Melepas Para Benalu

Keduanya membulatkan matanya, mereka tidak menyangka Wina secepat ini akan melayangkan gugatan cerai, padahal mereka ingin bicara baik-baik dan berusaha membujuknya.

"Jangan seperti itu nak, kasian Wira kalau kalian bercerai, dia masih kecil dan perlu ayahnya". Bu Surti berusaha memegang tangan Wina berusaha meyakinkan menantunya itu.

Wina menatap sinis keduanya, manusia benalu seperti Reno ini sangat pintar bersandiwara.

"Putraku tidak punya sosok ayah sejak dia masih kecil, jangan bertingkah seolah kalian menyayanginya, kalian tidak pernah menyayangi putraku, bahkan orang yang kalian sebut ayah anakku itu". Wina menepis tangan perempuan yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertuanya itu.

"Jangan begitu nak, Reno memang salah tapi biar bagaimanapun kau mencintai dirinya, lagian kau sudah tidak punya siapa pun selain kami". Bujuknya dengan pelan.

Walau dia sudah ingin mencakar muka menantunya ini, jika bukan karena hartanya, dia tidak akan mau melakukan ini.

Wina tertawa sinis melihat sandiwara yang dimainkan perempuan ini, jika ada penghargaan sebagai orang yang pandai berakting maka dia pasti menang.

"Tidak usah banyak bicara, kalian semua sama saja, kalian pikir aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan padaku, kalian mau merampas hartaku hanya karena karena kalian pikir aku cinta mati pada lelaki sialan itu, kalian salah, aku bahkan bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik seratus kali lipat dari lelaki tidak tahu malu dan tidak tahu diri seperti Reno".

"Dan kalian juga ikut andil dalam memeras ku, kenapa??, kalian takut jatuh miskin dan tidak punya uang kalau diriku tidak ada, kalau mau uang, kerja jangan hanya tahu jadi pengemis minta uang seenaknya". Ejek Wina dengan tatapan menghina

Bu Surti dan Rena mengepalkan tangannya, mereka tidak terima dihina seperti itu.

"Jangan keterlaluan Wina, jangan sombong karena kau orang kaya, kau pasti akan jatuh miskin, kau itu cuma perempuan yatim piatu yang tidak punya keluarga, kau beruntung karena kami mau menerima mu". bu Surti mencengkram tangan Wina dengan kasar.

Perxxtan dengan bujukan, dia tidak akan membiarkan Wina menginjak-injak dirinya seperti ini.

"Benar kata ibu, kak Wina beruntung dinikahi kak Reno, kakak itu tidak punya siapapun didunia ini, jadi jangan sombong, bukannya menyenangkan keluarga suami itu wajib karena kaka tidka punya keluarga, untuk apa uang itu jika bukan kami yang menikmatinya juga". Ucap Rena dengan menantang.

Wins tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Rena barusan padanya, enak sekali perempuan ini, apa urat malunya sudah putus sampai mau mengakui harta orang dan menikmatinya hanya karena dia tidak punya keluarga.

"Kalau mau uang kerja dong, pengemis aja pergi meminta-minta untuk diberi uang, lah kalian datang kesini mengakui harta orang untuk bisa dinikmati karena saya seorang istri, sungguh kalian manusia tidak punya otak dan malu, astaga". Ejek Wina semakin tertawa.

Bahkan para karyawan juga ikut tertawa mendengar perkataan Rena yang terkesan sangat tidak tahu diri. Bahkan sebagian mereka menggelengkan kepalanya tidka habis pikir.

Wajah keduanya merah padam, mereka tidak menyangka perempuan biasanya menunduk dan melakukan apapun untuk mereka selama ini sekarang bisa menghina bahkan mempermalukan mereka seperti ini.

Rena mengangkat tangannya hendak menampar Wina karena sangat kesal tetapi Wina menangkap tangannya dengan baik kemudian melayangkan tangannya menampar keras Rena sehingga dia terhuyung kebelakang dan bertabrakan dengan ibunya.

