Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan
Ayyara berdiri depan cermin sembari memperhatikan penampilannya. Setelah usai, ia memasukkan sekumpul undangan yang ia siapkan untuk dibagikan ke teman-temannya. Ia kemudian turun menemui keluarganya yang sedang sarapan di ruang makan.
"Pagi Ma, Pa!" Gadis itu mencium pipi kedua orang tuanya. Ia menarik kursi dan duduk. Matanya tak sengaja bertemu dengan mata Deon dan Gian. Ketiga orang itu saling menatap tanpa suara. Suara Mala membuat ketiganya memutuskan pandangan mereka.
"Undangannya udah dimasukin, sayang?" Tanya Mala sembari meletakkan sarapan untuk Ayyara.
"Udah, Ma."
"Pulang sekolah, nyari baju sama Mama, ya?" Ujar Abima.
"Iya, Pa."
Semuanya kembali menyantap sarapan mereka. Beberapa menit kemudian mereka usai dan memulai kegiatan masing-masing.
Deon dan Gian tiba di sekolah bersamaan Ayyara yang turun dari mobil. Keduanya dengan cepat turun dari mobil mereka dan menyamakan langkah mereka dengan Ayyara.
"Ayya!" Panggilan itu di abaikan oleh Ayyara. Dia tahu Deon dan Gian terus mengikutinya. Tapi, dia tak peduli.
"Ayya! Lo budek?" Kesal Gian.
"Ayya!!" Bantak Deon membuat Ayyara menghentikan langkahnya sebelum tiba di kelasnya.
"Lo apaan sih, teriak-teriak?" Suara Ayyara ikut meninggi.
"Lo juga sih, dipanggil ga nyahut. Padahalkan dekat. Budek juga ga mungkin." Ujar Gian.
"Gue emang ga budek. Cuman malas ngomong sama lo berdua."
Gian memalingkan wajahnya sembari tersenyum miring. Senyumnya terlihat lebih menunjukkan rasa sedih. Sementara Deon, lelaki itu menarik nafasnya panjang.
"Pisahin undangan lo sebagian buat gue. Mau gue bagiin sama teman-teman gue." Ujar Deon.
"Gue ga suka orang lain ke pesta ulang tahun gue. Cukup teman-teman gue."
"Itu bukan cuman pesta lo. Tapi pesta semua orang rumah. Lo ga berhak larang-larang orang buat datang." Timpal Gian.
Ayyara mendengus kesal. Ia menurunkan tasnya, lalu mengabil sebagian undangan dan memberikannya pada Deon. Ia kemudian berlalu dari hadapan kedua cowok itu.
***
Jam istirahat Ayyara gunakan untuk membagi undangannya. Pertama, ia membagikan untuk teman-teman kelasnya.
"Jangan lupa datang, ya?" Ujarnya, memberikan undangan pada teman-temannya.
"Nih, buat lo!" Ayyara menyerahkan undangan buat Elen. Gadis itu sudah pindah tempat duduk, menjauh dari Vanya. Hubungan persahabatannya dengan Vanya sudah sangat buruk.
"Makasih," Balasnya.
Ayyara bergerak menghampiri Vanya. Cewek itu dengan tatapan sinisnya menatap Ayyara yang berdiri di depannya.
"Buat lo!" Ayyara menyerahkan selembar undangan pada Vanya. Cewek itu meraihnya dan langsung merobeknya.
"Gue ga butuh undangan lo! Lo cewek paling jahat yang gue kenal. Lo ngambil Kenzo dari gue! Lo itu jahat, Ayya! Lo jahat!!" Teriak Vanya tepat di depan wajah Ayyara.
Ayyara masih menatap wajah Vanya. Ia kembali mengambil selembar undangan dan meletakkanya di atas meja Vanya. "Gue ga ngerti lo ngomong apa. Kalo lo masih mau datang, itu undangannya." Ujar Vanya lalu pergi.
Vanya menggeram kesal melihat sifat tenang Ayyara. Ingin sekali ia mencabik-cabik wajah Ayyara. Tapi ia sadar, Ayyara tidak bisa dilawan secara terang-terangan seperti itu. Semuanya harus direncakan dengan baik.
Setelah menyelesaikan bagi-bagi undangannya, Ayyara bergegas ke kantin untuk mengisi perut. Masih tersisa beberapa menit lagi, masih cukup untuknya menghabiskan semangkuk bakso atau mie ayam.
"Ayya! Bentar malam pesta ulang tahun lo?" Tanya seorang siswa yang ada di kantin.
"Iya. Kenapa emangnya?"
"Gue sama teman-teman gue ga dapat."
"Undangannya cuman buat teman-teman gue, sama anak-anak kelas 11. Senior ga dapat. Cuman teman-teman Deon sama Gian yang dapat."
"Yaah, ga asik." Ujar siswa tersebut.
