Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 27
🍁🍁🍁
Di samping itu Andrian terlihat merenung di balkon kamarnya sambil memandangi kota malam.
"Tidak mungkin aku melanjutkan hubungan bohong ini, lagian aku dan Nayra hanya berpura-pura berpacaran agar aku bisa terhindar dari perjodohan ini," gumam Andrian.
Andrian merogoh kantong celananya untuk mengambil sesuatu. Terlihat Andrian sedang mengambil kalung dari kantong celananya.
"Sebelum aku menemukan perempuan di kejadian malam itu, aku tak akan menikah."
Itulah janji Andrian kepada dirinya sendiri. Ia tak tau apa yang sudah terjadi kepada wanita malam itu, entah dia sudah memperkosanya atau tidak. Bila dia melakukan sesuatu kepada wanita malam itu maka ia akan bertanggung jawab sepenuhnya.
***
Di kantor tepatnya di ruang Andrian. Terlihat Andrian begitu sibuk dengan pekerjaannya sampai ia tak sadar bahwa ada Nayra yang baru masuk ke dalam.
"S-selamat pagi Pak!" Nayra agak ragu menyapa Andrian dengan kondisi Andrian yang terlihat sibuk.
"Kapan kamu masuk ke sini?" tanya Andrian yang baru sadar kalau ada Nayra di sana juga.
"Saya sudah dari tadi di sini Pak, tapi Bapak terlihat begitu sibuk jadi saya tak enak bila mengganggu Bapak."
"Kenapa kamu masuk? Apakah anakmu sudah sembuh?"
"Iya Pak, anak saya sudah lebih baik sekarang."
"Syukurlah!"
Ada rasa berbeda ketika Andrian bertanya tentang kondisi Alden kepadanya. Nayra terasa bahagia karena Andrian bisa perhatian kepada Alden anaknya walaupun hanya sebatas kasihan.
"Ya Tuhan bagaimana ini sekarang? Apakah aku harus berterus-terang kepada Pak Andrian bahwa Alden anaknya tapi luka lima tahun lalu masih berbekas di hati ini," batin Nayra.
Nayra memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia memandang laki-laki yang berstatus ayah dari anaknya itu. Nayra sudah membulatkan tekad nya untuk memberitahu Andrian tentang sebenarnya. Karena ia tak mau menyembunyikan ini terlalu lama lagi.
Sepulang dari kantor Nayra mencegah Andrian ketika memasuki lift kantor.
"Pak tunggu!"
Nayra berlari mengejar Andrian yang akan memasuki lift, sedangkan Andrian langsung menoleh ke arah Nayra yang memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Andrian.
"Ada yang saya ingin katakan kepada Bapak."
"Katakan saja!"
"S-saya s-sebenarnya ingin memberi tahu kalau..."
Drett... drett... drett...
Tiba-tiba saja suara ponsel Andrian berbunyi membuat Nayra mengehentikan perkataannya.
"Ayok apa yang ingin kamu katakan! Waktu saya tinggal sedikit, saya harus cepat-cepat pergi dari sini," ujar Andrian sambil sesekali melirik ponselnya yang dari tadi berdering.
"Lebih baik Bapak angkat dulu telponnya, siapa tau yang menelpon itu orang penting."
"Kalau gitu saya permisi angkat telponnya dulu."
Andrian agak sedikit menjauh dari Nayra untuk mengangkat telponnya.
Andrian :
Hallo!
Misterius :
Kamu di mana?
Andrian :
Masih ada di kantor
Misterius :
Kamu udah makan
Andrian :
Belum
Misterius :
Aku udah masakin makanan kesukaan kamu, jadi cepatlah untuk pulang.
Andrian :
Iya bawel, aku secepatnya pulang untuk memakan masakan mu.
Misterius :
Aku tunggu kamu di rumah.
Andrian :
Iya bidadari ku, kalau gitu aku tutup dulu telponnya muah...
Tak sengaja Nayra mendegar percakapan antara Andrian dengan penelpon tadi, seketika mendegar percakapan itu membuat Nayra menjadi berpikir dua kali untuk memberitahu Andrian tentang sebenarnya.
"Maaf Pak bila saya menganggu waktu Bapak."
"Tidak pa-pa! Sekarang apa yang kamu ingin katakan."
