TAKDIR CINTA (Ghea & Tristan)

Mereka bertiga tiba ditaman kota, Fariz memarkirkan mobilnya dan turun dengan kedua temannya itu.

"Tristan udah disini Ghe." Ucap Fariz setelah membaca chat dari Tristan.

"Ghe, kalo lo nanti CLBK gimana?" Tanya Stevi.

"Engga stev, CLBK dari mana, gue sama Titan itu beda, lagian gue udah bener-bener mencintai suami gue sendiri." Jawabnya mantap.

"Ya udah deh, yuk ke air mancur, kasian Tristan dari tadi udah nungguin." Ajak Fariz.

"Hemm Riz.. bisa gue dulu aja gak yang ketemu Titan, lo sama Stevi cari minum dulu atau kemana kek, gue butuh bicara berdua dulu sama Titan." Ucap Ghea hati-hati.

Fariz mengangguk, "Iya lo bener Ghe, lo harus jelasin status lo dulu ke Tristan. Okey gue sama Stevi biar cari minum dulu deh, lo samperin Tristan ya, dia tadi bilang udah didekat air mancur."

Mereka berpisah diparkiran, Ghea dengan tujuan menghampiri Tristan, sementara Fariz dan Stevi membeli minuman untuk mereka berempat.

Ghea berjalan tanpa ragu kearah Tristan, dilihat dari jauh Tristan yang sedang berdiri menghadap air mancur sambil memasukan satu tangannya ke saku celananya.

Ghea Tersenyum melihat Tristan dari jauh, lelaki yang begitu dekat dengannya dan pernah mengisi hari-harinya. Lelaki yang hampir satu tahun ini tak pernah ia lihat.

Perlahan, langkah Ghea semakin mendekat kearah Tristan, hingga terpampang jelas punggung Tristan dari dekat, Punggung yang pernah ia lihat menjauh dan kini jelas berada didepannya.

"Titan..." Panggil Ghea dengan senyumnya.

Tristan sedikit terkejut, ia mendengar suara yang slama ini ia rindukan, seketika Tristan menarik sudut bibirnya untuk tersenyum sebelum pada akhirnya membalikan tubuhnya untuk melihat wanita yang slalu ada dalam doanya.

Tristan tambah terkejut ketika membalikan tubuhnya dan melihat penampilan Ghea yang sudah berbeda, kini Ghesayangnya yang slalu ia cintai sudah berubah, memakai hijab dan membuat perasaan Tristan tidak menentu, seperti semakin menjauh.

"Kenapa gue merasa semakin jauh dengan melihat Ghea berjilbab." Batin Tristan yang tak berhenti memandangi wajah cantik Ghea.

"Titan..." Panggil Ghea sekali lagi.

Tristan melangkah maju kearah Ghea. "Lo baik Ghe?" Tanya Tristan sambil mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Ghea.

Seketika Ghea memundurkan satu langkahnya untuk menghindari sentuhan tangan Tristan diwajahnya.

"Ghe..." Lirih Tristan.

"Titan maaf, tapi kita bukan muhrim." Ucap Ghea dengan hati-hati.

Tristan tersenyum lalu menunduk. "Maaf Ghe, Titan cuma terlalu rindu." Jawabnya sambil menarik kembali tangan yang hampir menyentuh pipi Ghea.

"Titan kenapa bisa disini?" Tanya Ghea mencoba mengalihkan obrolan.

"Duduk disana yuk Ghe." Ajak Tristan menuju sebuah bangku taman dibawah pohon.

Mereka duduk bersama tetapi dengan menjaga jarak.

"Sejak kapan lo berjilbab Ghe?" Tanya Tristan.

"Belum lama Tan." Jawabnya.

"Titan kenapa bisa disini? bukannya Titan kuliah di Amrik, dan ini gak lagi libur kan?" Tanya Ghea.

Tristan menghela nafasnya, "Gue gak betah diAmrik Ghe, Gue slalu kepikiran lo, gue nyesel udah ninggalin lo." Jawabnya jujur.

Ghea hanya diam mencerna setiap omongan yang keluar dari mulut Tristan.

"Ghe, gue pulang, gue gak mau lepasin lo lagi, kita bisa menikah diluar negri Ghe, disana bisa menikah beda agama." Ujar Tristan.

"Tan.. Semua udah berubah." Lirih Ghea.

"Apa yang berubah Ghe? perasaan gue masih sama, gue yakin perasaan lo juga masih sama kan?"

"Ghea udah nikah Tan." Ucap Ghea hati-hati.

Tristan tertawa, "Prank lo gak lucu Ghe, gue inget, waktu berpisah dibandara, lo bilang, kalo gue balik, lo bukan punya pacar, tapi malah udah nikah. Ini prank kan Ghe.?"

"Tan.. Ghea serius." Ghea menatap mata Tristan dan Tristan balik menatap mata Ghea yang tampak tidak ada kebohongan.

