Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghilang
Sudah lima hari Alvin dan Aya berada di Bali. Hari ini mereka akan pulang. Semuanya sudah tertata rapi. Oleh oleh untuk keluarga juga para pekerja di rumah. Ini semua kemauan Aya dan Alvin hanya menurutinya.
"Ayo berangkat By."
"Iya Om." Mobil melaju meninggalkan rumah menuju bandara.
"Sayang." Semua orang memeluk Aya ketika melihat kedatangan gadis itu.
"Aku nggak di peluk nih?" Canda Alvin.
"Buat apa? Enggak ada faedahnya." Kata Mommy mengajak Aya duduk.
"Kita kangen kak." Kata Darren dan Ano manja.
"Tiap hari kan video call."
"Iya juga. Tapi ketemu langsung gini lebih enak."
"oleh olehnya mana kak?"
"Tuh, masih diturunin sama pak supir."
"Banyak banget?" Tanya Daddy.
"By yang mau. Buat para pekerja di rumah juga."
"Kamu kok kurusan sayang. Om kamu ga kasih makan ya?"
"Enak aja Ibu. Aku kasih makan yang sehat sehat tau."
"Kirain kamu telantarin cucu aku."
"Enggak kok Nek. Aku masak sendiri malah."
"Iya. Tumben Om kamu kasih izin."
"Sesekali. Masakan By enak tau. Bikin nagih."
"Kamu istirahat sayang. Pasti capek."
"Iya Mom. Aku ke kamar dulu ya."
"Iya." Mommy mencium kening Aya sebelum gadis itu pergi.
Hujan turun dengan deras hari ini. Aya tengah menonton film dengan kedua adiknya di kamar.
"Kakak di sana ngapain aja?"
"Nggak ngapa ngapain. Cuman temenin Om di kantor."
"Masa nggak di ajak jalan jalan."
"Diajak cuman ke pantai sama beli oleh oleh aja."
"Percuma dong lima hari disana cuman diajak ke pantai doang."
"Iya. Kakak ke dapur dulu ya. Mau ambil minum."
"Iya kak."
Aya berjalan menuruni tangga. Agak janggal karena begitu sepi. Biasanya Om nya selalu menempel dengannya tapi sejak pulang tadi dia tidak bersama pria itu.
Ia menuju ruang keluarga. Pintunya sedikit terbuka. Ia dapat melihat semua keluarga tengah berkumpul disana. Tampaknya sedang membahas sesuatu yang serius.
Aya menajamkan pendengarannya. Samar samar ia mendengar percakapan.
"Vin pernikahanmu dengan Aya akan dipercepat setelah Ia lulus nanti." Tangan Aya gemetar gelas yang dipegangnya luruh ke bawah dan pecah membuat pandangan semua orang tertuju padanya.
"Sayang."
"By."
Aya berjalan mendekati mereka.
"Jelaskan." kata Aya tegas membuat mereka sedikit terkejut.
"Duduk dulu Sayang." kata Mommy.
"Tidak. Jelaskan sekarang juga."
"By."
"Om diam. Salah satu saja yang menjelaskan."
"Kamu harus menikah dengan Alvin sayang. Bantu Nenek untuk memenuhi wasiat sahabat Nenek."
"Bagaimana aku menikah dengan Om ku sendiri?"
"Alvin bukan Om kamu. Dia bukan anak kandung Nenek. Dia anak sahabat Nenek. Almarhumah Ibunya telah mejodohkan kalian."
"Tidak bisa di percaya."
"kamu bisa melihat nama belakang Alvin. Tidak sama dengan kita."
Aya berfikir sejenak. Memang benar Ia tidak tau menahu tentang nama belakang Omnya itu.
"Apa hanya aku yang tidak tahu ini?" Tanya Aya sedikit meninggikan suaranya.
Mereka diam tidak berani memberi jawaban.
"Kenapa kalian menyembunyikan semua ini?
semuanya tahu tentang ini sedangkan aku tidak?"
Aya mulai menumpahkan air matanya. Tubuhnya bergetar menahan tangisnya dalam diam.
"By."
"Om juga begitu." Aya berlari pergi dari sana.
Alvin segera mengejar gadis itu.
"By hujan. Kamu mau kemana?"
Teriak Alvin namun Aya sudah tak terlihat di antara derasnya hujan. Alvin terus mengejar namun terlambat. Gadis itu sudah keluar gerbang dan menghilang beberapa detik kemudian. Alvin tak bisa menemukannya. Beberapa kali Ia menelisik sekitar tetapi hasilnya tetap sama. Ia segera kembali ke rumah. " Aya mana Vin?" Tanya Mommy khawatir.
Alvin yang sudah basah kuyup tidak bisa menjelaskan sekarang. Pikirannya begitu berantakan. Takut Ia kehilangan Aya untuk kesekian kalinya. "Vin." bentak Daddy.
"By nggak ada. Tadi dia keluar gerbang. Aku sudah mengejar tapi tidak ada."
"Cek CCTV."
Semua orang segera menuju ruang CCTV. Mereka tidak menemukan petunjuk apapun karena hujan jadi hasil rekaman tidak begitu jelas.
Begitu terpukul dengan kejadian ini. Suasana malam yang biasanya bahagia berubah menjadi sendu semenjak kepergian gadis itu.
Semua orang telah Alvin perintahkan untuk mencari Aya. Namun sampai hampir tengah malam belum ada kabar. Melacak posisinya pun tak bisa karena Aya tidak membawa jam tangan maupun ponselnya.
Alvin membaringkan tubuhnya di ranjang Aya. Menangis dalam diam. Menghirup Aroma khas gadis itu yang masih tertinggal. "Aku mohon kembalilah." Lirih Alvin frustasi.
Ia memeluk foto Aya yang sedari tadi di pegangnya hingga Ia terlelap dengan bekas air mata yang membasahi pipinya.
Pagi hari suasana meja makan menjadi sepi. Tidak ada yang berdebat seperti biasanya. "Belum ada kabar Vin?"
"Belum." Jawab Alvin dingin. Semuanya begitu tidak berselera makan. Mommy juga merasa terpukul. Ia menangis semalaman ketara dari matanya yang sembab. Semua orang meninggalkan meja makan satu persatu. Begitu Kosong, Hampa dan Sepi begitulah keadaan saat ini.