Tragedi Bachelor Party

"Kakak marah?" cicit Loli setiba nya mereka di depan pintu kamar gadis itu. Untuk keselamatan Loli dan bayinya sementara waktu ini Loli sudah mendiami kamar di lantai bawah.

"Menurut kamu kakak marah nggak?" Marcell balik bertanya

"Aku nggak tau" Jawab Loli sambil menggelengkan kepalanya

"Kakak boleh marah? apa menurut Loli kakak berhak marah?" Loli melipat bibirnya, ia tampak termangu sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk.

"Kalo memang menurut kamu seperti itu kakak akan jujur, yah kakak marah dan kakak nggak suka calon istri kakak terlalu dekat sama pria lain apa lagi pria itu jelas-jelas menyukai kamu" Tegas Marcell. Loli terhenyak dibuatnya.

"Iya aku minta maaf" lirih Loli.

"Kamu minta maaf karena menyadari bahwa apa yang kamu lakukan itu salah?" Loli kembali mengangguk.

"Kakak maafin, tapi Jangan ulangi lagi ya? kakak mau ini pertama dan terakhir kalinya kamu membiarkan pria lain memeluk kamu" Marcell menatap Loli, kali ini tanpa kobaran amarah. Ia berusaha meredam emosinya untuk menjaga kenyamanan Loli yang sedang hamil. Marcell juga paham kondisi Loli belum sepenuhnya pulih, bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan kecemburuan yang membabi buta.

"Kakak pulang dulu, kamu istirahat. Jangan main handphone apalagi chatingan atau telfonan sama si Jin itu"

"Zayn kak" Ralat Loli cepat.

"Iya itu maksud kakak, nyebut namanya susah kepeleset mulu jadinya" Ucap Marcell dengan senyum masam nya.

'Pinter banget ngeles nya' Rutuk Loli di dalam hati.

Seperti biasa Marcell mengusap perut Loli sebelum pria itu memutuskan pergi dari sana.

"Baby, jagain mama jangan sampai kegenitan sama cowok. Kalo mama bandel kasih tau papa ya?"

"Kak apaan, masa bayi yang masih dalam perut uda diajarin berfikir negatif tentang mamanya. Mana ada aku kegenitan sama cowok lain" Ucap Loli sewot.

"Beneran ya nggak genit sama cowok lain?" Marcell mengulum senyumnya.

"Iya beneran enggak" Loli masih tak terima dengan tuduhan pria itu. Marcell merangkul Loli sambil terkekeh.

"Iya kakak percaya adek nggak genit, tapi kalo mau genit sama kakak nggak apa-apa" Ucap pria itu sambil mendaratkan kecupan di kening Loli. Sontak saja wajah Loli memerah, tubuhnya berdesir hebat. Sebelum semakin parah Marcell segera melepaskan rengkuhan nya pada Loli.

"Kakak pulang, sampai jumpa besok" Marcell melambaikan tangan nya dan tersenyum hangat sebelum berbalik meninggalkan Loli yang kini memegangi dadanya yang berdetak tak normal.

Marcell dan Loli sama sekali tidak menyadari keberadaan Nala yang menyaksikan apa yang terjadi antara Marcell dan Loli. Perlakuan manis Marcell pada Loli bagaikan pisau yang mencincang perasaan nya. Hatinya terasa hancur kian tak berbentuk.

Air mata kini membanjiri wajahnya, sulit bagi Nala untuk tak membenci Loli yang dalam waktu begitu singkat mampu menggeser posisi nya di hidup Marcell yang sudah berjalan 5 tahun lamanya. Semua kisah indah mereka seolah tak bermakna apa-apa di mata pria itu kini.

Nala yang baru pulang kembali memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Terus berada di rumah itu hanya membuat dadanya semakin sesak. Belum lagi kesibukan yang terjadi di rumah itu untuk persiapan pernikahan Loli yang seharusnya menjadi pernikahan indahnya membuat lukanya menganga kian parah.

