Tawanan Dua Mafia

"Nona." Dea berteriak sekencang mungkin hingga membuat Celine mengernyitkan dahinya.

"Dea, bisakah kau kecilkan suaramu sedikit," protes Celine. Wanita itu kembali merias wajahnya. Dia berusaha tetap fokus untuk mempercantik dirinya. Hari jni

"Nona cepat. Tuan Jason sudah di depan menunggu anda." Dea benar-benar tidak sabar.

Celine melirik jam di meja riasnya. Wanita itu tersenyum setelahnya. Dia beranjak dari kursi dan memutar tubuhnya di depan cermin. "Bagaimana penampilanku?"

"Anda cantik sekali, Nona. Gaun putih ini sangat senada dengan jas abu-abu Tuan Jason."

"Jason paka jas abu-abu?"

Dea mengangguk cepat. Dia segera mendorong Celine agar segera keluar. "Cepat, Nona. Tuan Jason sudah menunggu anda."

Celine tersenyum mendengarnya. Wanita itu melangkah dengan anggun menuju ke tangga. Gaun putih panjang yang sore itu dikenakan Celine terlihat mengikuti gerak tubuhnya. Rambutnya dibuat lurus. Ada kalung dan anting-anting yang menjadi pilihan perhiasan Celine. Sepatu berwarna abu-abu terdengar begitu anggun ketika Celine menjejaki anak tangga untuk turun ke lantai bawah.

"Sebenarnya apa kejutan yang dia bilang tadi pagi?" gumam Celine di dalam hati. Wanita itu terus melangkah menuju ke pintu utama. Dia juga sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jason di sana.

Jason berdiri di depan mobil sambil memegang buket bunga Daisy di tangannya. Hanya ada dia di sana. Baik Ben maupun pengawal yang lainnya tidak ada yang terlihat satupun. Entah dimana mereka bersembunyi.

Jason tersenyum ketika membayangkan wajah Celine. Masih membayangkannya saja sudah membuatnya bahagia. Apa lagi sebentar lagi dia akan bertemu dengan wanita pujaannya itu.

"Jason," panggil Celine dengan suara yang lembut dan manja.

Jason memiringkan tubuhnya ke samping. Pria itu tersenyum lebar melihat penampilan Celine. Dia melangkah maju untuk memberikan buket bunga kepada wanita pujaannya. "Selamat sore, Celine. Kau cantik sekali hari ini."

Celine menerima buket itu dengan wajah merona malu. Wanita itu memandangnya untuk beberapa saat. "Bunga Daisy?"

"Bunga Daisy melambangkan kesetiaan, kemurnian dan cinta abadi," jawab Jason.

"Dan persahabatan," sambung Celine lagi.

Jason mengangguk. "Ayo, kita akan pergi ke suatu tempat." Jason merangkul pinggang Celine membawanya masuk ke dalam mobil. Wanita itu hanya menurut saja. Dia duduk di depan sambil memangku buket bunga yang diberikan Jason. Jason segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan membawa wanita pujaannya ke suatu tempat yang sangat romantis pastinya.

***

Jason membawa Celine ke sebuah villa mewah yang ada di Sisilia. Bangunan yang sering disebut dengan Luxury house itu terlihat berdiri kokoh di pinggir lautan biru kota Sisilia. Desain bangunannya unik dan elegan. Lantai marmer berwarna putih seakan menyambut kedatangan Celine dan Jason sore itu. Perlahan warnanya mulai berubah orange mengikuti matahari yang hampir tenggelam di depan sana.

Celine berdiri dengan wajah kagum. Bangunan di depannya sangat menawan. Banyak taburan bunga di sepanjang jalan masuknya. Tidak ditemukan satu orangpun di sana. Lagi-lagi hanya ada Celine dan Jason saja.

"Ayo kita masuk." Jason memegang tangan Celine dan membawanya masuk ke dalam. Celine melangkah perlahan sambil sesekali memperhatikan gedung itu. Masih tiba di ruang tengah mereka sudah disambut dengan sofa empuk yang dekat dengan bar mini. Jason terus saja melangkah ke arah pintu di depannya. Pria itu memandang Celine sejenak sebelum memandang ke depan lagi.

Jason berhenti ketika sudah tiba di tempat yang telah dia persiapkan. Hamparan laut biru terlihat begitu indah. Saat matahari mulai tenggelam, lautan terlihat seperti lukisan yang sangat indah. Celine melangkah maju ke pinggir. Dia terlihat bahagia mendapat kejutan seperti ini dari Jason.

Jason berjalan dan memeluk Celine dari belakang. Pria itu tidak bisa menghilangkan senyum dari bibirnya. "I love you, Celine."

Celine memegang tangan Jason dan mengusapnya. "Aku menyayangimu, Jason."

