Gadis Nakal Om Dokter

Gale merengut, gadis cantik itu menunjukkan raut wajah pasrah setengah memelas seperti seorang istri yang baru saja didzolimi di sinetron yang biasa omanya tonton, meskipun mendengar kata hukuman sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Gale.

"Abang jangan salah paham dulu, 1. Gale ga niat nyuri, 2. Gale kan niat nolong orang, ya walaupun semampunya, jadi kejadian bawa mobil dan hampir nabrak polisi itu ga sengaja, 3. masalah ojol, kan hape Gale lowbath, lagian Gale udah bayar kok, jadi babang ojol ga perlu risau, bensinnya udah Gale ganti. Masa abang ga percaya ?!" jelas Gale, memasang puppy eyes tapi ternyata triknya ini tak berpengaruh untuk Fatur, terbukti lelaki ini tak serta merta mencabut kata hukuman untuk istri nakalnya itu.

"Abang bukan ga percaya, tapi tetep aja kamu salah. Udah tau belum lancar bawa mobil, kenapa harus bawa mobil ? Udah gitu, meskipun ga ada niatan nyuri tapi buktinya kamu pake angkot tanpa persetujuan yang punya, apa namanya kalo gitu ?" argumen Fatur.

"Coba kalo abang ada di posisi Gale mau apa ?!" tantang Gale.

"Kenapa ga disusul si abangnya di masjid/mushola, siapa tau lagi istirahat aja, kalaupun lagi solat, solat ga akan makan waktu sampai setengah jam,"

"Bisa aja kalo dia sambil wirid," manyun Gale.

"Jadi aku tetep salah ?!" tanya Gale.

Fatur mengangguk, "tindakan kamu ga bisa dibenarkan, meskipun niatnya nolong," jawab Fatur.

"Abang ihhhh," tatapnya memohon dengan wajah semanis mungkin, berharap kata hukuman itu musnah, bila perlu dipindahkan dengan kekuatan rinnegan-nya obito dan sasuke.

"Rayuan kamu ga akan mempan buat abang," jawabnya tetap fokus mengendarai mobil. Bibirnya menyungging, lalu Gale melipat kedua tangannya di dada, Fatur mengulum bibirnya, sungguh menggemaskan sekali gadis ini.

"Apa hukumannya ?" tanya Gale.

"Nanti di rumah. Sekarang kan mau ke rumah ayah dulu."

"Tapi Gale ga akan disuruh buat beresin rumah full kan ? Atau disuruh sikat-sikat toilet kaya di sekolah ?" tanya gadis itu.

"Kamu sering dihukum di sekolah ?" tanya Fatur, Gale menggeleng.

"Engga sering sih, sebulannya ada lah dua kali apa tiga kali gitu," jawabnya bangga.

"Itu sering neng cantik namanya !" gemas Fatur mencubit pipi Gale yang kenyal seperti permen yu_pi.

Mobil Fatur sampai di rumah ayah Arka. Gale turun, ia mengernyitkan dahi saat melihat sebuah mobil yang tak asing.

"Mobil ter_ORIs nih !" gumamnya, Fatur mengekor.

"Ori ?" Gale mengangguk.

"Assalamualaikum !" teriak Gale.

Gadis dengan t shirt hitam dan rok seragam pendek ini masuk bersama suami dokternya.

"Waalaikumsalam,"

Ori menatap canggung pada Gale dan Fatur, kedatangan keduanya terlebih Fatur yang menggenggam tangan Gale membuat hatinya berdenyut. Sejujurnya ia belum bisa menerima Gale lebih memilih Fatur dibandingkan dirinya yang sudah lama bersama gadis itu. Tapi apa boleh buat, Gale selalu menganggapnya sebatas seorang kaka, gadis itu bahkan dengan teganya mengatakan jika ia tak mau sampai merusak hubungan pertemanannya dengan Kia hanya karena Kia menyukai Ori.

"Bang Oriiii ! Jahat banget, ga ada pas nikahan gue !" manyunnya seraya memukul lengan Ori yang tengah duduk dan mengobrol bersama Arka setelah menyalami ayahnya ini.

"Sorry deh, gue sibuk." Jawab Ori singkat.

Fatur berdehem dan menyalami Arka, lalu beralih menyalami Ori. Moment awkward tercipta diantara keduanya, sementara Gale dengan santai memeluk ayahnya.

"Ayah jangan sakit lagi, kata abang kolesterol ayah tinggi ! Mas baru beberapa bulan dapet jabatan jadi kepala sekolah udah sakit-sakitan, Besok-besok minta momy masaknya jangan digoreng-goreng," terangnya tak malu memeluk sang ayah di depan Fatur.

"Wah, Tur..kayanya saingan loe tuh om Arka !" tawa Ori mencoba mencairkan suasana canggung diantara keduanya.

"Iya," jawabnya tersenyum.

Arka menepuk jidat anak gadisnya yang memeluknya dari samping, "ga tau malu, udah punya suami masih nemplok-nemplok !"

"Duh, biarin atuh yah...ayah tuhh wangi...pantes aja momy nempelll !" jawabnya terkekeh membaui dada ayahnya, seperti kebiasaannya.

"Kaka !!!!! Kamu habis ngapain tadi di sekolah, kata ceu Mirna mamahnya Faisal, kamu bawa angkot orang, bawa korban laka lantas ?!"

"Hah ?!" Arka dan Ori terkejut, tapi sedetik kemudian Ori tertawa.

"Cah, loe abis ngelakuin dosa apa?!" tanya Ori.

"Fatur, apa kamu tau ?" tanya Arka, Fatur mengangguk.

