Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Rian berjalan masuk ke dalam kontrakan dengan muka yang ditekuk. Baru masuk dia sudah disuguhi pemandangan yang semakin membuat moodnya jelek. Dia melihat Tika sedang rebahan di sofa dan terlihat asik dengan gawainya. Tanpa mengucap salam atau menyapa Tika, Rian langsung masuk ke dalam kamar.
Kontrakan tersebut meskipun hanya kecil tapi, perabot rumah seperti kasur, almari, dan sofa sudah disediakan oleh pemilik kontrakan.
Tika menyadari ada seseorang melewatinya pun menoleh.
"Loh, Mas. Sudah pulang?" Tanya Tika langsung merubah posisinya menjadi terduduk.
Rian tidak menghiraukan pertanyaan Tika.
"Mas. Mas Rian."
Dewi keluar dari kamarnya.
"Apa Rian sudah pulang?"
Tika mengangguk dan berjalan menyusul Rian masuk ke dalam kamar.
Rian kini duduk sambil meremas rambutnya.
"Mas, kamu kenapa?"
Rian mendongak. "Diamlah. Aku lelah. Melihatmu membuatku semakin lelah." Jawab Rian beranjak keluar dari kamar meninggalkan Tika. Sedang Tika kini hanya terbengong mendengar ucapan Rian.
'Mas Rian, kenapa sih?' Batin Tika.
Rian berpindah duduk di sofa bersama Dewi.
"Kamu sudah pulang? Mukamu terlihat kusut begitu kenapa?" Tanya Dewi.
"Aku dipecat, Ma."
"Apa? Kamu dipecat? Kenapa?" Tanya Dewi terkejut.
Tika pun ikut duduk di sofa.
"Kamu dipecat, Mas?"
Rian melirik Tika kesal.
"Mas, jangan bercanda kamu?"
"Aku gak bercanda. Aku ketahuan korupsi." Jawab Rian layu.
"Korupsi?" Tanya Dewi mempertanyakan kejelasan perihal apa yang barusan dia dengar.
Rian mengangguk.
"Tapi, Mas. Sejak kapan kamu melakukan korupsi? Kenapa kita sama sekali tidak tahu? Tolong jangan membuat kejutan yang bertubi-tubi dong, Mas. Ini bukan bulan kelahiranku." Ucap Tika mulai muak dengan apa yang terjadi beberapa hari ini. Dirinya benar-benar bingung sekarang. Apa yang menjadi keinginannya, semua hanya sekedar angan-angan saja.
Rian hanya diam. Sepertinya dia salah memberikan alasan. Karena dia korupsi bukanlah untuk Tika ataupun Dewi. Rian melakukan korupsi karena menyenangkan kekasihnya yang lain. Meskipun Choki sudah memberikan apa yang Rian mau, tak menjadi jaminan Rian merasa puas.
"Mak-maksudku korupsi waktu. Iya, kemarin aku harusnya lembur tapi, aku sering bolos pulang lebih awal." Ucap Rian beralasan. Dia melirik Tika dan Dewi secara bergantian melihat apakah alasannya diterima oleh keduanya atau tidak.
"Tapi Rian, kenapa langsung main pecat aja? Apa gak diberi surat peringatan dulu? Setahu Mama, biasanya begitu."
Rian disini memiliki kesempatan untuk memberi alasan.
"Jadi begini, Ma. Ternyata selama ini Bosku itu Refan. Dia yang kita anggap kere itu ternyata Sultan. Dia sepertinya ingin balas dendam kepada kita, Ma. Jadi, dia langsung main pecat Rian begitu saja." Jelas Rian. Rian sengaja menjadikan Refan alasan untuk menutupi alasan yang tidak sengaja dia lontarkan tadi.
"Hah, yang benar kamu? Jadi dia itu kaya?"
Rian mengangguk.
"Tapi, seharusnya dia profesional dong. Masak masalah pribadi dibawa-bawa ke masalah pekerjaan."
"Nah, tadi aku juga begitu, Ma. Tapi, dia sama sekali tidak memberikan aku kesempatan."
Dewi menggerutu tidak terima. Sedang Tika yang sedari tadi diam menyimak malah tersenyum miring.
'Jadi, dia tidak kere. Pantas saja, cincin yang dia beri itu kelihatan mahal. Hm, sepertinya aku harus mendekatinya dan mengajaknya rujuk.' Batin Tika.
*****
Beberapa hari telah berlalu, sejak sedari Rian dipecat waktu itu, Tika sering mencari-cari kesalahan Rian.
Tika sudah muak dengan Rian. Apalagi sekarang Rian tidak memiliki apa-apa dan hanya menganggur. Tika menggunakan kehamilannya sebagai senjata. Tika ingin membuat masalah agar dia bisa memiliki alasan untuk keluar dari kontrakan dan meninggalkan Rian.
Tika hari ini sengaja berdandan rapi.
"Mas, kamu ini sudah 3 hari menganggur. Aku ingin makan seblak sedari kemarin kamu tidak bisa menurutinya. Kamu mau anakmu ini nantinya keluar iler terus?" Ucap Tika. Hari ini dia akan melancarkan aksinya.