"Banyak hal terjadi sama Ghea Tan, Ghea bener udah nikah." Ghea mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan cincin pernikahan dijari manisnya.

Tristan benar-benar shock, dia hanya diam, ingin marahpun percuma, kini dirinya benar-benar sudah kehilangan Ghea, Jarak terjauh selain beda agama pun adalah pernikahan Ghea.

"Ceritain semua Ghe. Apa yang gue gak tau." Lirih Tristan sambil memegang kedua kepalanya.

"Semua berawal tanpa direncanakan Tan, Pernikahan Kak Yasmin dan kekasihnya harus batal karna Kak Yasmin lari bersama selingkuhannya. Pihak keluarga kekasih Kak Yasmin saat itu sangat marah dan meminta pengantin pengganti karna tidak ingin menanggung malu. Begitupun dengan Ayah, Ayah juga tidak ingin menanggung malu, hingga Bunda menyuruh Ghea untuk menggantikan Kak Yasmin dipernikahan itu."

"Apa Ghe? jadi lo ngegantiin Kak Yasmin dipernikahan itu?" Tanya Tristan seakan tidak terima.

Ghea mengangguk.

"Gue yakin Ghe, lo gak bahagia kan Ghe? lo bisa cerai karna lo gak bahagia Ghe." Ucap Tristan.

Ghea menggelengkan kepalanya, "Engga Tan, justru sebaliknya, Ghea bahagia banget sama keluarga Mas Fadhil."

"Jangan bohong Ghe!!" Bentak Tristan.

"Tan.. Awalnya Ghea kira Ghea gak akan bahagia, pernikahan Ghea akan menjadi penderitaan Ghea, tapi ternyata Ghea salah, keluarga Mas Fadhil bahkan Mas Fadhil sendiri memperlakukan Ghea dengan sangat baik, bahkan lebih baik dari keluarga Ghea sendiri Tan. Ghea bahagia." Jawab Ghea menjelaskan.

Tristan hanya diam. Sungguh ia sangat shock dan ingin sekali melampiaskannya dengan berteriak, namun Tristan masih menahannya karna tidak ingin membuat Ghea sedih.

"Tan.." Panggil Ghea.

"Apa lo mencintainya?" Tanya Tristan.

"Iya Tan, karna delapan bulan ini biasa bersama, rasa itu tumbuh dengan sendirinya."

"Apa Mama tau?" Tanya Tristan lagi.

"Bahkan sewaktu Ghea dibawa menuju pelaminan, Ghea yang meminta tante monica untuk memdampingi Ghea Tan, dan Ghea yang minta Tante Monica supaya gak bilang sama Kamu."

"Kenapa Titan gak boleh tau?" Tanya Tristan putus asa sambil mengusap pangkal hidungnya.

"Karna saat itu, aku masih mencintaimu dan takut membuatmu khawatir."

"Tan.. Please mengerti, dari awal kita sudah dibatasi benteng yang tinggi, mungkin ini takdir cinta kita Tan, gak bisa bersama."

"Asal lo bahagia Ghe, Titan akan lepas. Tapi kalo lo gak bahagia, Titan yakinin Titan akan rebut lo dari suami lo."

Fariz dan Stevi akhirnya menghampiri Tristan dan Ghea setelah mereka memperhatikan dan sedikit menguping obrolan Tristan dan Ghea.

"Tan.." Panggil Fariz.

Kemudian Tristan berdiri dan tos ala persahabatan dengan Fariz lalu saling berpelukan.

"Sehat lo?" Tanya Tristan.

"Sehat lah." Jawabnya Fariz.

Tristan melihat kearah Stevi, lalu bertanya pada Fariz. "Cewek lo?"

"Bukan, doi sahabatnya Ghea, sekelas juga sama Ghea."

Ghea memperkenalkan Tristan dengan Stevi. Setelah itu mereka duduk bersama dan ngobrol bersama.

"Jadi Kamu belum balik Tan?" Tanya Ghea.

"Belum Ghe, gue takut Mama marah sama keputusan gue yang keluar dari kampus dan pindah kesini."

"Ya ampun Titan, terus mau sampai kapan sembunyiin ini terus?"

"Makanya gue minta lo, Fariz antar gue pulang besok. Cuma lo yang didenger sama Mama Ghe."

Ghea menghela nafas. "Gue gak bisa Tan, gue gak bisa lihat rumah Ayah dari rumah lo." Lirih Ghea.

"Ghe, kan kerumah gue bukan kerumah Ayah."

"Iya Ghe, biar urusan Tristan cepet kelar, kasian kan Tristan." Bujuk Fariz.

"Gue boleh bawa Stevi?" Tanya Ghea.

Tristan dan Fariz saling mengangguk.

"Tapi gue ijin dulu ya sama suami gue." Ucap Ghea.

"Iya Ghe.. Titan ngerti." Jawab Tristan lesu.

Tanpa Ghea sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikan Ghea bersama Tristan, Fariz dan Stevi lalu pergi dengan perasaan kecewa, marah dan takut.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....