Berniat berlari dari penagih utang, Kinan tak sengaja bertabrakan dengan Reyhan, laki-laki yang berlari dari kejaran warga karena berbuat mesum dengan seorang wanita di wilayah mereka.
Keduanya bersembunyi di rumah kosong, sialnya persembunyian mereka diketahui oleh warga. Tanpa berpikir lama, warga menikahkan paksa mereka.
Keinginan menikah dengan pangeran yang mampu mengentaskan dari jerat utangnya pupus sudah bagi Kinan. Karena Reyhan mengaku tak punya kerjaan dan memilih hanya menumpang hidup di rumahnya.
READER JULID DILARANG MASUK!
Ini hanya cerita ringan, tak mengandung ilmu pelajaran, semoga bisa menjadi hiburan!
Tik tok : oktadiana13
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Okta Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Dimana
Rey POV
Semalam sebenarnya aku sudah kesini, mengetuk pintunya dua kali tapi, karena takut mengganggu tidurnya, aku mengurungkan niat dan kembali ke hotel. Saat menemuiku semalam di kamar, aku melihat wajahnya nampak lelah. Mungkin karena seharian bekerja.
"Baby ...."
Pagi ini aku kembali memanggilnya, namun lagi-lagi tak dibukakan atau pun ada sahutan. Apa dia masih tidur? Aku melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiri. Pukul enam. Ini memang masih terlalu pagi.
Sebenarnya masih menjadi tanda tanya juga, bagaimana dia bisa tau kamarku? Dan untuk apa dia malam kemarin menemuiku?
Aku ingin sekali pulang dan bertanya lebih jauh padanya. Namun, Papa dan Mama saat itu datang menemuiku juga. Ingin sekali menjelaskan pada orangtua siapa dia sebenarnya. Namun, tak disangka Kinan mengaku yang membersihkan kamarku.
Jantungku seperti teremas rasanya. Kenapa dia harus merendah seperti itu di depan orangtuaku? Apa dia kecewa karena belum juga aku mengenalkannya pada Papa dan Mama?
Bukan maksudku untuk tidak mengakuinya. Atau tidak menghargai dia sebagai istri. Namun, dari awal sampai sekarang aku menikah dengannya, belum sama sekali dia membalas cintaku. Bahkan sampai sekarang pun dia seperti belum bisa memberikan hati sepenuhnya padaku dan selalu ingin menyudahi pernikahan ini.
Pangeran yang dia maksud, mungkin dia yang ada di hatinya. Aku juga tak tau dia siapa, andai dia memberitahu, aku akan mencari pangeran itu dan mengetahui seperti apa tipe suami yang dia inginkan. Ingin sekali memantaskan diri bersanding dengannya.
"Kinan ...." Aku mengetuk pintu dan berteriak kembali. Tak ada jawaban lagi. Kemana dia? Apa mungkin sudah berangkat kerja?
Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, berusaha terus meneleponnya tapi, tak direspon sama sekali.
Baby kamu di mana? Aku di depan rumah.
Tak ada balasan juga, sudah dua jam lamanya aku duduk di teras. Bahkan puntung rokok ini sudah penuh di asbak. Namun, tak ada hasil. Aku berdiri dan berjalan menuju mobil pergi dari sini. Nanti malam aku akan kembali lagi.
Setiap detik aku mengecek dan tak pernah menjauhkan ponsel dari tangan. Berharap Kinan mau membalas pesan. Tapi, yang ada pesan dari Papa tentang rencananya menjodohkanku dengan Anak temannya.
Apa-apaan ini, sepertinya aku harus berterus terang sekarang. Kalau pun Kinan menginginkan perpisahan, pasti Papa dan Mama juga bakal tau kalau aku sudah tak lajang. Mungkin nanti malam aku akan mengajak Kinan ke rumah.
Pasti sulit baginya mencintai laki-laki berengsek sepertiku. Aku mengusap wajah gusar mengusir rasa frustrasi yang terus saja bersarang. Harusnya memang Kinan tak menanggung semua kesalahanku dulu dengan Mai, mantan pacar yang ku ajak bercumbu di mobil.
Saat itu, setelah membeli minuman di salah satu mini market. Aku menghentikan mobil di tempat yang sepi karena sudah tak tahan lagi ingin mengeluarkan hawa panas dalam tubuh ini. Entah setan apa yang sudah merasukiku?
Aku mendekati dan mencumbuinya dengan keadaan jendela mobil terbuka. Karena dia sangat pasrah sekali, membuatku semakin menggila. Gila, aku memang gila. Tak mampu mengontrolnya.
Saat ingin melakukan lebih. "Rey ... tutup dulu kacanya!" serunya dengan membuka kancing baju atasnya berusaha menggoda. Sebagai laki-laki normal siapa yang tak tergoda coba?
"Disini sepi gak ada orang, tenang aja!" Saat itu bagiku menutup kaca hanya mengulur waktu saja rasanya.
"Ya udah!"
