"May, aku takut. Aku ingin mundur, aku ingin membatalkan semua ini." Ucap Rain dengan tubuh gemetaran.
Malam ini dia berada disebuah kamar hotel presiden suit. Ya, Rain terpaksa harus melelang keperawananannya demi uang. Dia butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Selain itu dia juga tutuh uang untuk biaya pengacara, ayahnya saat ini sedang meringkut ditahanan karena kasus pembunuhan.
"Jangan gila Rain. Kau harus membayar ganti rugi 2 kali lipat jika membatalkan. Masalahkan bukan selesai tapi akan makin banyak. Jangan takut, berdoalah, semoga semuanya berjalan lancar." Ucap Maya.
Berdoa? yang benar saja. Apakah seorang yang ingin berbuat maksiat pantas untuk berdoa minta dilancarkan, batin Rain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA SISI MATA UANG
pov Sean
Gue bingung sama diri gue sendiri. Kenapa segininya ya gue sama Rain. Gue sampai ngancem akan mecat Danu jika dia gak bisa ngebujuk Rain kerja lagi. Padahal Danu tuh jasanya banyak banget buat gue.
Gue kayak orang gila yang bingung sambil mondar mandir didalam ruangan gue. Kontrak kerjasama bernilai triliunan dibatalkan tapi gue gak sedih. Tapi saat Rain ngeblok nomor gue, gue kacau banget.
Gue gak sabar nunggu kabar dari Danu. Gue gak sabar ngedenger dia bilang Rain mau kerja lagi. Sumpah gue sekacau itu gara gara sehari gak ngeliat Rain.
"Gimana Dan?" Gue yang gak bisa tenang langsung nelepon Danu. Terserahlah Danu mau mikir apa tentang gue. Yang penting jangan Rain yang mikir macem macem. Gue gak mau dia tahu jika gue kacau gara gara dia gak mau kerja. Bisa jatuh harga diri gue kalau ketahuan Rain.
"Rain belum ngasih keputusan Pak."
"Shitt, gitu aja lo gak bisa Dan." Maki gue pada Danu. Gue yakin Danu gak sakit hati, dia udah biasa gue maki dan gue bentak. Gue segera memutus sambungan telepon. Kalau gue lanjutin, bisa bisa satu Kebon binatang keluar semua.
Sekilas gue lihat ada wa masuk, ternyata dari grup chat
BRIAN
Have fun yuk entar malem
DINO
Ajakin tuh Pak CEO. Sejak dia jadi CEO, kayaknya sibuk banget hingga gak pernah Have fun lagi bereng kita.
LEO
Ayuk dong Sean, dah lama banget nih kita gak have fun. Cewek cewek di tempat tongkrongan kita banyak yang baru loh. Lo bakalan nyesel kalau gak ikut kita kesana.
BRIAN
Jadi makin semangat gue denger banyak cewek baru.
SEAN
Ok lah ntar malem gue ikutan. Gue lagi suntuk banget nih. Kebanyakan kerjaan sekarang. Gara gara bokap sih pensiun dini. Gue jadi gak punya waktu buat seneng seneng.
Malamnya gue langsung otw ke tempat tongkrongan gue and the geng. Gue langsung ke ruang vip yang sudah disewa Leo. Gue lihat Brian, Leo dan Dino udah ada disana sama 3 orang cewek yang gue gak pernah lihat.
"Hai Pak Bos, datang juga lo." Sapa Leo sambil negak minuman.
Gue langsung duduk diantara mereka dan ikutan minum. Cewek yang tadi bersama Brian langsung ngedeketin gue. Gimana gak langsung nempel gue coba, orang diantara semua temen gue, gue yang paling ganteng.
"Gue temenin ya malem ini." Ucapnya dengan nada ala ala cewek murahan yang biasa gue sewa sama temen temen.
Dia cantik, seksi lagi. Gimana gue mau nolak, apalagi dia cewek baru, belum pernah ngerasain.
"Udah bawa aja, gue bisa nyari yang lain." ucap Brian. "Tapi ada syaratnya, lo bayarin ini semua. Lo kan udah jadi bos sekarang."
"Jadi lo koar koar ngajak gue cuma buat nyuruh gue bayarin? Dasar teman gak tahu diri lo," maki gue.
