NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Tuan Muda

Terpaksa Menikah Dengan Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Merlin.K

Ganhia Wijaya, seorang gadis cantik yang penurut dan pekerja keras, hidup dengan tenang di bawah naungan keluarganya yang sederhana. Namun, kedamaian itu hancur ketika ayahnya terjerat utang besar kepada Tuan Danendra Mahendra, seorang pengusaha muda yang kaya raya namun terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sombong. Demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang hampir bangkrut, ayah Ganhia memaksa putrinya untuk menikah dengan Danendra, meski hatinya menolak.

Akankah mereka menemukan kebahagiaan di tengah pernikahan yang dilandasi oleh sebuah kontrak yang penuh tekanan?

yuk mampir yuk di karya pertama aku🙏😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merlin.K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mempelajari dan menandatangani surat Kontrak

Kamar Tuan Danendra bukanlah kamar seperti pada umumnya. Kamar itu tampak megah, namun tidak memiliki kehangatan atau kenyamanan yang biasa ditemukan di rumah-rumah lainnya. Semua barang di dalamnya teratur dengan sempurna, dan setiap sudut kamar seakan menunjukkan bahwa ini adalah ruang yang milik seorang pria dengan kontrol penuh atas hidupnya—ruang yang tidak mentolerir kekacauan atau ketidakdisiplinan.

Dinding kamar dipenuhi dengan warna netral yang dingin: abu-abu dan hitam. Lampu-lampu yang menggantung di langit-langit memberikan pencahayaan yang minim, menciptakan suasana malam yang tenang, namun penuh dengan ketegangan. Sebuah ranjang besar dengan tempat tidur yang terbuat dari material premium menjadi pusat perhatian di tengah ruangan, dikelilingi oleh meja kerja yang luas dengan perangkat elektronik dan dokumen yang tertata rapi. Tidak ada aksen warna cerah, tidak ada dekorasi berlebihan. Segalanya serba minimalis, namun terkesan mewah—sebuah desain yang menunjukkan kekuasaan dan kontrol yang penuh.

Di sisi lain kamar, sebuah sofa panjang terletak dengan sangat sempurna, namun dengan sedikit jarak dari ranjang. Itu adalah tempat Ganhia akan tidur malam ini, seperti yang telah diperintahkan oleh Tuan Danendra. Sofa itu tidak terlalu besar, dan meskipun tampaknya nyaman, tidak ada rasa kehangatan atau kenyamanan yang bisa ia rasakan. Itu adalah tempat yang tidak pernah direncanakan untuk menjadi tempat peristirahatannya, tetapi sekarang menjadi satu-satunya tempat yang bisa ia tempati dalam kamar ini.

Ranjang itu tempat tidur yang besar dan nyaman dianggap sebagai ranjang pribadi milik Tuan Danendra. Tidak ada tempat bagi Ganhia di sana, kecuali jika Tuan Danendra memberinya izin. Begitu banyak peraturan yang mengikatnya, dan aturan yang paling jelas adalah bahwa ia tidak boleh tidur di ranjang atau bahkan duduk di atasnya tanpa perintah dari Tuan Danendra.

Malam semakin larut, dan Ganhia duduk di sofa yang sudah disiapkan untuknya, memandangi amplop yang masih tertahan di tangannya. Surat kontrak pernikahan yang telah diberikan kepadanya oleh Dirga itu kini terbuka, dan ia mulai membaca dengan seksama setiap kata yang tertulis. Hatinya semakin berat seiring ia menyadari bahwa hidupnya kini terikat pada perjanjian yang kaku dan tanpa ruang untuk penolakan.

Ia membaca bagian pertama dari kontrak itu dengan seksama:

"Pernikahan ini hanya berlaku selama dua tahun, setelah itu kedua belah pihak bebas untuk mengambil keputusan lebih lanjut."

Ganhia menatap kalimat itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Dua tahun hanya dua tahun. Waktu yang terasa begitu lama, namun di sisi lain, ia bisa bebas. Namun, apakah dua tahun yang penuh dengan ketegangan dan aturan akan mampu ia jalani?

Bagian selanjutnya dari kontrak itu mulai menambah beban di hatinya.

"Tidak ada kontak fisik antara pihak pertama (Tuan Danendra) dan pihak kedua (Ganhia Wijaya) selama masa pernikahan."

Tidak ada kontak fisik. Ganhia merasa tubuhnya kaku. Itu berarti tidak ada kehangatan atau perhatian lebih dari yang ia harapkan. Ia akan tinggal bersama pria yang dingin dan tidak pernah menunjukkan rasa empati, dan semuanya harus berjalan sesuai perintah tanpa ada ruang untuk kedekatan atau kasih sayang. Semua ini terasa begitu dingin dan kering, seakan pernikahan ini hanyalah kontrak bisnis semata.Ganhia melanjutkan membaca.

"Pihak kedua wajib menyambut Tuan Danendra pulang kerja, namun tidak diperkenankan ikut campur dalam urusan pribadi Tuan Danendra. Pihak kedua juga wajib mengantar Tuan Danendra sampai depan pintu saat berangkat kerja."

Ini adalah sebuah rutinitas yang harus ia jalani, sebuah tindakan formal tanpa emosi. Ganhia memikirkannya dalam-dalam. Apa yang bisa ia lakukan selain menjalankan semua itu? Menyambut dan mengantar Tuan Danendra pergi hanya itu yang bisa ia lakukan. Tanpa bertanya, tanpa meminta penjelasan lebih lanjut. Hanya sebuah tugas yang harus ia lakukan sebagai "istri" yang tak lebih dari sekadar pelayan.

