Klarybell Berliana, seorang penyihir agung nan terkenal karena kegilaan dan kekejamannya menghukum musuh. Klarybell mati karena sebuah ledakan meteor saat dirinya sedang melakukan penelitian terhadap sihir hitam. Sesampainya jiwa Klarybell di alam akhirat, hakim akhirat menyatakan bahwa Klarybell tidak diterima surga maupun neraka sebab dosanya selama di dunia sudah terlalu banyak. Kemudian Klarybell meminta kepada dewa kedamaian untuk menjadikannya sebagai dewi, tapi dia harus memurnikan dosanya dengan cara masuk ke tubuh manusia dan melakukan kebaikan.
Valencia Allerick, gadis bangsawan yang bertubuh gemuk dan mempunyai kehidupan suram. Setelah memergoki calon tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya, Valencia pun mengakhiri hidupnya dengan melompat dari balkon mansion.
Klarybell mengambil alih tubuh Valencia, dia menggantikan hidup Valencia lalu memberantas masalah yang menghadang. Bisakah Klarybell menjalani hidup seperti orang biasa? Bisakah dia akhirnya menjadi seorang dewi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung ke Kuil
Setelah berhasil mempermainkan Adarian, Valencia melangkahkan kakinya ke luar gerbang utama kediaman. Sekarang masih sore, dia masih punya waktu untuk berkeliaran di luar sampai tengah malam. Sejujurnya, Valencia enggan balik lagi ke paviliun, setidaknya kalau di luar takkan ada orang yang mengusik hidupnya. Valencia berjalan entah ke mana, dia tidak punya tujuan pasti mengarahkan langkahnya.
“Aku dengar ada kuil di sekitar sini, tapi ada di mana? Sejauh mataku memandang, masih tidak aku temukan keberadaan kuil yang dimaksud.”
Selepas mempertimbangkan ke mana tujuannya hendak pergi, Valencia menetapkan tujuannya menuju kuil tempat biasa orang-orang berdo’a kepada dewa kedamaian. Valencian penasaran seperti apa tempat orang-orang yang memuja Davey. Valencia mencari-cari di mana lokasi pasti kuil tersebut, sesudah bolak-balik mencari ke sana kemari akhirnya Valencia bisa tiba di kuil.
Ternyata Valencia berkunjung ketika kuil sepi, sekarang hanya dialah pengunjung kuil tersebut. Di depan jalan yang mengarah pada pintu masuk utama, terpajang sebuah patung dewa yang mirip dengan Davey. Sontak Valencia nyaris melepas tawa melihat patung itu, pikirannya langsung tertuju kepada Davey.
‘Rupanya si brengs*k itu sangat populer di kalangan manusia, memangnya apa yang manusia harapkan dari dia? Lebih baik mereka menyembahku saja, aku jauh lebih kuat dari pria itu,’ gumam Valencia dalam hati.
Di depan pintu masuk kuil berdiri beberapa orang berpakaian putih bercorak emas, mereka merupakan pendeta yang bekerja di kuil. Pertamanya, mereka mengamati penampilan Valencia, mereka memindai tubuh Valencia dari atas sampai bawah. Mereka ragu apakah Valencia seorang bangsawan atau bukan karena Valencia datang tidak menggunakan kereta kuda. Tetapi, mereka mencoba untuk tidak mendeskriminasi Valencia terlebih dahulu.
“Mohon maaf, Nona, bisakah Anda memberi tahu nama Anda dan dari keluarga mana Anda berasal?” tanya salah seorang pendeta mencegat jalan Valencia.
“Aku Valencia Allerick, Nona dari kediaman Grand Duke Allerick.” Valencia memperlihatkan kepada mereka plakat lambang keluarga Grand Duke Allerick.
Seketika suasana menjadi riuh, mereka baru mendengar soal berita mengenai Valencia yang menangani portal merah, langsung saja mereka memperbaiki ekspresi untuk menyambut Valencia. Mereka tahu seberapa besar pengaruh Valencia saat ini di Kekaisaran Alegra, bahkan Komandan istana saja menghormati dirinya.
“Apakah Anda kemari untuk berdo’a, Nona?” tanya pendeta tersebut.
“Benar, aku dengar aku bisa menyumbang uang di sini. Kepada siapa aku memberikan uang sumbangannya?”
“Anda bisa memberikannya kepada saya.”
Valencia merogoh tempat penyimpanannya, dia pun menyerahkan satu kantong besar koin emas kepada pendeta yang baru saja menyambut kedatangannya. Sesaat sepasang tangan pendeta itu gemetar melihat jumlah koin emas yang diberikan Valencia.
“Nona, tidakkah ini terlalu banyak? Bahkan penyumbang terbesar kami saja tidak pernah memberikan uang sebanyak ini kepada kami.”
Valencia mengernyitkan keningnya, menurutnya uang itu tidaklah banyak dan dia hanya mengeluarkan beberapa dari kantong sihirnya.
“Apakah itu sangat banyak? Menurutku dua ribu koin emas tidak begitu banyak. Apa kalian menyuruhku untuk mengurangi jumlahnya?” Mimik muka Valencia begitu polos, dia menatap datar para pendeta yang terkejut bukan main mendengar jumlahnya.