Jason memegang pinggang Celine dan membimbing wanita itu agar berdiri di depannya. Menatap wajah Celine dengan penuh cinta dan kasih sayang. Jason mendaratkan bibirnya di bibir Celine. Pria itu memejamkan matanya dan menikmati bibir merah wanita yang sangat dia cintai itu. Jari-jarinya saling menggenggam erat dengan jari-jari Celine. Celine membalas ciuman Jason yang lembut dan penuh kasih sayang. Jason sangat menghargai Celine. Seperti itulah yang sekarang dirasakan oleh Celine. Wanita itu tidak akan menolak sentuhan Jason, karena pada kenyataannya dia mulai tertarik dengan calon suami sendiri.

Jason melepas kecupannya. Mengusap pipi Celine sambil tersenyum bahagia. "Nanti malam kita akan berangkat ke Swiss," bisik Jason.

"Swiss? Untuk apa kita ke sana?"

"Aku akan membawamu jalan-jalan. Kita akan liburan," jawab Jason. Pria itu menarik tubuh Celine ke dalam pelukannya. "Aku ingin menikmati hari-hari yang indah bersamamu, Celine. Hanya denganmu."

Celine merangkul pinggang Jason dan memejamkan matanya. Dia merasa disayang dan dimanja. "Terima kasih."

***

Saat langit berubah gelap, Jason membawa Celine turun ke bawah. Di sana mereka akan makan malam romantis di pinggir pantai. Jason sudah merencanakan semua ini sejak pagi. Dia bahagia karena tidak ada kendala sedikitpun dengan rencana yang sudah dia buat.

Kini Celine duduk di depannya. Mereka sedang menikmati makan malam spesial yang disiapkan oleh chef ternama. Sesekali terdengar suara tawa Celine yang begitu anggun. Wanita itu menutup wajahnya karena tersipu malu setiap kali Jason menggodanya.

Setahun terakhir ini, Celine belum pernah merasa sebahagia ini. Kini dia sudah ada di posisi tidak lagi memikirkan hidupnya akan seperti apa di masa yang akan datang. Semua urusan masa depannya seakan sudah terjamin. Celine yakin kalau Jason adalah pria yang tepat untuknya. Jason pasti akan menghujaninya dengan kebahagiaan yang tiada tara.

Jason meletakkan gelas bekas minumnya kembali ke meja. Pria itu memandang ke arah pantai. Ada seulas senyum sebelum dia beranjak dari kursi yang sejak tadi diduduki.

"Aku masih memiliki satu kejutan lagi." Jason mengulurkan tangannya.

Celine mengangguk patuh. Wanita itu menyambut tangan Jason dan mengikuti Jason melangkah ke depan. Celine sudah tidak sabar menanti kejutan selanjutnya. Namun, untuk beberapa saat tidak ada terjadi apapun di depan sana. Celine memutar tubuhnya hingga akhirnya dia menemukan Jason yang sudah berlutut dengan cincin di tangannya.

"Celine, apa kau mau menikah denganku? Kali ini aku melamarmu karena aku benar-benar tulus mencintaimu. Aku ingin menjadi suamimu, Celine. Menjadi satu-satunya pria yang akan menjagamu dengan baik."

Kedua mata Celine terlihat berkaca-kaca. Wanita itu mengangguk dan mengulurkan tangannya. "Aku mau menikah denganmu, Jason."

Jason segera menyematkan cincin yang sudah dia persiapkan di jari manis Celine. Pria itu mengangkat pinggang Celine dan membawanya berputar. Bersamaan dengan itu, bunga api meletus di angkasa. Terlihat sangat indah dan romantis. Kepulan asap berwarna-warni juga muncul menghiasi lokasi tersebut.

Celine melingkarkan tangannya di leher jenjang Jason. Wanita itu terlihat sangat bahagia. Dia masih tidak menyangka kalau bisa mendapatkan kejutan semanis ini dari Jason. Dibalik sikap Jason yang begitu dingin, pria itu memiliki sisi romantis yang tiada tara.

Jason juga mengabadikan momen manis itu. Dia ingin menyimpannya ke dalam sebuah video. Seseorang sudah siaga merekam setiap momen yang terjadi antara Celine dan Jason. Video ini akan dijadikan Jason sebagai hadiah di hari pernikahan mereka nanti. Dikenang sampai mereka tua nanti.

Dari kejauhan, Ben tersenyum bahagia melihat senyuman yang terpancar di wajah Jason. Seumur hidupnya dia bekerja dengan Jason, baru ini dia melihat Jason bisa ketawa lepas seperti itu. Ben turut bahagia.

"Nona Celine memang wanita istimewa. Dia bukan hanya sekedar jodoh yang dipilihkan oleh Nyonya Lyn. Tetapi wanita hebat yang memiliki keberanian untuk merubah sifat buruk Tuan Jason." Ben segera pergi meninggalkan tempat itu. Dia harus menyiapkan segalanya sebelum mereka berangkat ke Swiss malam ini.