Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Terjadi
Selama menunggu untuk memasuki mimpi. Qian senyum-senyum sendiri mengingat rencana nya. Ketika ayahnya tengah dibawa menuju tempat ulat bulu itu, tangan nya melempar jarum tipis yang berisi obat bius. Jika ditanya, bagaimana anak seusianya bisa melakukan itu dengan baik. Tentu saja karena kehidupan sebelumnya, yang membuat Qian bisa melakukan nya.
Setelah nenek dan seorang penjaga tertidur.Q ian bergegas mencari paman Wang, dia yakin. Pria itu masih sibuk dengan ikan yang ada di kolam. Dia memiliki kebiasaan yang cukup unik. Dengan memasang ekspresi yang kebingungan, Qian siap melakukan rencana nya.
"Nona muda? Kenapa masih diluar? Dan dimana bibi pelayan nya?" Tanya paman Wang sembari mengedarkan pandangannya mencari pelayan yang menemani Qian.
"Aku cari ayah. Tadi sebelum tidur, ayah janji mau belikan aku permen kelinci." Ucap Qian.
"Pasti di kamar dengan nyonya Yeong." Tapi Qian menggeleng cepat.
"Tidak ada, tadi Qian sudah lihat. Tidak ada ayah disana. Ibu bilang, ayah berada di gazebo, tapi aku kesana tidak ada. Ayah kan tinggi, tidak mungkin ayah bermain petak umpet dengan ku. Ini sudah malam. Apa paman Wang tau? Tolong bantu aku mencarinya." Jelas Qian.
"Ya sudah, kita periksa lagi ke gazebo." Qian mengangguk saja. Diam-diam dia tersenyum, sembari ditemani oleh paman Wang.
'Tidak apa aku berputar. Meksipun sedikit melelahkan.'
"Nah? Lihat kan paman?" Ucap Qian. Wang juga melihat gazebo yang kosong, tidak terlihat kehadiran Jun Hui disana.
"Kalau begitu kita cari sekitar sini dulu." Qian mengangguk.
'Sebentar lagi.... Aku hanya perlu berjalan mengikutinya.'
"Kenapa paman? Kenapa berhenti?" Qian mengikuti arah pandang Wang.
"Kenapa obor disana sudah padam?" Ujarnya.
"Paman, kenapa obor disana sudah padam?" Ucap Qian.
"Mungkin kena angin malam nona muda. Kita lewat sini saja ya...."
"Tidak mau!" Tolak Qian.
"Bagaimana kalau ada sesuatu disana? Seperti pencuri paman. Disana juga dekat dengan gudang, apa mereka mengambil persediaan gandum ku? Nanti bagaimana rotinya dibuat." Ucapan Qian membuat Wang juga berpikir yang sama, dan terlebih..... Tidak terlihat ada penjaga disana.
"Baiklah, nona muda tunggu disini ya...."
"Tidak mau! Bagaimana kalau dia nanti menangkap ku! Aku takut paman!" Dengan cepat Qian menempel pada sepasang kaki Wang.
Melihat nona muda nya ketakutan, Wang menggenggam tangan kecil itu. "Baiklah, kita kesana bersama. Paman akan menemani nona muda."
Keduanya melangkah, dan mulai menembus kegelapan. Hingga Qian merasakan sesuatu dihadapannya. "Paman, di kaki ku ada apa!" Teriak Qian histeris....
Wang mengarahkan obor ke bawah dan terlihat ketiga sosok yang tergeletak di lantai. "Aaa! Nenek!" Ucap Qian histeris, tapi itu hanya sandiwara.
'Rasakan ini..... Rasakan! Aku injak rambut yang sudah memutih ini, semoga saja jadi botak!'
"Paman, ada ayah! Paman, ayo bantu ayah!" Wang memanggil penjaga dan pelayan untuk membawa nenek ke kamarnya dan begitu juga dengan penjaga itu.
"Mereka pingsan, urus segera!"
"Baik....." Sedangkan Jun Hui terlihat tertelungkup dengan mata yang masih terbuka. "Ayah, ada apa dengan ayah?"
"Paman, kenapa ayah diam saja? Ayah ingin apa? Kenapa tangannya bergerak-gerak seperti ulat." Ucap Qian, Wang memeriksa keadaan Jun Hui.
"Tuan jenderal...."
"Nona, sebaiknya Nona kembali ke kamar. Ayah Nona sedikit sakit, paman akan bawa ke tempat ibu nona. Jangan khawatir." Qian mengangguk patuh. Dan disinilah dia sekarang..... Berada di kamarnya dengan nyaman.
Keesokan paginya......
Yeong membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa di dekap erat. Matanya melihat dada bidang yang bersih dan keras ketika dia menyentuh nya. Tentu saja Jun Hui yang masih tertidur. Seketika Yeong mengingat semalam, dia langsung memeriksa suhu tubuh suaminya.
"Sudah normal... Syukurlah..." Yeong merasa lega akan itu.
Dia mencoba melepaskan pelukan suaminya, tapi pergerakan nya membuat Jun Hui terbangun. "Selamat pagi suamiku." Sapaan hangat dari wajah cantik di dekapan nya membuat Jun Hui tersenyum.
"Selamat pagi istriku..... Sshhh" Jun Hui memijit kepalanya.
"Ada yang sakit suamiku?" Yeong bangkit dan memeriksa kepala suaminya, tentu saja tubuh istrinya yang polos dengan hiasan terindah sepasang buah cantik membuat Jun Hui terkejut.
"Aaaa!" Yeong jadi bereaksi ketika tangan Jun Hui memainkan nya seperti squishy.
"Ini sungguhan. Istriku, apa semalam kita malam pertama lagi?" Tanya nya.
Sedangkan di kamar lain juga terdengar teriakkan yang membuat para pelayan yang bekerja bergegas kesana. "Astaga!"
"Ada apa? kenapa pagi-pagi sudah berteriak. Kepalaku sakit sekali..... Ada apa itu!" ucap nenek pada pelayan yang memijat kepalanya.
"Saya akan periksa nyonya. Sepertinya dari kamar Nona fang Yin." Seketika nenek sadar, dan terlihat Jia tidur di kamarnya.
"Apakah itu????" tanpa pikir lagi, nenek langsung keluar dari kamarnya dan menuju tempat fang Yin.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🥰🥰
suka bgt baca ceritamu thor