CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-Gara Nasi Goreng Pedas Mampus!
"Ingat ya Mas, gak boleh lewat dari satu jam." ujar Dara setibanya mereka di depan perusahaan. Bagas hanya mengangguk-angguk kepalanya persis Jordi kalau lagi diomeli Doni dan Kevin.
"Eh eh, cium dulu dong, main keluar aja." protes Bagas saat melihat Dara langsung meraih pintu mobil. Dara jadi langsung menghadapkan wajahnya kepada Bagas.
"Ya udah siniin pipinya." ujar Dara.
"Kok pipi? bibir dong!" protes Bagas lagi.
"Aku yang mau nyium kok kamu yang ngatur sih." decak Dara, tapi dikecupnya juga bibir suaminya itu.
"Nyium tuh gini loh, Dara." Kesal karena Dara hanya mengecup bibirnya sekilas, Bagas menahan leher Dara lalu mel*mat ganas bibir istrinya itu.
"Kamu mau bikin aku kehabisan nafas?" Dara berdecak lagi, sambil menghapus jejak lipstik yang sudah cemong di sekitar dagu dan pipi.
"Biarin, yang penting puas." balas Bagas. Dara menjewer telinga Bagas membuat suaminya itu mengaduh lalu terburu-buru keluar mobil sebelum Bagas membalasnya dengan hal yang lebih gila lagi dari tadi.
Jadi perkara ciuman saja panjang sekali umat dua ini. Kalau ada Jordi, Kevin dan Doni, pasti mereka sudah kompak menertawakan Bagas. Jordi, Kevin dan Doni itu bagaikan grup paduan suara dengan kombinasi yang tepat kalau itu tentang mengejek Bagas.
"Awas lo ya tar malem gue bikin perhitungan sampe lo minta ampun sama gue." Jiwa pendendam Bagas mulai berkobar.
Saat masih tergelak mengenang hubungannya dan Dara yang romantis tapi nyeleneh itu, dering telepon Bagas berbunyi.
"Pagi juga Yah, ini Bagas udah mau berangkat kok. Iya, nanti Bagas mampir ke supermarket dulu beliin Ratih roti ya. Oke Yah selamat pagi juga."
Bagas menutup telepon. Ia memang sudah ada janji dengan orang yang sudah hampir satu tahun ini memenuhi harinya.
Bagas melajukan diri dulu ke supermarket, di sana ia membeli banyak bahan makanan pokok untuk dibawa ke tempat tujuannya.
Sementara di perusahaan, Dara sendirian di dalam ruangan. Saat ini ia sedang tidak ada kegiatan. Laporan semuanya sudah beres, Bagas juga sedang tidak ada meeting penting.
Dara jadi lesu, menatap kehampaan ruangan luas itu dengan tangan bertopang dagu. Iseng, ia membuka akun sosmed. Lagi-lagi ia kecolongan, Bagas telah mengambil fotonya semalam, hanya berhias selimut yang menutupi tubuh tapi masih dengan stiker yang menempel di wajahnya.
Captionnya bikin urat sendi Dara jadi kejang-kejang.
Pencapaian Bagas Gumilang tahun ini, Bisa peluk die tanpa guling sialan lagi. Para Jekiers dimana pun anda berada, mari kita bersulang. Cheerrssss!
Mau tidak mau Dara setelah kejang sesaat, Dara jadi tersenyum juga. Namun, ada satu komentar di sana yang membuat Dara sedikit tertegun.
Bang Bagas, jadi kan ke rumah hari ini? Ayah sama anak-anak udah nungguin.
Akun dengan foto profil gadis manis itu membuat Dara jadi sedikit lesu. Ia membuka akun yang di privat itu. Tangannya gatal ingin Follow, tapi kemudian ia mengurungkan niat.
Dara tersenyum lagi, mungkin itu salah satu kerabat Bagas. Ia tidak boleh berprasangka buruk. Meski ia tahu Bagas itu dulunya seorang player tapi selama mereka menikah, suaminya itu tetap komitmen dengan tetap setia padanya. Bahkan pada Angel yang kerap datang mengganggunya masih bisa ia hempas dengan sikapnya yang jutek dan cuek.
Dara memutuskan untuk menelungkupkan kepalanya di atas meja kerja. Semalam tidurnya memang kurang karena sibuk menjalani tugas mulia bersama suaminya. Jadi ia tidak sadar saat ini, ia sudah tertidur pulas.
Bagas yang baru saja tiba di dalam ruangan jadi tersentuh saat melihat istrinya itu tampak kelelahan. Ia segera mengangkat Dara lalu membuka kamar yang ada di dalam ruangannya dan meletakkan Dara di sana.
"Capek banget ya lo?" tanya Bagas pada Dara yang masih tertidur. Ia menyelimuti Dara, lalu keluar dari kamar itu meninggalkan Dara sendirian.
Saat jam makan siang, Dara belum juga terbangun. Bagas keluar dari ruangan, ia pergi menghampiri Tina, salah satu staff yang ada di sana.
