 
                            Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung  jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai  kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat  hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 32
Semenjak bertemu dengan Ning Hafa di tangga, Alfarezeel tampak sedikit berubah, buka cuek ataupun ketus tapi Alfarezeel tampak lebih manja dengan Ayra, di depan keluarganya.
Seperti sekarang semua kerabat Alfarezeel yang cowok berada di ruang keluarga bermain game, atau hanya sekedar mengobrol, berbeda dengan Alfarezeel yang sedari tadi mengekori sang istri yang sedang membantu memasak umma Annisa dengan yang lain.
Umma Annisa hingga menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra sulungnya itu, sama hal nya dengan Nyai Siti, " Al ke depan sana, kasian istrimu enggak leluasa bergerak, sedari tadi kamu mengekori di belakangnya"pinta Nyai Siti yang cukup tergangu dengan Alfarezeel yang sedari tadi mengikuti Ayra kesana dan kemari,seperti anak ayam yang mengekori induknya.
" Kok Jiddah, ngusir Al sih, Al kam cuma jaga istri Al, takut ke capekan, dia habis operasi, praktek di dua tempat dan bantu tiga orang lahiran lho, kasian capek" sahut Alfarezeel dengan nada sedikit berbeda dengan biasanya.
Alfarezeel memang manja di depan keluarganya,namun bisa jadi kulkas sepuluh pintu di hadapan orang lain.
" Ra, kamu istirahat saja, kasian juga pasti capek, belom lagi besok pasti akan lebih melelahkan" pinta Umma Annisa pada sang menantu.
Ayra memang sangat lelah, tapi ia juga tidak enak dengan keluarga suaminya, " ehh... enggak kok umma, nanggung ini umma sedikit lagi selesai" sahut Ayra yang sedang mengaduk bahan untuk brownies.
"Biar saya yang lanjutkan saja Ning, anda pasti lelah" ujar Ning Hafa menawarkan diri.
"ehh enggak usah Ning, dikit lagi selesai juga ini" jawab Ayra.
" mas ke depan dulu sana, nanti aku nyusul " pinta Ayra pada suaminya.
" enggak, mas mau nya kamu istirahat sekarang dr. Ayra Khansa Adiba" balas Alfarezeel yang kini sedang mencomot brownies yang baru saja matang.
" Udah sana- sana ribut mulu dari tadi, biar gue yang lanjut, kapan selesainya kalau di comotin terus, loe istirahat aja Ra, biar enggak ribet suami loe" ujar Zahira yang menerobos celah, di antara Ayra dan Ning Hafa.
" gue enggak enak sama Umma sama yang lain Ra, biar gue aja" bisik Ayra pada Zahira.
" Umma, Ayra boleh naik dulu kan dia katanya enggak enak sama Umma sama yang lain" ujar Zahira frontal.
Ayra geram dan spontan mencubit lengan sahabatnya.
" Sakit ra" pekik Zahira.
" Aduh mau dimana muka gue" gumam Ayra dalam hatinya.
Umma Annisa dan yang lain tersenyum melihat tingkah dua sahabat itu,sebenarnya yang lain tidak keberatan jika Ayra istirahat terlebih dahulu.
" Istirahat duluan saja Ayra, umma tau pasti kamu capek banget kan" jawab Umma Annisa.
Saat hendak menolak perintah Umma Annisa, Ayra sudah lebih dulu terangkat ke atas, dan di sandarkan di bahu seseorang, siapa lagi kalau bukan suaminya.
" Ma, Jiddah Al bawa istri Al istirahat dulu yaa" pamit Alfarezeel menggendong istrinya seperti membawa kayu bakar.
" woi kakak Al itu sahabat aku bukan kayu bakar" teriak Zahira yang melihat tingkah sang kakak.
" Hus Ra, udah malam juga " tegur Umma Annisa.
Di dapur memang tinggal keluarga terdekat seperti umma Annisa, Nyai Siti, Zahira, Umi Hilya dan juga Ning Hafa yang tak lain adalah keponakan Umi Hilya.
