, Safira telah siap dan mantap meninggalkan mansion Bastian. Dia akan pergi menjauh dari kehidupan Bastian dan memulai hidup baru jauh dari orang-orang yang telah menorehkan luka di hatinya.
Safira bahkan diam-diam telah melayangkan surat gugatan cerai yang sudah dia tandatangani dan meminta pengacara yang dia percaya untuk mengurusnya. Dia telah merencanakan semuanya dengan matang, setelah Farah kembali.
Dia tidak mau menjadi penghalang bagi kebahagiaan orang lain. Dia hanyalah sebatas istri pengganti, dan tugasnya telah selesai. Safira tidak menyesali bahwa dirinya kini tengah hamil. Setidaknya, dia tidak akan sendirian nanti.
Untuk tetap bertahan dan melanjutkan pernikahannya dengan Bastian juga tidak mungkin, karena dia tidak mau dimadu. Dan dia yakin bahwa keputusannya adalah yang terbaik.
Safira tiba di apartemennya yang selama ini tidak lagi ditempatinya semenjak dia tinggal di mansion. Huniannya masih bersih dan rapi, karena dia membayar seseorang yang ia percaya untuk membersihkannya secara berkala.
***
Mansion Bastian.
Bastian merasa curiga, sebab tidak biasanya Safira belum bangun dan menyiapkan sarapan. Dia pun bergegas ke kamar istri pertamanya itu dan dahinya mengernyit mendapati pintu kamar tidak terkunci.
Bastian masuk ke kamar, tetapi tidak mendapati Safira. Tujuannya ke kamar mandi, dan kosong. Demikian pula dengan balkon
Bastian langsung masuk ke dalam walk in closed, membuka lemari pakaian Safira, dan memeriksanya. Semua masih tertata rapi di tempatnya, pakaian dan perhiasan bahkan semua yang Bastian belikan untuk Safira masih utuh, sehingga membuatnya merasa lega.
Namun, netranya tak sengaja menangkap selembar kertas yang tergeletak di atas meja rias.
"Assalamualaikum, Tuan.
Maafkan, atas kelancangan saya yang pergi tanpa berpamitan dengan Anda, atau yang lain. Sebab saya tahu, Anda pasti tidak akan mengijinkan saya pergi. Saya hanyalah istri pengganti dan tugas saya telah selesai. Terimakasih telah menitipkan harta yang paling berharga dalam hidup saya. Dan saya berjanji akan mencintai dan menjaganya dengan baik. Akhir kata semoga Anda selalu hidup berbahagia bersama Nyonya Farah.
Wassalamu'alaikum.... Safira."
Bastian terhuyung dan jatuh berlutut sambil menggenggam erat kertas yang berisi tulisan Safira. Wanita yang sangat dicintainya benar-benar telah meninggalkannya.
"Aaaarrrgghhh....! Safiraaaa...!" Bastian berteriak histeris sehingga memancing rasa penasaran para penghuni mansion.
Bastian lalu berdiri dan mengambil baju gamis yang dia belikan untuk Safira. Ia ingat betul saat memakai gamis itu Safira tampak sangat cantik dan begitu memukau. Bastian memeluk gamis itu, sambil menangis pilu.
"Kenapa kamu tega meninggalkan aku, Fira? Apa aku tidak cukup pantas mendapatkan cintamu? Aku bahkan tidak pernah memintamu untuk mencintaiku, tapi cukup aku yang mencintaimu."
Bastian merintih pilu dan kembali terduduk dengan tatapan mata yang kosong, tetapi airmatanya terus mengalir. Batinnya begitu terpukul. Dia merasa sangat kehilangan harta yang paling berharga yaitu Safira dan buah hatinya. 😭
Dengan perasaan bersalah, Farah mendekati Bastian dan memeluknya, memberikan dukungan meskipun tanpa sepatah katapun.
"Fira telah pergi meninggalkan kita, Farah. Aku tidak tahu bagaimana hidupku ke depannya tanpa dia. Apalagi dia pergi dalam keadaan hamil. Bagaimana... bagaimana jika..." Bastian tidak melanjutkan ucapannya, terhenti oleh perasaan sedih yang mendalam.
Farah semakin erat memeluk Bastian, meskipun hatinya sendiri terluka. Batinnya menjerit perih, karena pria yang dicintainya sejak kecil ternyata mencintai wanita lain.
