Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Linlin Melihat Sumber Racunnya
Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah setelah para warga bubar.
Yi Hang tidak banyak bicara dan langsung menuju dapur.
"Biar aku membantumu.!" ucap Linlin.
"Tak perlu, kau duduk saja!" ucap Yi Hang memaksa.
Linlin mengangguk. Dan akhirnya ia menunggu di meja makan, sedangkan Yi Hang meneruskan kegiatannya.
Tangannya terampil membersihkan kelinci yang tadi hampir direbut oleh Dong Wi. Ia menguliti, mencuci, lalu mulai memasaknya dengan bumbu sederhana yang ada di rumah mereka.
Tak lama kemudian, aroma daging kelinci yang matang menguar memenuhi rumah. Perut Linlin langsung berbunyi pelan, membuatnya sedikit malu.
Yi Hang melirik ke arahnya dengan senyum tipis. "Makanlah sebelum kau pingsan karena lapar."
Linlin mendengus pelan, sedangkan Yi Hang sudah menyajikan daging kelinci dengan sayuran rebus yang sederhana.
Yi Hang menatapnya sekilas, lalu tanpa berkata apa-apa, mengangkat sumpitnya dan meletakkan potongan daging kelinci ke dalam mangkuk Linlin.
Linlin menatapnya dengan sedikit terkejut.
"Makanlah lebih banyak," kata Yi Hang singkat.
Linlin mengangkat alis, lalu tersenyum kecil sebelum mengambil potongan daging itu dengan sumpitnya sendiri. "Baiklah, aku tidak akan menolak makanan enak."
Yi Hang hanya tersenyum tipis, lalu kembali makan tanpa banyak bicara.
Mereka menikmati makanan itu dalam suasana yang hening, tetapi hangat.
Setelah selesai makan, Yi Hang mengulurkan tangan untuk mengangkat semua peralatan makan. Namun, karena kurang hati-hati, tangannya tidak sengaja menyenggol tepi meja, membuatnya sedikit meringis.
Linlin, yang duduk di seberangnya, langsung menyadari ekspresi Yi Hang yang menegang sesaat.
"Ada apa?" tanyanya curiga.
Yi Hang berusaha mengabaikannya dan tetap mengumpulkan mangkuk serta sumpit, tetapi Linlin lebih cepat. Ia meraih pergelangan tangan Yi Hang dan menariknya lebih dekat, membuat pria itu sedikit terkejut.
"Kau terluka?" Linlin mengernyit saat melihat bekas luka merah di punggung tangan Yi Hang. Itu jelas luka bakar yang belum lama terjadi.
Yi Hang menarik napas ringan, "Bukan apa-apa. Aku hanya tidak sengaja menyentuh panci panas saat memasak tadi."
Linlin melotot. "Dan kau tidak bilang apa-apa? Kenapa kau diam saja?"
Yi Hang mengangkat bahu acuh tak acuh. "Luka kecil seperti ini bukan masalah besar."
Linlin mendengus, "Masalah atau tidak, tetap harus diobati. Duduk."
Yi Hang awalnya ingin membantah, tetapi tatapan Linlin begitu tegas hingga ia akhirnya duduk dengan patuh.
Linlin akhirnya mengeluarkan salep luka bakar tingkat tinggi yang ia dapatkan dari hadiah sistem sebelumnya. Tiba-tiba, sebuah wadah kecil berisi salEp muncul di tangannya, seolah-olah datang dari udara kosong.
Yi Hang, yang sedang duduk di depannya, menyipitkan mata sesaat, tetapi tidak terlalu terkejut. Ia sudah pernah melihat fenomena aneh ini sebelumnya—saat Linlin mengoperasi Jang Li, peralatan yang digunakannya juga tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja.
"Mungkin ini memang berasal dari langit... tempat tinggalnya," pikir Yi Hang dalam hati.
Linlin membuka tutup wadah itu, dan aroma herbal yang kuat segera tercium. Dengan lembut, ia meraih tangan Yi Hang dan mulai mengoleskan salep ke luka bakarnya.
