Setelah setahun menikah Jira baru tahu alasan sesungguhnya kenapa Bayu suaminya tidak pernah menyentuh dirinya.
Perjalanan bisnis membuat Jira mengetahui perselingkuhan suaminya. Pengkhianatan yang Bayu lakukan membuat Jira ingin membalas dengan hal yang sama.
Dia pun bermain dengan Angkasa, kakak iparnya. Siapa sangka yang awalnya hanya bermain lama kelamaan menimbulkan cinta diantara mereka. Hingga hubungan terlarang itu menghasilkan benih yang tumbuh di rahim Jira.
Bagaimanakah nasib pernikahan Jira dan Bayu? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Angkasa dengan Jira?
Ikuti terus kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Rahang Bayu mengetat. Sebelah tangan yang tidak memegang ponsel terkepal kuat. Ada rasa tidak terima saat mendengar bahwa Jira dan Angkasa ada main.
"Kau yakin?" tanya Bayu memastikan lagi apa yang diucapkan Selly di seberang sana.
"Kau meragukan ku? Aku melihat di depan mataku sendiri mereka berciuman mungkin sekarang mereka sedang berbagi peluh di dalam ruangan itu. Aku pikir Jira itu polos,ternyata dia suhu."
"Brengsek." umpat Bayu.
Lelaki itu langsung memutus sambungan telepon. Sorot matanya penuh kemarahan. Rasa tidak terima karena di khianati begitu membuncah di dalam hatinya.
"Jadi karena Angkasa dia mau cerai." Bayu tersenyum sinis.
"Aku tidak akan menceraikan mu Jira. Tidak akan." tekad Bayu dengan penuh keyakinan.
**
Jantung Jira berdebar hebat. Dia harus tahu apa hasil testpack tersebut. Perlahan dia membuka kedua mata. Melihat benda yang masih tercelup ke dalam wadah kecil berisi air seni.
Perlahan dia mengangkat dan dengan tangan sedikit bergetar mengarahkan benda itu di depan matanya.
Deg
Tubuhnya terpaku menatap dua garis merah di sana. Itu artinya dia hamil. Hamil anak Angkasa. Kakak iparnya sendiri.
"Benih kakak iparku." air mata lolos begitu saja dikedua pipi Jira ketika kedua mata dia pejamkan.
Dia tidak tahu harus bahagia, sedih, atau apa. Yang dia tahu ada kehidupan baru di dalam rahimnya. Dia mengelus perutnya yang masih rata. Bersamaan dengan itu tiba-tiba seseorang datang.
Melihat Jira menangis membuat Angkasa penasaran. Dia bertanya dan tidak ada jawaban. Lelaki itu langsung memeluk wanitanya. Memberi kenyamanan disana.
Setelah itu dia mengurai pelukan. Menatap kedua mata Jira yang masih basah karena air mata. Dikecupnya kening Jira dalam.
"Kenapa? Hm?"
"Aku hamil kak."
Angkasa terpaku di tempat begitu mendengar Jira hamil. Matanya terpaku pada alat tes kehamilan yang ada di tangan Jira.
Beberapa detik kemudian Angkasa baru bisa mencerna informasi yang diberikan oleh wanitanya.
"Hamil? Kau hamil anak ku?"
Jira mengangguk dia tidak tahu harus bicara apa. Ada rasa khawatir jika Angkasa menolak bayi di dalam kandungannya. Dia pun menatap wajah Angkasa menanti reaksi apalagi yang akan lelaki itu tunjukkan.
Angkasa langsung memeluk kembali tubuh Jira.
"Kau hamil. Itu artinya aku akan menjadi seorang ayah."
Jira ingin berbicara namun suaranya tercekat di tenggorokan menahan tangis. Dia terharu. Angkasa terlihat bahagia. Lelaki itu merasa senang akan menjadi seorang ayah.
"Kenapa kau menangis?" Angkasa mengusap air mata yangasih mengalir di pipi Jira dengan ibu jarinya.
"Aku terharu. Aku pikir kakak akan marah dan menolaknya. Jika kakak menolak maka aku akan..."