"Jangan pernah coba menyentuhku anak kecil, bahkan semua yang kau kenakan selama ini adalah pemberianmu, harusnya kau punya malu sedikit dan tahu diri, sudah menumpang, parasit sekarang mau mengigit tuannya, sungguh kau bahkan lebih hina dari seekor anjing".

Wina menunjuk kasar Rena dan kini berhadapan dengan bu Surti, wajahnya kini berubah menyeramkan, tidak ada lagi Wina yang lemah lembut dan juga penurut pada mereka.

Hatinya terlalu sakit dikhianati dan juga dibohongin selama ini, dia sangat tulus tapi dibalas dengan hal sangat menyakitkan, maka dia tidak akan tinggal diam, dia akan membalas bahkan lebih dari yang mereka bayangkan.

Melihat wajah Wina yang seperti itu, keduanya menelan ludah dengan sukar, mereka gelisah karena takut jika Wina berbuat macam-macam pada mereka.

"Aku bahkan bisa membuat kalian jatuh dan tak akan bisa bangkit lagi, aku sudah melakukannya pada Reno, dan berikutnya kalian yang akan menanggung akibatnya karena berani bermain-main dengan Wina Aditama, kalian akan akan tahu seberapa besar kekuatan orang yang sudah kalian tipu ketulusannya selama ini". Teriak Wina menggelegar diruangan itu.

Para pembeli pun sudah berkumpul untuk menyaksikan perseteruan itu, mereka sangat penasaran.

Wina yang melihat banyaknya pengunjung memperhatikan mereka tersenyum sinis, dia akan membuat mereka bahkan tidak punya muka untuk datang kesini lagi.

"Mbak Wina jangan seperti itu, biar bagaimanapun dia mertua dan ipar ibu, kasihan loh mereka". Ucap salah satu pengunjung saat melihat kejadian itu.

Wina menatap perempuan yang berkata kepadanya barusan tanpa tahu apa sebenarnya terjadi.

"Apa mbak tahu, jika perempuan dan ibunya ini adalah dua benalu, mereka selama ini memanfaatkan dan mengeruk harta saya, mereka merencanakan bersama suami saya mengambil alih harta peninggalan orangtua saya, dan lebih parahnya lagi suami saya berselingkuh smpai perempuan itu hamil dan ibunya pun mendukung yang penting baginya adalah uang".

Mereka semua membulatkan matanya menatap keduanya tidak percaya, tega sekali mereka berbuat seperti itu pada orang yang tulus kepadanya.

"Dan kalian tahu, mereka akan menyingkirkan saya jika mereka sudah berhasil mengambil harta saya, kalian pikir saya akan diam saja setelah semua ketulusan dan pengorbanan yang saya berikan kepada mereka selama ini dan dengan tega mereka lakukan itu pada saya, kalau kalian merasa itu bagus silahkan anda pungut perempuan ini, aku ikhlas memberikannya".

Wina menatap tajam perempuan itu yang kini menunduk dalam, mereka tidak menyangka ternyata kejadiannya seperti itu dan dengan entengnya dia membela mereka.

"Maaf mbak Wina saya tidak tahu jika kejadiannya seperti itu, jika begitu, saya juga akan melakukan hal yang sama pada mereka".

"Benar, ada yah orang sekeluarga tidak tahu malu dan diri seperti mereka, sudah menumpang hidup eh malah tidak tahu bersyukur". Ucap mereka memandang keduanya dengan jijik dan hina.

"Bohong, dia mengarang cerita supaya bisa menyingkirkan kami, bilang saja kau tidak mau menjadi keluarga kami hanya karena kau kaya dan merendahkan kami yang orang biasa saja". Teriak Rena tidka terima.

Walau apa yang dikatakan Wina semuanya benar, tapi dia harus tetap membela diri mereka dan menegakkan harga diri.

"Tak usah berkelit Rena, aku punya bukti, lihat saja nanti di pengadilan, kalian akan ku buat malu sampai kalian tidak akan bisa mengangkat kepala kalian lagi".