"Kalo lo mau datang, datang aja. Tapi jangan ngerusuh!"
"Benaran, Ayya?"
"Iya." Ayyara meraih semangkuk bakso yang di berikan ibu kantin. " Makasih, Bu." Ujarnya pada Ibu kantin.
"Asiiikk... Kita dibolehin Ayya!" Teriak siswa tersebut pada teman-temannya.
***
Bel pulang berbunyi. Pak Tanto sudah tiba di sekolah sejak lima menit yang lalu. Ayyara segera menghampiri mobil dan masuk. Senyum mengembang di wajahnya saat melihat Mamanya ada didalam mobil.
"Mama..." Ujarnya, menutup pintu dan langsung memeluk Mala.
"Mama kok jemput Ayya?"
"Sengaja sayang. Sekalian kita langsung ke butik, terus cari baju buat kamu."
"Oh iya, Ayya sampe lupa kalo harus cari baju. Tapi, makan dulu ya? Ayya laper banget."
"Iya, sayang." Balas Mala sembari tersenyum. "Ajak abang sekalian ya?" Sambung Mala.
"Emm.. Iya deh." Jawab Ayyara.
Mala segera meraih handphonenya dan mengirimkan pesan pada Deon. Sekalian mengirimkan lokasi tempat mereka akan makan nanti.
"Mama niatnya mau ngajak kalian ke restoran Mama, tapi jauh dari sini. Dari butik yang mau kita kunjungi juga jauh."
"Lain kali aja, Ma. Hari libur bisa." Mala tersenyum mendengar ucapan Ayyara.
Mobil yang dikendarai Pak Tanto tiba di restoran yang dimaksud. Pak Tanto turun dan membukakan pintu untuk Mala dan Ayyara.
"Ayo, Pak Tanto!" Ajak Ayyara saat kakinya melangkah menaiki tangga restoran.
"Maaf neng, nyonya. Saya disini saja!"
"Tidak! Pak Tanto harus ikut." Paksa Ayyara pada Pak Tanto.
"Tapi..."
"Pak, anggap aja ini sebagai hadiah yang diminta Ayya di hari ulang tahunnya." Ujar Mala.
"Ya udah deh, saya ikut aja."
Ayyara, Mala dan Pak Tanto segera memasuki restoran. Mereka duduk bersama di sebuah meja. Tak lama, Deon dan Gian juga tiba.
"Ma," Sapa Deon dan Gian.
"Kenapa kita di suruh kesini?" Tanya Deon. Dia dan Gian menarik kursi, duduk bergabung bersama Mala, Ayyara dan Pak Tanto.
"Engga ada apa-apa, cuman mau makan siang bareng." Ujar Mala, yang mendapat anggukkan dari keduanya.
"Ayo, pesan makanannya. Pak Tanto,"
"Iya, nyonya."
Mereka mulai memesan makanan kesukaan masing-masing. Deon dan Gian juga tak hentinya melirik Ayyara.
"Undangan lo kurang. Banyak teman-teman gue ga kebagian." Ujar Deon datar. Mala yang melihatnya mengulum senyum. Sejak kepulangnnya dan Abima dari luar negeri, sikap Deon dan Gian pada Ayyara sedikit berubah. Hanya sekali dua kali mereka bertengkar akhir-akhir ini. Tidak seperti sebelumnya.
"Ga masalah buat gue. Gue..."
"Tapi, masalah buat kita!" Tukas Gian.
"Ya, kalo masalah, lo berdua cetak lagi aja! Gue cetaknya juga cuman buat anak lelas 11. Mana cukup dibagiin ke kelas 12 juga?" Balas Ayyara.
"Sudah-sudah! Jangan pada ribut disini. Tuh, makanannya udah datang." Ucap Mala.
Deon, Gian dan Ayyara terdiam. Ketiga orang itu menarik nafas mereka panjang. Deon dan Gian bersamaan menarik makanan mereka yang sudah di sajikan pelayan restoran. Dengan lahap mereka memakannya. Membuat Ayyara sedikit meneguk ludahnya melihat mereka makan.
"Lapar sekali, nak?"
"Ini ga laper, Ma. Ini karena kesel." Jawab Gian asal. Mala hanya bisa menggeleng menanggapinya.
"Oh ya, soal undangan ulang tahun Ayyara, membawa Mama ingat soal cari baju buat Ayya." Ujar Mala. "Jadi, Mama ajak kalian makan dulu, kemudian ke butik buat milihin baju buat Ayya."
"Apa?!!" kaget keduanya.
"Iya, ke butik. Kalian bantuin Mama milih baju, oke?"
Keduanya menepuk jidat mereka masing-masing. Bagaimana bisa Mamanya meminta hal aneh itu. Hal yang benar-benar tidak ingin mereka lakukan.
/Rose//Rose//Rose/