"Salep ini akan mempercepat penyembuhan lukamu," kata Linlin sambil fokus mengoleskannya.
Saat salep menyentuh kulitnya, Yi Hang merasakan sensasi dingin yang langsung meresap ke dalam lukanya. "Salep dari langit memang luar biasa..." gumamnya pelan.
Linlin akhirnya mengeluarkan salep luka bakar tingkat tinggi yang ia dapatkan dari hadiah sistem sebelumnya. Tiba-tiba, sebuah wadah kecil berisi salep muncul di tangannya, seolah-olah datang dari udara kosong.
Yi Hang, yang sedang duduk di depannya, menyipitkan mata sesaat, tetapi tidak terlalu terkejut. Ia sudah pernah melihat fenomena aneh ini sebelumnya—saat Linlin mengoperasi Jang Li, peralatan yang digunakannya juga tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja.
"Mungkin ini memang berasal dari langit... tempat tinggalnya," pikir Yi Hang dalam hati.
Linlin membuka tutup wadah itu, dan aroma herbal yang kuat segera tercium. Dengan lembut, ia meraih tangan Yi Hang dan mulai mengoleskan salep ke luka bakarnya.
"Salep ini akan mempercepat penyembuhan lukamu," kata Linlin sambil fokus mengoleskannya.
Saat salep menyentuh kulitnya, Yi Hang merasakan sensasi dingin yang langsung meresap ke dalam lukanya. "Salep dari langit memang luar biasa..." gumamnya pelan.
Namun, saat jari Linlin menyentuh pergelangan tangan Yi Hang, ekspresinya berubah.
Linlin mengernyit, lalu dengan reflek meraba nadi Yi Hang dengan lebih serius.
Yi Hang menegang.
Tatapan Linlin langsung menjadi tajam. "Kau... sedang keracunan?"
Yi Hang terkejut. Bagaimana mungkin Linlin bisa tahu hanya dengan menyentuh nadinya?
"Aku baik-baik saja," katanya cepat, berusaha menarik tangannya, tetapi Linlin menggenggamnya lebih erat.
"Jangan mengelak." Linlin menatapnya tajam. "Nadimu tidak normal. Racun ini sudah lama di tubuhmu, kan?"
Yi Hang terdiam. Ia menatap Linlin beberapa detik, lalu akhirnya menghela napas panjang. "...Kau benar."
Linlin menatapnya dengan ekspresi serius. "Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa keracunan?"
Yi Hang tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di dalamnya. "Itu cerita lama..."
Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, Linlin sudah memotongnya, "Aku bisa menyembuhkanmu."
Yi Hang menatapnya, matanya sedikit melebar. "Kau... bisa?"
Yi Hang menatapnya, matanya sedikit melebar. "Kau... bisa?"
Ia menatap Linlin dengan ekspresi tak percaya. Bagaimana bisa seorang wanita yang baru ia kenal beberapa waktu lalu dengan mudah mengatakan bahwa ia bisa menyembuhkan racun yang selama ini tak bisa ia atasi?
Linlin mengangguk dengan percaya diri. "Tentu saja. Tapi pertama-tama, aku perlu melihat sumber racunnya."
Yi Hang menegang. Tangannya refleks mengepal, matanya sedikit menghindari tatapan Linlin.
"Aku tidak apa-apa," katanya pelan.
Linlin menyipitkan mata. "Yi Hang, jangan berbohong. Aku sudah bilang, nadimu tidak normal. Aku butuh melihat luka itu untuk tahu seberapa parah racunnya."
Yi Hang tetap diam. Ia terlihat ragu.
Linlin menghela napas panjang. "Di mana letak lukanya?"
Yi Hang tidak segera menjawab, tetapi ia akhirnya menepuk bagian samping perutnya. "Di sini."
Linlin menatapnya dengan serius. "Baiklah, buka bajumu."
Yi Hang langsung membelalakkan mata. "A-apa?!"
Linlin menaikkan alisnya, merasa heran dengan reaksi berlebihan itu. "Ya, buka bajumu. Aku perlu melihat luka itu."
Yi Hang menghindari tatapan Linlin, wajahnya sedikit memerah. "Tidak bisakah kau hanya merabanya tanpa perlu melihat?"