***
Mendengar kepergian Safira, Tuan Gustav dan Nyonya Hanum langsung bertolak menuju mansion Bastian. Pria berusia itu ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya pada sang putra.
Sementara itu, Nyonya Hanum langsung bersorak bahagia dalam hati saat mendengar bahwa wanita yang pernah diakuinya sebagai menantu itu telah pergi dari kehidupan Bastian.
"Hahhh... akhirnya minggat juga perempuan kampung yang miskin itu. Baguslah, aku tidak perlu repot-repot untuk menyingkirkannya," gumam Nyonya Hanum dalam hati, dengan senyum licik di wajahnya.
"Hahahaha...!" Suara tawanya menggema ke seluruh ruangan di dalam kamarnya, menunjukkan kebahagiaan yang tidak tersembunyi.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Farah? Kenapa Safira bisa pergi?" tanya Tuan Gustav ketika telah berada di mansion Bastian.
"Farah juga tidak tahu, kenapa Kak Safira memilih pergi, Pi," jawab Farah dengan raut wajah terlihat sedih.
"Bagus dong, Farah. Dengan begitu kamu tidak memiliki saingan lagi. Kamu bisa merebut kembali hatinya Bastian," ujar Nyonya Hanum dengan santai.
"Hanum...! Pantaskah kamu berkata seperti itu di saat Bastian sedang sedih? Apa tidak ada sedikit saja rasa empatimu, hahhh!" sentak Tuan Gustav yang geram dengan sikap istrinya.
"Loh, kenapa aku harus berempati sama perempuan kampung yang miskin itu? Toh dia minggat sendiri tanpa kita mengusirnya," balas Nyonya Hanum dengan acuh tak acuh.
Tuan Gustav menggelengkan kepalanya, tampak sekali kekesalan di wajahnya. Lantas menatap Farah dan bertanya, "Di mana Bastian sekarang?"
"Kak Tian pergi mencari Kak Safira, Pi," Farah menjawab sambil menunduk dan memilin jemarinya.
Sementara Bastian kini berkendara menyusuri jalanan Ibu Kota yang masih lengang. Meski konsentrasinya terbagi antara melihat jalan dan memperhatikan lalu lalang orang-orang, tetapi tak menyurutkan niatnya untuk menemukan Safira.
Hingga sore menjelang, Bastian pulang dengan tangan kosong. Namun dia tak putus asa. Dia juga telah mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya mencari keberadaan Safira sampai ketemu.
***
Selama seminggu ini, Bastian telah menyebar anak buahnya ke beberapa kota yang mungkin disinggahi oleh Safira. Bahkan dia setiap hari selalu menyempatkan waktu untuk mencari istri dan anaknya. Namun, belum juga membuahkan hasil.
Bastian tidak peduli lagi dengan penampilannya. Wajahnya tampak kusut, ditumbuhi jambang, dan badannya terlihat agak kurus.
"Maaf, Tuan. Ada tamu untuk Anda," kata Reyhan, datang memberitahu.
"Siapa?" Bastian mengernyit. "Aku sedang tidak ada janji dengan siapapun."
"Beliau seorang pengacara dan ingin menemui Anda," ucap Reyhan.
"Baiklah, suruh dia masuk!" perintah Bastian.
Seorang wanita, kira-kira seumuran dengan Safira, masuk dan memperkenalkan diri. "Selamat sore, Tuan. Perkenalkan, namanya Sarah, pengacara Safira. Saya datang untuk menyampaikan ini pada Anda."
Sarah menyerahkan amplop coklat ke atas meja. "Apa ini?... Pengadilan agama?" Bastian membuka amplop tersebut dengan pikiran berkecamuk. Tubuhnya bergetar hebat, dan dia melipat bibirnya kuat-kuat menahan rasa sesak di dadanya.
"Tidak mungkin! Tidak...!" Bastian terus menggeleng, sambil menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya, menolak kenyataan yang dia terima saat ini.
***
Bersambung
Maaf atas ketidaknyamanannya dalam membaca, karena author sedang melakukan revisi mulai bab ini, dan seterusnya. Terima kasih atas pengertiannya.🙏😍
𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝 thur
terus Abian itu suami adzana kan?