"Tina, lo tolong pesen makanan ya ke kantin. Pesen Nasi goreng spesial pake telor mata sapi dua. Yang satu pedes biasa, yang satu pedes mampus. Bilang sama ibu kantin, kalo gak pedes mampus dan gak bisa bikin gue mules-mules, besok kantin tutup aja."
Tina yang mendengar perintah dan pesanan yang aneh itu hanya bisa melongo tapi ia tetap berjalan menuju ke kantin yang terletak di bawah.
Tadinya ia ingin memesan lewat telepon tapi demi memastikan nasi goreng pedas mampus sesuai keinginan CEO gendeng, akhirnya ia akan memantau langsung proses pembuatan nasi goreng itu. Bila perlu, ia sendiri yang akan menuangkan cabe rawit ke dalam bumbu nasi goreng. Ingat, nasib kontrak kerjanya ada di tangan Ibu kantin dan nasib kantin tetap buka besok ada pada cabe rawit!
"Kita harus berjuang, Bu. Pastikan nasi goreng ini bisa membuat Pak Bagas mules-mules sampe gak keluar lagi dari kamar mandi." ujar Tina penuh keyakinan.
Setelah nasgor pedas mampus masak, Tina langsung mencicipinya.
"Gimana Neng?"
"Bukan cuma pak Bagas yang bakal mencret, kayaknya saya juga Bu." ujar Tina sembari menahan kepedasan di lidahnya.
"Alhamdulillah, artinya besok kantin ini tetap buka." Ibu kantin mengelus dada lega.
Tina membawa dua piring nasi goreng dengan level pedas yang berbeda. Ia percaya diri, Bagas bukan hanya akan mulas-mulas, mungkin akan pingsan juga nantinya. Sebab saat ini, perut Tina sudah seperti di siram cabe sekebon. Pedes mampus!
"Dara di mana, Pak?" tanya Tina setelah meletakkan nasi goreng itu di atas meja kerja Bagas.
"Ada di dalem." Bagas menunjuk kamarnya.
"Apa?! di dalam pak?" Tina sudah membulatkan mata, membuat bola matanya yang sudah besar jadi tampak lebih besar lagi seperti bola pingpong.
"Iya, lagi tidur dia. Capek sama saya semaleman." sahut Bagas santai sambil sibuk memainkan ponsel.
Tina mengangguk-angguk tak paham. Ia berjalan keluar ruangan dengan langkah terseok-seok. Ia tidak percaya Dara telah membiarkan dirinya ternoda oleh CEO gondrong playboy!
"Gosip!" Tina berteriak membuat semua paparazi berkumpul dengan menyodorkan handphone ke depan congor Tina yang sedang menggelar konferensi pers.
Sementara di dalam, Bagas nampak memandangi wajah Dara yang sudah membuka mata. Ia sudah menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
"Mas, aku ketiduran ya?" Dara membuka kacamata, mengucek matanya sesaat.
"Iya, Sayang. Kamu capek banget. Tapi gak papa, jadi biar tar malem bertenaga lagi." sahut Bagas penuh arti. Dara hanya membalasnya dengan bibir yang sudah mengerucut.
"Apa itu?" Dara menunjuk dua piring yang tertutup tisu.
"Nasi goreng spesial." Bagas segera memberikan satu untuk Dara. Dara sumringah, ia langsung menyantap nasi gorengnya.
Bagas makan dengan perlahan, sebab nasi goreng yang sekarang berada di mulutnya bukan lagi pedas mampus, tapi pedas bikin kejang-kejang. Keringat tampak mengalir dari dahi..
"Pedas ya Mas?" Bagas mengangguk, tak sanggup menjawab. "Kamu tuh kalo makan cabe gak ingat dunia." Dara mengomel sambil beranjak dan meraih tisu lalu menyeka keringat yang keluar dari dahi suaminya.
Ia juga segera memberi air putih. Bagas meneguknya cepat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nanti malam akan dihabiskannya waktu hanya untuk bolak balik kamar mandi.
Dan benar saja, saat malam ketika baru saja hendak ritual mulia bersama istrinya yang sudah seksi dengan lingerie hitam, Bagas tiba-tiba mulas.
Baru beberapa menit ia kembali lagi ke dalam kamar mandi. Dara sampai kasihan melihat suaminya itu. Ia kini sedang membuat cairan oralit agar menghentikan diare yang sedang mendera Bagas.
"Mas, minum ini dulu." Ia segera menyerahkan racikan oralit itu pada Bagas.
Sementara Bagas harus beradu antara nafsu juga nyeri perut setiap ia melihat Dara mondar mandir di dalam kamar dengan lingerie yang melambai-lambai seolah mengejek dirinya.
"Ra, aku pengen.... tapi perutku mules. Gimana ini..." raung Bagas membuat Dara jadi iba. Tapi mau bagaimana lagi, ini salah Tuannya Jeki sendiri. Sok-sokan mau makan pedas, udah tahu malam ini malam hebat sama istri. Rasain tuh, Jeki merana lagi gak bisa ketemu Nyai.
"Hahahahahahah" Jordi tertawa ngakak.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.