Seperti inilah dunia gue sebelum jadi CEO. Ini semua gara gara bokap yang nyuruh gue cepet cepet gantiin posisinya. Sejak 3 bulan jadi CEO gue jadi gak ada waktu untuk sekedar Have fun sama teman teman.
Gue seperti 2 sisi mata uang yang berbeda. Sangat tegas dan berwibawa saat di kantor. Dan jadi berandalan saat bareng teman teman bobrok.
Cewek sebelah gue terus aja nempel, gue jadi gak tahan pengen nyambar tuh bibir seksinya. Baru aja nempel tiba tiba gue keinget Rain. Sialan, kenapa sih mau seneng aja pakai keinget Rain.
Dan parahnya, tiba tiba gue keinget sesuatu. Gue keingat sama janji gue pada Tuhan tadi malam. Gue janji kalau Rain gak diapa apain, gue gak bakal beli perempuan lagi.
"Shitt." Gue langsung melempar botol miras didepan gue.
"Kenapa lo?" tanya Leo. Aktifitas panasnya sama cewek panggilan terhenti gara gara gue melempar botol sampai pecah gak berbentuk.
"Gue mau pulang." Gue langsung mengambil jaket dan keluar dari sana.
Sumpah gue nyesel banget karena udah bikin janji sama Tuhan kemarin. Dan sekarang, gue harus gimana. Gue butuh cewek, gue butuh palampiasan.
Gue ngebut dijalan kayak orang sinting. Hingga tanpa gue sadari, gue sampai didepan rumah Rain. Karena otak gue penuh dengan Rain, gue secara naluri langsung otw ke rumahnya.
Bagi gue yang penting ketemu dia dulu. Urusan dimaki atau ditampar kayak kemarin urusan belakangan.
Tapi lagi lagi gue kalah gercep. Gue lihat ada mobil dihalaman rumahnya. Gue hafal mobil itu. Itu mobil yag kemarin membawa Rain.
...******...
Di dalam rumah, Gaza dan Rain sedang menikmati roti bakar. Gaza sangat paham kesukaan Rain, karena itu sebelum ke rumah Rain, dia sempatkan beli roti bakar dulu.
"Baju kamu udah aku cuci plus setrika. Ntar langsung bisa kamu bawa pulang."
"Makasih ya Rain, maaf udah ngerepotin."
"Apaan sih, gak repot sama sekali."
"Kamu kerja dimana Rain?"
Rain ragu untuk menjawab, dia juga bingung sekarang ini masih kerja atau gak. Dia belum beri keputusan apapun pada Danu.
"Kamu belum dapat kerja ya?" Gaza bertanya lagi karena Rain tak segera menjawab.
"Udah kok, aku kerja di OCE grup."
"OCE grup?" Mendengar kata OCE grup membuat Gaza teringat seseorang.
"Kenapa Ga? kok ekspresi kamu aneh gitu. Apa kamu ada kenalan disana. Atau perusahaanmu bekerja sama dengan OCE grup?"
"Aku ada kenalan disana, tapi udah lama gak pernah ketemu."
"Siapa namanya, kali aja aku kenal?"
"Udahlah gak usah bahas itu. Lagian hubunganku dengan dia juga kurang baik."
"Ish, cewek ya??? jangan jangan mantan kamu lagi."
"Enggak lah, orang cowok kok. Kamu cemburu ya???"
"Apaan sih, enggak lah." Rain membuang muka ke arah lain karena takut ketahuan cemburu.
"Gimana keputusan kamu Rain, kamu mau balikan sama aku kan?" Gaza mengalihkan topik pembicaraan. Dari sorot matanya, jelas terlihat kalau dia sangat berharap Rain mau kembali padanya.
"Aku takut Ga. Melanjutkan hubungan denganmu sama artinya dengan menyambut banyak rintangan. Gak akan mudah untuk kita berdua."
Gaza mengenggenggam kedua tangan Rain. Dia ingin meyakinkan Rain jika semua akan baik baik saja.
"Jangan pikirkan apapun. Kau hanya perlu selalu ada disisiku. Biar aku yang memikirkan semuanya. Biarkan aku yang membuka jalan untuk hubungan kita. Percaya padaku Rain, aku akan membuatmu bahagia. Seberapa besarpun rintangan kita, biar aku yang menyingkirkannya."
Rain mengangguk mendengar perkataan tulus dari Gaza. Bagaimanapun, cintanya masih untuk Gaza.
Bisanya Nambah kesalahan mulu kerjaan loe