Rian yang sedari tadi hanya duduk di sofa sambil menyesap rokok melirik sebentar.
"Nanti aku belikan." Begitulah jawabnya.
"Tapi, aku pengen makan itu sedari kemarin, Mas. Kamu tahu kan mood ibu hamil itu naik turun. Jangan buat aku menjadi muak, Mas." Ucap Tika mulai kesal.
"Iya, nanti aku belikan. Sekarang cuaca begitu panas."
"Kamu itu semakin kesini semakin abai, Mas. Kalau begini terus aku lelah hidup bersamamu." Jawab Tika melangkah masuk kedalam kamar.
Rian terdengar menggerutu.
Tika keluar lagi dengan menenteng tas kecil.
"Mau kemana kamu?" Tanya Rian.
"Mau cari angin. Bisa setres kalau lama-lama begini terus." Jawab Tika melangkah pergi meninggalkan Rian.
Rian nampak acuh.
Rian menelpon seseorang.
"Halo, kamu dimana?"
......
"Baiklah. Aku mau kesitu sekarang. Aku bosan dirumah terus."
Rian mematikan sambungan telepon dan beranjak dari sofa, masuk ke dalam kamar.
Tak lama dia keluar sudah dengan penampilan yang rapi.
"Ma, Mama. Rian keluar dulu." Teriak Rian pada Dewi.
Dewi yang sedari tadi di kamar pun keluar.
"Mau kemana?"
"Ada urusan. Pulang mungkin agak sorean. Mama mau nitip apa?"
"Bawakan Mama makanan enak. Mama bosan sedari kemarin makan tempe tahu terus."
Rian mengangguk dan pergi.
*****
Tika saat ini berada di dalam taksi. Taksi berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang tinggi. Dimana lagi kalau bukan di WX Group.
Tika membayar dan turun dari taksi. Dia menatap gedung tersebut dengan ekspresi takjub.
"Wah, ternyata benar-benar Sultan. Aku harus bisa membujuk Refan untuk memaafkan aku dan kembali bersamaku." Celetuk Tika.
Tika pun melangkah masuk ke dalam Lobi. Dia menuju meja Resepsionis.
"Permisi, apa Pak Refannya sudah datang?"
Desi dan Wika yang bertugas disana memandang Tika.
"Maaf, apa Kakaknya sebelumnya sudah membuat janji dengan, Beliau?" Tanya Desi.
"Belum tapi, aku kesini ingin meminta pertanggungjawaban dia. Apa kamu tidak melihat perutku yang buncit ini?"
Desi dan Wika saling pandang. Wika mengisyaratkan dengan kedipan mata, Desi paham dan mengangguk.
"Sebentar ya, Kak. Saya hubungi Pak Refan terlebih dahulu."
"Tidak perlu, cukup kamu beritahu aku dilantai berapa dia berada."
Bukannya mengiyakan, Tika malah terlihat kurang sabaran.
"Maaf, Kak. Tapi, prosedurnya memang harus begitu. Kakak tunggu sebentar agar saya menghubungi Pak Refan terlebih dulu."
"Kamu itu gak tahu aku siapa? Aku ini istrinya Refan. Aku bisa mecat kamu loh." Ancam Tika.
Desi menyikut Wika untuk meminta bantuan.
"Maaf, Kak. Kami memang tidak tahu siapa Kakak. Kami juga tahunya, Pak Refan ini belum menikah. Jadi, takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Lebih baik Kakak menunggu sebentar." Jelas Wika dengan sejelas dan seramah mungkin.
"Heh, kamu sama saja. Kalau begitu cepat kamu hubungi Refan, suruh dia turun sekarang juga."
Wika mengangguk tapi, batinnya ingin mencab1k-cab1k wajah Tika.
Wika pun menghubungi Sekretaris Jo.
"Selamat pagi, Pak. Disini ada yang mencari Pak Refan, mengaku-ngaku sebagai istri Pak Refan dan saat ini tengah hamil muda, Pak. Dia begitu maksa untuk bertemu dengan Pak Refan." Ucapnya.
......
"Baik, Pak. Terima kasih."
Wika menutup sambungan telepon.
"Mari, Kak. Akan saya antar ke ruangan Pak Refan."
Tika melirik sinis namun tersenyum miring.
"Dari tadi begini kan enak. Ngeyel sih." Gerutu Tika.
Wika hanya membalasnya dengan senyuman. Wika pun mengantar Tika naik ke lantai atas dimana ruangan Refan berada.
"Selamat pagi, Pak. Kakak ini yang ingin bertemu dengan Pak Refan." Ucap Wika kepada Sekretaris Jo.
Sekretaris Jo menatap Tika lalu beralih menatap Wika.
"Baik, terima kasih. Kamu boleh kembali ke tempatmu."
"Baik, Pak. Permisi."
Wika berlalu pergi.
Sekretaris Jo kembali menatap Tika.
"Silahkan ikut dengan saya." Ucap Sekretaris Jo pada Tika.
Sekretaris Jo melangkah masuk ke dalam ruangan Refan diikuti oleh Tika.