Ah, cewek itu pasrah saja dengan semua sentuhanku. Sampai tak disangka ada dua orang warga yang memergoki kami dengan memukul-mukul mobil.
"Wah sedang ngapain kalian berdua?"
"Woi ada pasangan mesum disini!" teriak salah satunya.
Astaga kenapa jadi ramai saat itu?
"Keluar ... keluar!" Warga semakin banyak.
"Tuh 'kan Rey aku bilang apa!" Cewek ini hanya menambah kegugupan saja dengan terus menyalahkanku.
Aku dan Mai keluar dari mobil menemui mereka. Mai terus saja bersembunyi berada di belakangku. "Kalian pasangan suami istri bukan?" gertak salah satu warga. Karena memang bukan suami istri aku juga tak mengakuinya dengan menggelengkan kepala. "Kalian pasangan selingkuh?" selidiknya lagi.
"Dia hanya cewekku Pak!" ketusku dengan mengerutkan muka. Bagiku mereka berlebihan. Bercumbu di mobil saja pakai acara dipermalukan.
"Oh jadi kalian pasangan belum halal?" sambarnya lagi. Mataku melotot tajam. "Wah gak bisa dibiarkan ini perbuatan zina namanya!"
Tiba-tiba saja Mai berlari kabur meninggalkanku. Aku yang reflek saat itu juga ikut berlari menjauhi kerumunan warga dan meninggakkan mobil begitu saja.
Entah kemana larinya, aku bahkan tak mampu mencari persembunyian.
"Woi jangan kabur!" teriak warga bersama-sama.
Aku berlari menelusuri gang-gang kecil dan sempit mencari jalan keluar dari para warga yang rasanya ingin ku kutuk menjadi batu supaya tak terus mengejarku. Sampai membuatku bertabrakan dengan Kinan.
Aku tak mampu berpikir panjang, mengajaknya bersembunyi di sebuah rumah kosong dan menyekap mulutnya. Melihat wajahnya yang nampak gugup sepertinya dia juga lari dari kejaran orang. Dan kesalahpahaman ini dimulai dari sana.
Kami dinikahkan paksa karena warga menuduhnya sebagai wanita yang telah ku ajak berbuat mesum di mobil tadi. Oh, maafkan aku yang tak mampu membela dirimu saat itu. Aku tau ini pasti bagai mimpi buruk baginya.
Tak sulit bagiku untuk menyukai wanita. Dia gadis cantik, cantiknya bahkan alami, polos, ya walaupun matre sedikit bagiku itu wajarlah. Banyak yang lebih parah darinya.
Aku suka melihat bulu lentik alami saat kelopak matanya berkedip. Bibir yang menggemaskan, dan juga tubuhnya seperti murni tak pernah dijamah laki-laki hidung belang. Ah, lagi-lagi kegilaanku bertambah. Menemukan gadis bermahkota di kota ini bagaikan menemukan berlian. Langka, tapi aku bangga karena telah menemukannya. Dia juga memberikan cuma-cuma padaku. Betapa beruntungnya aku saat itu.
Sebenarnya aku takut jika sampai mencintainya terlalu dalam. Aku takut dia meninggalkanku. Tak terbayangkan rasa sakitnya.
-
-
-
-
Malam sudah menjelang, tapi Kinan tetap tidak ada kabar. Aku kembali lagi pulang menemuinya. Suasana rumahnya gelap, hanya satu lampu teras yang menyala sejak tadi pagi sepertinya. Pergi kemana dia?
Hatiku seperti tak tenang. Tak seperti biasanya dia seperti ini. Aku mengambil ponselku dan terus menghubunginya namun lagi-lagi tak ada jawaban. Mengetuk pintunya apalagi, jelas-jelas ini sangat sepi.
Baby kamu di mana?
Tetangganya, ya aku mungkin bisa bertanya pada mereka. Aku melangkahkan kaki lebar kesana. Mungkin ini mengganggu istirahat malam mereka. Ah sudahlah, mereka dulu juga menganggu kami saat ingin malam pertama.
Aku mengetuk pintu rumahnya. Dengan cepat mereka membukanya.
"Hei ... kamu Rey suami Kinan 'kan?"
"Iya, maaf mengganggu istirahat kalian. Apa kalian tau Kinan kemana? Dari pagi menunggunya tak kunjung pulang juga."
"Tadi subuh Kinan pamit padaku dia akan pulang dan tidak akan kesini lagi. Kamu 'kan suaminya, kenapa malah tidak tau?" tanya wanita yang kini tengah mengandung itu padaku.
Aku memegangi dahi. Rasanya kepalaku ingin pecah. Pasti Kinan marah padaku karena mendengar rencana perjodohan Papa.
"Kalian tau Kinan alamat rumahnya?" tanyaku dengan penuh harapan. Maafkan aku yang membiarkan begitu saja pertanyaan kalian.
"Kami tidak tau jelas alamatnya. Cuma tau nama kotanya."
Semoga gak ada yang dongkol sama POV nya Rey. Tenang aja aku akan terus berusaha tak mengulang adegan.