"Kenapa harus Loli, dan kenapa secepat itu kamu beralih rasa padanya Marcell" Sepanjang perjalanan nya Nala terus berteriak untuk mengurai sesak di dada. Semua makian dan umpatan ia lontarkan pada Marcell dan Loli yang telah merebut mimpi-mimpinya.

"Ternyata kamu nggak pernah cinta sama aku selama ini" Rasanya tidak mungkin Marcell akan melupakan nya secepat ini andai Marcell memang mencintainya selama ini.

🍁🍁🍁

"Aku nggak nyangka mencintai kamu akan melahirkan luka sebesar ini" Keluh Seorang pria dengan isakan nya. Pria itu tampaknya sudah mulai mabuk. Nala mengamati pria di sebelah nya, ia menatap miris pada pria itu

Nala yang sebelumnya berkeliling tak tentu arah memutuskan pergi ke sebuah klub malam saat matahari sudah lama beranjak meninggalkan bumi. Ia tak tau harus bagaimana lagi untuk mengalihkan rasa sakitnya, ia nyaris putus asa.

"Bodoh, untuk apa menangisi seorang gadis yang sudah mengkhianati mu" ucap Nala ketus, namun diam-diam ia menertawai dirinya sendiri. Karena pada kenyataan nya sampai detik ini ia pun terus saja menangisi Marcell yang akan menikah dengan adiknya.

"Tapi gadis itu berbeda, aku sangat mencintainya. Dia tak sekedar memiliki kecantikan rupa tapi juga memiliki hati yang mempesona. Kamu nggak akan pernah mengerti gimana sulitnya aku menghadapi ini semua. Nggak mudah harus mulai menata kembali hidupku yang sebelumnya dipenuhi oleh nya. Dia tujuan hidup aku, apapun yang aku lakukan semuanya untuk dia dan karena dia. Tapi sekarang aku dipaksa mengubah arah. Rasanya ingin mati saja" Ia tampak begitu putus asa.

"Coba lihat aku, apa gadis itu lebih cantik daripada aku?" Tentu saja Nala tak akan merasa percaya diri seperti ini andai ia tidak sedang dikuasai alkohol.

Pria itu menatap ke arah Nala, tatapan matanya begitu sayu.

"Kamu memiliki kemiripan garis wajah dengan nya. Tapi dia lebih cantik, Loli ku adalah jelmaan bidadari" racau pria itu sambil tersenyum mengejek.

"Loli? ah brengsek! kenapa di mana-mana aku harus mendengar nama itu. Bahkan di mata pria mabuk seperti mu aku tetap saja kalah darinya" Gerutu Nala.

"Karena Loli ku memang sempurna"

Pandangan mata pria yang tak lain adalah Zayn itu menerawang, membayangkan wajah Loli yang sudah membuatnya tergila-gila sejak lama.

"Adikku juga bernama Loli, dia akan menikah dengan pria yang seharusnya menjadi suamiku. Apa Loli adikku sama dengan Loli mu? Loli ku juga cantik dan begitu baik. Makanya Marcell bisa dengan cepat berpaling padanya dan membuang ku begitu saja. Aku benci Loli" Nala menenggak kembali segelas minuman memabukkan yang terasa membakar kerongkongan nya.

"Sepertinya Loli kita berbeda, karena sifat baik yang ia miliki aku yakin nggak ada siapapun yang bisa membenci Loli ku" Di mata Zayn Loli tak memiliki keburukan sedikit pun, Ia merasa tak suka jika Loli nya di samakan dengan Loli wanita mabuk itu.

"Tapi kalau Loli mu begitu sempurna kenapa kamu tampak begitu menyedihkan? kalau memang dia sesempurna itu aku yakin dia nggak akan pernah mematahkan hatimu dengan begini kejam hingga membuat kamu mabuk-mabukan begini" Nala mencebik sinis.

"Kamu nggak akan pernah mengerti, tapi yang jelas Loli ku tak seburuk yang kamu fikirkan" Zayn tak terima dengan pendapat Nala tentang Loli. Ia tak suka Nala berfikiran buruk soal gadis yang amat ia cintai.

Sepasang manusia mabuk itu terus saling mengungkapkan keluhan dan kesakitan yang tengah mereka derita.

🍁🍁🍁