Ia melanjutkan membaca dengan hati yang semakin sesak.

"Pihak kedua wajib menyediakan air untuk Tuan Danendra saat mandi dan memenuhi segala keperluan mandi Tuan Danendra."

Ganhia merasa tubuhnya seakan dibekukan oleh kata-kata itu. Ia harus menjadi pelayan dalam segala hal, bahkan untuk urusan yang paling pribadi sekalipun. Tidak ada ruang untuk dirinya sendiri. Tidak ada pilihan selain melayani, memenuhi setiap kebutuhan Tuan Danendra,meskipun ia tahu itu bukanlah pilihan hidup yang ia inginkan.

Bagian terakhir dari kontrak itu menegaskan segalanya.

"Pihak pertama (Tuan Danendra) berhak untuk mengubah isi surat kontrak ini kapan saja, dan pihak kedua hanya bisa menyetujuinya tanpa bantahan."

Kalimat ini membuat Ganhia semakin merasa terjepit. Tidak ada ruang untuk perlawanan. Tuan Danendra berhak untuk menuntut apapun yang ia inginkan, dan ia, Ganhia, hanya bisa patuh. Hatinya terasa hancur, namun ia tahu tidak ada jalan untuk menolak. Ini adalah takdir yang sudah digariskan untuknya. Apa pun yang terjadi, ia harus menerimanya.

Tepat saat itu, pintu kamar diketuk dengan ringan. Ganhia segera menutup surat kontrak itu dan meletakkannya di meja. Ia tahu siapa yang datang. Dirga, seperti biasa, hadir untuk memastikan semuanya berjalan sesuai perintah Tuan Danendra.

“Apakah kamu sudah membaca surat kontrak itu dengan seksama?” tanya Dirga dengan nada yang cukup datar, seakan ini adalah hal yang biasa baginya.

Ganhia mengangguk pelan, masih terdiam dengan perasaan hancur yang menyelimuti hatinya. "Saya sudah membacanya," jawabnya, suara pelan dan agak tercekat.

"Bagus," kata Dirga sambil melangkah masuk. "Ingat, kamu harus mematuhi setiap ketentuan yang ada dalam surat itu. Tidak ada ruang untuk melawan atau bertanya-tanya. Tuan Danendra sangat jelas dengan apa yang ia inginkan, dan kamu hanya perlu mengikuti perintahnya."

Ganhia menatap Dirga, merasa seolah-olah dirinya telah kehilangan kendali atas hidupnya. "Apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanyanya, suara penuh kebingungan.

Dirga menatapnya dengan mata yang penuh pengertian, meski tak ada rasa empati yang muncul. "Sekarang kamu tinggal di sini. Mulai besok, kamu akan menjalani rutinitas yang sudah ditentukan. Kamu harus siap untuk menyambut Tuan Danendra setiap kali ia pulang dan mengantarnya saat ia berangkat kerja. Kamu juga harus siap melayani kebutuhan pribadinya, seperti yang tertulis dalam kontrak. Tidak ada yang bisa kamu ubah."

Ganhia hanya bisa menunduk, merasakan beban yang semakin berat. Dirga melangkah mundur, meninggalkan Ganhia yang masih terperangkap dalam pikirannya.

Ketika pintu kamar tertutup, Ganhia kembali memandangi surat kontrak yang kini terasa seperti beban berat yang harus ia pikul. Tak ada pilihan. Tak ada jalan lain. Ia harus menjalani kehidupan ini, mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan untuknya. Tidak ada ruang untuk kebebasan, hanya kepatuhan.

Malam pertama di kamar ini berlangsung dengan kesunyian yang memadat. Ganhia duduk di sofa, mencoba tidur dengan posisi yang tidak nyaman. Tidak ada suara yang terdengar, hanya gelegar jam yang berdetak pelan. Di sisi lain kamar, Tuan Danendra duduk di meja kerjanya, tenggelam dalam pekerjaan yang sepertinya tak ada habisnya. Sesekali, suara ketikan di keyboard memecah keheningan, namun ia tetap tidak menoleh sedikit pun ke arah Ganhia.

Ganhia menatap langit-langit, berpikir tentang hidupnya yang tiba-tiba berubah menjadi sebuah rutinitas yang begitu kaku. Tidak ada kehangatan yang bisa ia rasakan, tidak ada perhatian yang ia harapkan. Semua itu hilang seiring dengan pernikahannya yang terpaksa ini yang hanya berdasarkan kontrak, perintah, dan kewajiban.

1
k.m
ceritanya bagus 👍👏🥰
Mar lina
kirain ngapain gitu thor
ternyata hanya untuk di panggil
sayang....
lanjut thor ceritanya
Mega Manna
seruni lanjut dong
Mar lina
benih-benih cinta
sedikit demi sedikit
telah tumbuh
lama" buanyak
dan bucin...
lanjut thor ceritanya
Mhely: jangan lupa vote ya agar semakin semangat ni nulisnya🙏😁
total 1 replies
Paulina al-fathir
Cleo apa Alea nih thor
Mhely: Terimakasih sudah membaca karya pertamaku🙏

karena ini baru karya pertama author jadi Masi sering Typo ya🤣😁
total 1 replies
Mưa buồn
Ayo thor, jangan sampai kami penasaran terus!
Kiritsugu Emiya
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
boing fortificado
Larut malam ini tetap menunggu update dari thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!