"Saya tak jadi mengatakannya ke Bapak, lebih baik Bapak pulang saja, kasihan kekasih Bapak menunggu Bapak pulang."
Seketika mata Andrian mengintimidasi Nayra yang tau bahwa dia ingin cepat-cepat pulang.
"Apa kamu mendengar percakapan ku tadi?"
"Maaf Pak! Saya tak sengaja mendegar percakapan Bapak tadi, soalnya tadi suara Bapak besar membuat saya bisa mendengarnya."
"Lain kali tutup telinga kalau mendengarkan saya menelpon."
"B-baik Pak!"
"Ayok katakan apa yang tadi kamu ingin katakan."
"Tidak ada apa-apa Pak! Saya tadi hanya ingin bertanya tentang masalah pekerjaan tapi karena Bapak sibuk, biar nanti saya bertanya kepada Mbak Tiara saja. Kalau gitu saya permisi dulu."
Nayra membungkuk hormat terhadap Andrian lalu pergi dari sana dengan cepat-cepat. Sedangkan Andrian merasa aneh melihat gelagat Nayra yang tak biasanya.
"Bodoh kamu Nayra! Bodoh! Bodoh! Bodoh...." Nayra mengumpat dirinya karena kebodohannya itu.
"Bila aku mengatakan kebenarannya apa mungkin Pak Andrian mau mempercayainya?" gumam lagi Nayra.
Lama berpikir Nayra kembali mengumpat dirinya karena hampir saja ingin mengatakan semuanya kepada Andrian. Mana mungkin Andrian akan mempercayai perkataannya tanpa adanya bukti apalagi ia dengar sendiri bahwa Andrian sudah mempunyai kekasih. Mana mungkin ia menghancurkan kebahagiaan orang lain.
"Sudahlah Nay! Kamu pendam saja rahasia ini untuk waktu yang lama, biar takdir yang akan membongkar semua rahasia ini," ujar Nayra.
Nayra yang ingin melangkah pergi dari kantor itu tiba-tiba saja berhenti ketika Andrian muncul di depannya secara tiba-tiba.
"Rahasia apa yang kamu sembunyikan dari dunia?" Andrian berada di depan Nayra saat ini.
"I-itu itu bukan urusan Bapak."
Nayra kembali melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana agar menghindari pertanyaan dari Andrian tapi dengan cepat Andrian menarik pergelangan tangan Nayra membuat Nayra tak bisa bergerak.
"Lepaskan Pak!" Nayra berusaha menarik tangannya dari genggaman tangan Andrian tapi kekuatannya kalah jauh dibandingkan Andrian.
"Jawab dulu pertanyaan saya tadi?"
"Pertanyaan yang mana?" Nayra berpura-pura lupa dengan pertanyaan Andrian tadi.
"Apa yang kamu sembunyikan dari orang-orang? Apakah ini ada hubungannya dengan yang ingin kau sampaikan ke saya?"
"Ini tak ada hubungannya dengan yang saya sampaikan tadi, dan masalah ini juga tak ada hubungannya sama sekali dengan Bapak."
"Apakah perkataan mu bisa saya percayai?"
"Tolong Pak lepaskan tangan saya! Hiks..." Nayra meringis kesakitan dengan cengkraman Andrian yang begitu kuat.
Melihat Nayra meringis kesakitan membuat Andrian spontan melepas cengkramanya.
"Maaf!" Andrian merasa bersalah telah membuat Nayra kesakitan.
"Biarkan saya pergi dari sini, tentang masalah tadi memang tak ada hubungannya dengan Bapak jadi tak usah untuk memikirkan masalah tadi."
Nayra pun memalingkan tubuhnya untuk pergi dari sana tapi lagi-lagi Andrian kembali menghentikan Nayra.
"Tunggu Nayra!"
"Saya sudah bilang kalau rahasia yang saya sembunyikan bukan urusan Bapak," Nayra terlihat agak emosi karena Andrian dari tadi mencegahnya untuk pergi.
"Bukan itu, tapi pergelangan tanganmu memar gara-gara cengkraman saya tadi yang kuat." Nayra langsung melihat tangannya yang terlihat agak lebam.
"Tidak pa-pa nanti saya akan oleskan dengan minyak."
"Biar saya saja yang mengobati tanganmu."
"Tak usah repot-repot, ini hanya lebam sedikit jadi Bapak tak usah repot-repot untuk mengobati tangan saya."
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa