Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.
Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.
Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.
Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.
Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.
Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.
Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Kamal Rashad Nugraha.
...----------------...
"Bolehkah kami mengetahui alasannya, Juragan?” Agam Siddiq bertanya seraya menatap tegas.
“SAYA TAK SETUJU!!” Mak Syam yang terkejut, langsung berseru menyela juragan Byakta ketika hendak berucap.
“Tindakan Anda terlalu berani juragan. Macam mana bila pria tak tahu diri tu menentang, mencoba menuntut Nirma? Ataupun bi Atun berusaha menyerang?” protesnya dengan nada cemas.
Sama halnya seperti Mak Syam, para wanita memiliki perasaan cemas yang sama, terkecuali Agam Siddiq, ia terlihat begitu tenang.
Juragan Byakta manggut-manggut, dirinya memaklumi pemikiran Mak Syam. “Bila nya menentang maka saya akan menantang! Meladeni sampai mana dia berani menyerang. Sedikitpun diri ini takkan gentar!”
“Lagipula apa yang bisa dibanggakan dari Pecundang macam dia itu? Tak bertanggung jawab, pengangguran, pengkhianat, pembohong besar, apa ya pantas sosoknya disebut seorang Ayah?”
Saat tidak ada yang menanggapi, kembali dirinya bertutur kata. “Hal terpenting lainnya, sesungguhnya Kamal tak mengikuti nasab Yasir, dikarenakan ia anak diluar nikah. Hanya sang ibu berikut keluarganya saja yang memiliki hubungan nasab dengannya. Kamal pun tak berhak atas harta warisan dari ayah biologisnya.”
Cublik ~ Nirma hamil duluan, setelahnya dinikahi secara siri. Dua bulan kemudian baru disahkan secara negara. Nanti juga ada penjelasan kelanjutan dari juragan Byakta ✌️🥰
“Ya Rabb.” Nirma menutupi wajahnya dengan kedua tangan, buliran bening membasahi jemari lentiknya. Perasaannya kacau tak menentu, walaupun sebelumnya sudah paham tentang nasab sang putra, tapi ketika ada yang secara gamblang membeberkannya, rasanya sulit sekali menerima fakta tersebut.
Mak Syam merangkul pundak putri bungsunya, berusaha menguatkan walaupun ia sendiri menangis sesenggukan, memikirkan nasib malang sosok yang umurnya bahkan belum genap 12 bulan.
“Kamal, tolong maafkan Ibuk mu yang hina ini Nak,” Nirma berkata lirih, suaranya sengau akibat menahan tangis.
Rasa bersalah kembali menyerang Nirma. Seandainya bisa mengulang kembali sang waktu, pasti ia akan lebih hati-hati sewaktu didekati Yasir Huda. Membentengi perasaan dengan iman, mengedepankan logika, menjauhi larangan-Nya, bukannya malah menceburkan diri ke lembah dosa, berakhir berbuat zinah.
“Saya setuju dengan keputusan Anda, tentang mengambil alih sepenuhnya atas Kamal Rashad. Bukan cuma mengakui, tapi mengukuhkan statusnya di mata hukum.” Agam Siddiq menegakkan punggungnya, menatap penuh wibawa.
“Sebetulnya hal ini menguntungkan bagi kita. Jika status Kamal dimata negara bukan lagi anak kandung Yasir Huda, maka keluarga pria bejat itu takkan bisa mengusik ataupun mencoba merebut anaknya Nirma. Sebelum maju ke pengadilan, mereka sudah kalah duluan,” lanjutnya.
"Abang benar, menilik bagaimana tak beradab nya seorang Yasir berikut ibunya, bi Atun. Tak menutup kemungkinan mereka akan menuntut hak asuh anak dikemudikan hari. Apalagi bila mengetahui bila Kamal akan saya jadikan pewaris harta kekayaan keluarga Nugraha," ia menekankan setiap kata atas keinginannya.
Semua terhenyak mendengar penuturan juragan Byakta. Mereka sama sekali tidak menyangka bila sosok kaya raya itu telah memutuskan ahli waris.
Byakta Nugraha tersenyum simpul, menoleh menatap wajah pias calon istrinya, mengangguk mengiyakan akan kalimatnya tadi. “Niat saya ingin mengubah status Kamal, bukan semata dilandasi oleh pemikiran singkat nan spontanitas saja, tetapi memang telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Dia pun akan menyandang nama Nugraha, agar tumbuh kembangnya terlindungi dari para mulut kurang ajar!”
Nirma menatap sayu wajah Byakta, ia kesulitan menggambarkan isi hatinya, yang jelas terharu. Di saat ayah biologis putranya lari dari tanggungjawab, tak menafkahi, berperilaku seenaknya sendiri, mengapa laki-laki di hadapannya ini begitu baik hati.
“Terima kasih juragan. Engkau telah begitu baik mau menerima cucu saya, memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.” Mak Syam menunduk dalam sebagai ungkapan terima kasihnya. Melihat interaksi Kamal dengan ayah angkatnya, maka tak diragukan lagi bila sosok dewasa itu begitu tulus dalam hal menyayangi.
Nur Amala pun mengangguk setuju. “Insya Allah saya setuju, dan merestui niat baik juragan Byakta yang ingin mempersunting adik saya, serta menjadikan Kamal selayaknya anak kandung, Anda.”
Pernyataan Amala disambut bahagia oleh juragan Byakta. “Alhamdulillah. Terima kasih Mbak Mala.”
Meskipun terasa aneh dengan panggilan baru itu, Amala tetap mengangguk sopan.
“Nirma.” Mak Syam membingkai wajah putrinya, menghapus jejak air mata. “Bila kau telah yakin, maka tak ada alasan untuk Mamak menghalangi niatmu itu. Restu Mamak menyertai mu, Nak. Semoga Allah meridhoi pernikahan kalian nanti.”
“Alhamdulillah. Terima kasih, Mak.” Nirma membenamkan wajahnya di dada sang ibu.
Dengan menggunakan lutut serta ujung jemari kaki, sambil menahan beban perut, Byakta Nugraha mendekati calon ibu mertuanya.
Nur Amala mundur ke belakang, begitu juga dengan Nirma dan Dhien.
Meskipun masih begitu canggung, apalagi sosok juragan Byakta lebih cocok dijadikan adik daripada menantu, dikarenakan umurnya hanya terpaut 4 tahun lebih muda dari ibunya Nirma. Mak Syam tetap menyambut hangat uluran tangan calon menantunya, mengusap lembut pucuk kepala yang sedang salim.
Nirma dirangkul oleh kedua kakaknya. Dhien membisikkan kata-kata penyejuk. “Kau pantas bahagia Nirma. Tutuplah lembaran masa lalu, mulailah menjalani kehidupan baru, isi hari-harimu dengan keyakinan, tekad, semangat, serta harapan akan masa depan yang lebih baik.”
"Nak … Mamak titip Nirma dan Kamal dalam penjagaan mu, meskipun hati ini telah meyakini bila engkau menyayangi mereka, tetap kata-kata ini ingin Mamak sampaikan agar bertambah tentram perasaan ibu dari calon istrimu.” Mak Syam menumpukan tangannya di atas punggung tangan calon menantunya.
“Byakta, tolong bimbing Nirma. Walaupun ia pernah melakukan kesalahan fatal, bukan berarti dirinya tak pantas diberikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Anak bungsu Mamak itu sesungguhnya seorang wanita berhati lembut, sayangnya dulu ia begitu mudah diperdaya, tidak memiliki pendirian teguh_”
“Namun, melihat betapa teguh serta gigihnya ia memilih bertahan seorang diri di perantauan bersama bayinya. Mamak yakin, bila Nirma telah berubah menjadi sosok lebih dewasa. Byakta, dengan kerendahan hati, diri ini ingin meminta tolong jangan sakiti hatinya! Bila ia salah, cobalah untuk menasehati, menegur, bukan membentak apalagi melakukan kekerasan fisik. Bisa ‘kan?”
Byakta mengangguk yakin, sebelah tangannya ia tumpukan di atas genggaman hangat itu. “Insya Allah saya akan berusaha untuk menjadi suami serta Ayah bertanggung jawab bagi Nirma dan jua Kamal.”
Mendengar jawaban tegas itu, hati Mak Syam langsung lega.
Nur Amala menangkupkan tangannya. “Terima kasih, Ayahnya Kamal. Restu dan doa terbaik dari saya menyertai kalian.”
Byakta pun membalas dengan menangkupkan tangan. “Terima kasih jua Mbak Mala, telah bersedia memberikan restunya.”
“Lantas kapan hari pernikahan itu akan dilaksanakan? Mau dimana diselenggarakannya?”
.
.
Bersambung.
restu dah dikantongi tinggal gasssss polllll resepsi yeeeeeeeee
Gak tahu aja mereka, kalau juragan Byakta dan Aji sudah mepersiapkan seminggu sebekum hari H.nya.