“Anda bilang ini berjumlah dua ribu koin emas? Ini banyak sekali, Nona! Apa Anda yakin menyumbangkan dua ribu koin emas untuk kuil kami?” Mereka gelagapan dan mencoba memastikan sekali lagi kepada Valencia.
“Tentu saja, uangku masih tersisa banyak, kalian ambil saja itu untuk disumbangkan demi pembangunan kuil. Lalu ini untuk kalian bagikan kepada rekan-rekan kalian, jangan lupa dihabiskan.” Valencia menyerahkan satu kantong lebih kecil yang berisi lima ratus koin emas.
Raut muka mereka seketika sumringah, mereka langsung membungkuk di hadapan Valencia demi menghormati Valencia sebagai penyumbang terbesar di kuil dewa kedamaian.
“Terima kasih, Nona, kami pastikan Anda mendapat layanan terbaik setiap kali berkunjung ke kuil dewa kedamaian,” ucap mereka serentak.
Valencia merekahkan senyum manis di bibirnya. ‘Apanya sebagai penyumbang? Aku mencuri uang itu dari kastil Davey, karena terlalu banyak jadi aku bagi-bagikan saja. Aku memberikan uang untuk kuil ini sebagai bentuk rasa kasihanku terhadap Davey yang mungkin hampir menjadi gelandangan akibat seluruh hartanya aku jarah,’ batin Valencia.
Kemudian pendeta yang menyambutnya tadi pergi memanggil seorang pendeta untuk memandu Valencia berkeliling di kuil. Seorang pria tampan berbadan tinggi, rambut yang berwarna hitam, serta mata biru setenang air laut.
“Mohon maaf telah membuat Anda menunggu, perkenalkan dia Ivanov yang akan memandu Anda berkeliling kuil.”
Pendeta yang bernama Ivanov itu menatap aneh Valencia, dia tampak tak mempercayai Valencia sebagai penyumbang terbesar kuil dewa kedamaian. Cara pandangnya aneh dan dipenuhi keraguan, mau dia berpikir berapa kali pun tidak mungkin gadis kecil bisa menjadi penyumbang.
“Hei, Dev! Apa kau yakin anak kecil ini penyumbang terbesar di kuil kita? Aku masih tidak bisa mempercayainya,” ujar Ivanov kepada rekannya yang bernama Dev.
Dev refleks menyikut dada Ivanov. “Jangan berbicara seperti itu, meski begitu Nona ini berasal dari kediaman Grand Duke Allerick,” bisik Dev.
“Apa? Gadis kecil ini berasal dari kediaman Grand Duke Allerick? Memangnya di sana ada anak kecil? Setahuku Grand Duke hanya memiliki satu putra berumur enam belas tahun dan satu putri berumur lima belas tahun. Lalu dari mana datangnya gadis berumur dua belas tahun ini?”
Valencia sontak membentuk ekspresi jengkel, baru kali ini dia mendengar seseorang mengatakannya seorang anak kecil berusia dua belas tahun. Sepasang mata hijau safir Valencia menatap kesal Ivanov.
“Aku bukan gadis berumur dua belas tahun, aku Valencia Allerick berumur lima belas tahun! Beraninya bocah sepertimu meragukanku!” teriak Valencia.
“Hah? Bocah? Hei, aku sudah delapan belas tahun, kau itu yang bocah! Mana aku tahu umurmu lima belas tahun. Ini bukan salahku, salahkan tubuhmu yang mungil seperti anak kecil,” balas Ivanov.
Mereka saling bersitegang, Dev bingung bagaimana cara menghentikan mereka berdua, Dev menyesal menyuruh Ivanov melayani Valencia. Padahal kejadian seperti ini terjadi tidak hanya satu atau dua kali, Ivanov memang suka berbicara terang-terangan sehingga banyak orang yang tersinggung oleh ulahnya.
“Kalau bukan bocah lalu apa? Hanya bocah yang berani melawan seorang gadis berusia lima belas tahun! Aku bahkan tiga tahun lebih muda darimu, tapi lihatlah tingkahmu kekanak-kanakan sekali. Tidak aku sangka, ternyata pria berumur delapan belas tahun jauh lebih bocah dariku yang berusia lima belas tahun.”
Valencia mengibaskan rambutnya, dia berbalik badan sambil mengukir senyum meremehkan Ivanov. Kedua tangan Ivanov mengepal kuat, dia tidak percaya harus melawan seorang gadis yang jauh lebih kecil dari umurnya.
“Keterlaluan! Aku tidak mau melayani gadis kecil ini! Suruh saja orang lain yang memandu—”
“Oh Davey, sang dewa kedamaian, bagaimana kau bisa mempunyai umat bodoh seperti pria ini? Pasti engkau merasa menyesal melihat kelakuannya yang kekakanak-kanakan,” ujar Valencia dengan suara lantang.
Keheningan menyapa mereka, Ivanov yang hampir mengamuk memukuli Valencia juga terdiam. Ekspresi mereka berdua sulit diartikan, Valencia memutar pandangan ke arah mereka yang berdiam diri seperti patung.
“Dari mana kau tahu nama dewa kedamaian? Bagaimana seorang manusia sepertimu bisa tahu nama agung yang disembunyikan dari pendengaran manusia biasa?”
cerita yg luar biasa, ada sedih dan bahagia..
terimakasih Thor atas ceritanya, semoga semakin sukses dengan cerita2 berikutnya.