Linlin mengerutkan kening, lalu mendengus pelan. "Yi Hang, aku ini tabib. Apa kau pikir aku akan melakukan hal aneh?"
Yi Hang tidak menjawab. Ia tampak semakin canggung, dan itu membuat Linlin mengerutkan dahi lebih dalam.
Baru kemudian ia menyadari sesuatu—ini zaman kuno!
"Astaga... Aku lupa kalau ini bukan tempat asalku..." pikirnya dalam hati.
Di dunia modern, meminta seseorang melepas pakaian untuk diperiksa adalah hal biasa dalam dunia medis. Tetapi di zaman ini? Itu pasti terdengar sangat tidak pantas!
"Ah, jadi ini yang membuatnya malu..." gumamnya pelan.
Linlin menghela napas panjang, mencoba menyesuaikan diri. "Baiklah, kalau kau malu, aku akan menutup mata sementara kau membuka bajumu. Setelah itu, aku akan memeriksa lukamu."
Yi Hang tetap ragu. Ia menatap Linlin dengan penuh pertimbangan, lalu akhirnya menarik napas panjang. "...Baiklah."
Linlin menoleh ke samping dan menutup matanya dengan tangan. "Cepatlah. Aku tidak punya waktu seharian."
Yi Hang, dengan sedikit ragu, mulai membuka bajunya. Saat ia melakukannya, udara dingin malam menyentuh kulitnya, membuatnya menggigil sedikit.
"Sudah."
Linlin membuka matanya dan langsung mengamati luka di sisi perut Yi Hang.
Saat melihatnya, matanya langsung menyipit. "Ini..."
Di sana terdapat bekas luka tusukan pedang. Luka itu tampak tua, tetapi ada semburat kehitaman di sekitarnya—tanda bahwa racun masih bersarang di dalam tubuhnya.
Linlin mengernyit. "Yi Hang, kau bilang kau hanya seorang pemburu. Tapi luka ini bukan luka biasa. Ini luka tusukan pedang yang dalam dan sepertinya ditusukkan oleh seseorang yang terlatih. Tidak mungkin kau mendapatkannya hanya dari berburu di gunung."
Yi Hang langsung menegang. Tatapannya sedikit gelap, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Itu..." Ia terdiam beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Aku mendapatkannya dua tahun lalu."
Linlin menatapnya dengan penuh selidik. "Dua tahun lalu? Bagaimana caranya?"
Yi Hang mengalihkan pandangannya, ekspresinya sulit dibaca. "Aku... terlibat dalam perang kecil melawan mata-mata pemberontak kekaisaran. Saat itu aku terkena tusukan pedang beracun. Kakek Dong-lah yang menemukanku hampir mati dan membawaku ke desa ini."
Linlin terkejut. "Jadi kau bukan sekadar pemburu biasa?"
Yi Hang tersenyum kecil, tetapi ada kesedihan dalam senyumnya. "Aku dulu seorang prajurit."
Linlin menatapnya dengan penuh pertimbangan. Sekarang semuanya masuk akal—cara Yi Hang bertarung, ketangkasannya, bahkan bagaimana ia bisa hidup sendirian di hutan dengan begitu mudah.
"Kenapa kau tidak pernah bilang?" tanya Linlin.
Yi Hang mengangkat bahu. "Apa gunanya mengungkit masa lalu?"
Linlin terdiam sejenak. Ia bisa melihat bahwa Yi Hang menyembunyikan sesuatu yang lebih besar.
Namun, sekarang bukan saatnya memaksa jawaban darinya. Yang terpenting adalah menyembuhkan racunnya terlebih dahulu.
Linlin menghela napas dan menatapnya. "Aku bisa mengeluarkan racunnya, tapi ini akan sedikit menyakitkan."
Yi Hang tersenyum samar. "Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit."
Linlin menatapnya dalam diam. "Baiklah aku percaya, terbukti kau masih hidup sampai saat ini."
Yi Hang tertawa kecil, tetapi ada sesuatu di matanya yang membuat Linlin semakin penasaran.