"Iya yah, kebetulan tadi di rumah sakit ketemu, Fatur lumayan kaget juga, alhamdulillahnya Gale ga kenapa-napa," jawab Fatur.

"Ha-ha-ha, itu korbannya ga kenapa-napa ? pasti nambah korbannya, masuk rumah sakit berjamaah," tawa Ori.

"Enak aja ! Engga lah, ketemu polisi, abis itu pak pol yang bawa !" jawab Gale.

"Nah itu ! Ical bilang katanya polisinya hampir kamu tabrak ?! Astagfirullah, boga budak awewe sasiki ge meni lieurrr ! Sabar ya Fatur !" jawab Shania mengetuk-ngetuk kepalanya. Andro dan Ori sama-sama tertawa.

(Punya anak perempuan sebiji juga bikin pusing)

"Dih, ini anak baru datang maen ngetawain !" ujar Gale pada Andro.

"Kamu harus hukum Tur, ga kapok-kapok dia," ucap Arka.

"Iya yah, pasti." Fatur mengulum bibirnya menatap Gale yang memelas.

"Potong aja uang jajannya," jawab Arka.

"Jangan dikasih ikutan dance bang," jawab Andro.

"Ihhh, kalian kompor !" bibir Gale mengerucut.

"Hukum di ranjang, biar ga bisa keluar !" timpal Shania, membuat mereka semua terdiam seketika. Andro dan Ori saling melirik.

Fatur berdehem dan membenarkan posisi duduknya.

"Momy ihhh, ranjang-ranjang ! Ajaran ayah tuh, momy masih sekolah hukumannya begituan," wajah Gale mendadak memanas.

"Sha," tegur Arka.

"Momy sama ka Gale 11, 12 !" ujar Andro.

Shania tertawa, "becanda atuh, meni pada tegang kaya lagi mau foto ktp !" tawa Shania.

"Pada mau cemilan ga ini teh ?" tanya Shania.

"Udah lama ga ubek-ubek produk Pawon Kurawa, mii ikut !" Gale ikut beranjak, tersisa para lelaki dan Andro beringsut lebih dulu menuju kamarnya.

"Gimana sekarang kondisi ayah ?" tanya Fatur.

"Alhamdulillah baik Tur, gimana Gale..apa merepotkan kamu ?" tanya Arka.

"Alhamdulillah, Gale gadis sekaligus istri yang nurut." Ori yang berada di antara obrolan menantu dan mertua ini diam menyimak.

"Oh, iya om. Pasal tes kesehatan di Pondok gimana ?" tanya Ori.

"Ah, iya..masalah itu. Bagaimana kalau sabtu, minggu besok ?" tanya Arka melihat pada Ori dan Fatur.

"Boleh yah, insyaallah saya tidak ada jadwal praktek.." jawab Fatur.

"Boleh om, Ori bisa ngatur jadwal praktek..." jawab Ori tak mau kalah.

"Sebentar, coba saya ambil dulu data dan jadwalnya !" Arka beranjak menuju ruang kerjanya. Kini hanya tersisa Ori dan Fatur saja disana.

"Tur, selamat atas pernikahanmu sama si bocah," Ori mengulurkan tangannya, Fatur mendongak dan menyambut uluran tangan Ori.

"Makasih sudah merelakan Gale buat saya," jawab Fatur, hanya saja sampai saat ini ia tak mengerti apa alasan Ori melepas Galexia, sementara setaunya dulu Ori pernah berkata padanya jika ia sangat menyayangi Gale.

"Bukan merelakan, karena sejujurnya sampai saat ini gue belum rela...gue cuma mencoba membuat Gale bahagia, apapun yang dia mau sedang gue penuhi, INGAT !!! Kalo sampe gue denger tuh bocah mewek sama loe, atau kurusan aja se-ons gue bakalan rebut Gale dari loe !" tatapan Ori menajam, sementara Fatur menyeringai, "insyaallah tidak akan sampai terjadi, tak akan ada yang bisa rebut Gale dari saya...saya sudah menunggu ini lama !"

Gale datang membawa dua toples almond cookies, dengan mulut mengunyah kue itu. Langkahnya terhenti melihat kedua dokter muda ini sedang berjabat tangan.

"Cieee ! Lagi maen adu ayam ya ?! Akur nih ?!" Gale duduk di sebelah Fatur.

"Adu, adu...sini pala loe gue aduin sama toples," Fatur meraih satu toples dari tangan Gale dengan kasar.

"Abang mau ? Enak loh !" tanya Gale membukakan toples almond cookies. Gale mengambil kue itu, tapi baru saja ia menjepit kue itu dengan mulutnya, Fatur memajukan wajahnya dan menggigit bagian kue yang berada di luar mulut Gale, sehingga mereka terlihat seperti sedang berciuman.

Gadis itu membulatkan matanya, hembusan nafas Fatur terasa menyentuh kulit lembut Gale membuat si empunya mendadak merinding disko dan diam seperti batu.

Ori bahkan tak percaya, jika Fatur seagresif itu dibalik sifat pendiamnya. Fatur benar-benar ingin membuktikan pada Ori, jika Gale adalah miliknya.

"Enak," jawab Fatur menjauh dan mengunyah kue itu.

"Hofff...haaa...!" Gale terbatuk dan kemudian menghirup nafas rakus.

"Oksigennn !!!!" Gale sendiri sudah mengipasi wajahnya yang mendadak panas, kemudian ia segera menyambar air minum di meja depannya dan meminum isinya hingga tandas dalam sekali tegukan.

"Oh my God ! Itu barusan abang kenapa ?!" gumamnya dalam hati.

.

.

.