Angkasa meletakkan jari telunjuknya di bibir Jira. Membuat wanita itu berhenti berbicara.
"Kita melakukannya bersama. Mana mungkin aku menolaknya. Ini anak kita Jira."
"Ya kak ini anak kita."
Perasaan Jira menghangat saat Angkasa menyebut anak kita.
Angkasa kembali merengkuh tubuh Jira ke dalam pelukannya. "Kau hamil dan aku akan menjadi seorang ayah." bisik Angkasa dengan suara parau karena terharu.
Membayangkan kehidupan yang tumbuh di dalam perut Jira mulai memenuhi pikirannya. Buah dari kebersamaan mereka beberapa bulan ini.
Angkasa berjongkok dia membelai lembut perut Jira. Wanita itu terpejam merasakan kehangatan dari tangan Angkasa yang terulur lembut di perutnya.
Angkasa berdiri lelaki itu menangkap kedua pipi Jira. Kemudian ia mendekatkan wajah memberikan sentuhan lembut di bibir Jira.
Entah karena hormon atau apa Jira langsung membalas dengan rakus. Ciuman berakhir. Wajah Jira merona karena malu. Nafasnya tersengal.
"Kenapa?"
Jira menggigit bibir bawahnya. Merasa malu harus jujur dengan apa yang dia rasakan saat ini.
"Kau ingin lebih dari ini?" tebak Angkasa.
Dan yeah itu memang benar. Hormon kehamilan membuat Jira ingin disentuh dan dihangatkan.
Jira tertunduk. Dia malu. Angkasa tersenyum lalu mengangkat tubuh Jira ala bridal.
"Dengan senang hati aku akan melakukannya."
Jira menatap Angkasa. " Apa aku terlihat seperti wanita nakal?"
"Mungkin karena kau hamil makanya terlihat sedikit nakal. Tapi aku suka." bisik Angkasa di akhir kalimatnya.
Angkasa menahan nafas saat jari jemari Jira yang lentik mulai membuka satu per satu kancing kemeja miliknya.
Lalu wanita itu duduk di atas tubuh Angkasa.
Tangan Angkasa tidak tinggal diam. Dia membantu Jira membuka baju. Tangannya pun terulur untuk menyelipkan helai-helai rambut Jira ke belakang telinga.
"Aku menginginkanmu kak."
Tidak menunggu waktu lama bibir mereka kembali bertemu. Dan penyatuan pun terjadi. Angkasa memeluk kemudian mengusap punggung Jira. Mencium rambut wanitanya sementara Jira memimpin penyatuan mereka.
Saat bergerak lebih cepat Angkasa sedikit menahan pinggul Jira.
"Jangan menahan ku kak."
"Kau sedang hamil. Bagaimana jika terjadi sesuatu?"
Dikecupnya bibir Angkasa. "Tidak akan terjadi apa-apa. Ini aman. Aku nyaman. Percayalah."
Beberapa menit kemudian kenikmatan itu pecah. Nafas keduanya tersengal. Keringat memenuhi tubuh mereka.
"Darimana kau belajar tadi?"
"Aku hanya mengikuti insting saja."
"Aku suka." Angkasa menghadap Jira yang telentang di sampingnya.
"Kita akan pergi ke dokter kandungan. Aku ingin memastikan dia baik-baik saja." Angkasa memberikan usapan lembut di perut Jira. Rasa hangat menyelimuti hatinya.
Jira tersenyum lalu muram.
"Kenapa?"
"Aku masih istri sah Bayu kak. Bagaimana kalau Bayu tahu aku hamil dan menjadikan kehamilan ku ini untuk menunda perceraian kami."
"Itu tidak akan terjadi. Aku akan mengurus itu secepatnya."
"Ayo mandi. Kita harus segera pergi ke rumah sakit."
***
Dua hari lagi pesta pernikahan Stevan dan Maura. Selly punya rencana. Dan dia harus berhasil.
"Ku pastikan kau akan menjadi milikku malam nanti. Dan kau Jira kupastikan kau akan menangis darah saat tahu Dia menjadi milikku." Tawa keras terdengar setelah Selly mengatakan hal itu.