" Lagian posesif banget sama istrinya mana enggak ada romantis- romantisnya lagi masak gendong istrinya kayak bawa kayu bakar, Ayra juga terlalu keras dia sama dirinya sendiri, padahalkan tubuhnya juga butuh istirahat " gerutu Zahira.
" Kamu kan sahabatnya sudah pasti kamu tau gimana Ayra, jadi kita yang seharusnya membatasi pekerjaanya, Umma udah cari pengantin Ayra untuk di rumah sakit Abah, jadi mulai senin Ayra cuma praktek di tempat Kakak Al " .
" Tapi umma juga tau mantu umma itu, pasti dia habis praktek jaga toko, apa kita beli aja yaa Ma, tokonya" sahut Zahira.
" Jangan, kita enggak punya hak soal itu Ra, kalau itu biar urusan kakak Al, Kakak Al sepertinya lebih tau yang baik untuk istrinya" kini Nyai Siti yang bicara.
" Sepertinya Gus Al, memang sangat mencintai Ning Ayra" gumam Ning Hafa dalam hatinya, mereka dulu memang saling mencintai, dan Alfarezeel sudah melamarnya, Namun harapan mereka untuk bersama pupus karena Abahnya yang tak lain adalah kakak dari Umi Hilya tidak menyetujui hubungan mereka.
Hingga akhirnya Ning Hafa di jodohkan dengan suaminya sekarang yaitu Gus Biru, Hafa awalnya menerima dengan lapang dada walau sulit baginya, namun sekarang ia tampak sedikit menyesal setelah mengetahui sifat suaminya, yang sama sekali tidak mencerminkan anak kiyai.
Sedangkan di dalam kamar Alfarezeel ,Ayra terus menggerutu pada suaminya, ia sungguh malu di depan keluarga suaminya,apalagi saat melewati sepupu suaminya yang sedang berkumpul.
" Ayo lah mas minta maaf mas cuma enggak mau kamu kecapekan "Alfarezeel masih berusaha membujuk Ayra.
" tapikan enggak kayak gitu, aku enggak enak sama yang lain, lagian aku masih kuat kok ngelanjutin itu sampai selesai" sahut Ayra, yang sedikit kesal dengan perilaku suaminya yang seenaknya.
Baru juga ingin sama- sama belajar mencintai tapi belum ada sehari Ayra sudah di buat kesal oleh tingkah suaminya.
"Yang lain tuh enggak masalah kalau kamu istirahat terlebih dahulu, mereka juga tau pasti kamu capek"
" tetap aja kita enggak tau,bisa jadi mereka juga capek, lagian besok juga acara kitakan, masak iya aku cuma diam doang" sahut Ayra.
"apa kamu enggak capek?" tanya Alfarezeel yang sudah cukup lelah berdebat dengan istrinya.
Ayra terdiam cukup lama, bohong jika dia tidak lelah, namun dia juga tidak enak jika harus istirahat terlebih dahulu,sedangkan yang lain masih berkutat di dapur.
" kenapa diam? lelahkan?" cecar Alfarezeel.
Alfarezeel kemudian mendekat ke Ayra yang kini duduk di ranjang di sebrang Alfarezeel, Alfarezeel memegang bahu sang istri.
" Dengar mas" pinta Alfarezeel pada Ayra.
Ayra kemudian menatap sang suami yang gini tampak semakin tampan, terlihat wajah seriusnya namun juga terlihat santai.
"Mas tau kamu enggak enak pada semua orang, tapi tubuh kamu juga perlu istirahat,jangan memaksa ,mas tau kamu lelah, jadi tolong istirahatlah, banyak orang yang masih butuh kamu termasuk mas"
" kamu takut jika mereka akan mengecap kamu pemalas?" tanya Alfarezeel yang seakan tau isi pikiran sang istri.
Ayra hanya diam dan menundukan kepala, jujur ia hanya takut semua tidak akan baik- baik saja, ia hanya takut jika banyak yang menilai dirinya buruk, karena ia dari dulu di lihat buruk oleh keluarganya sendiri.
" Dengar hidup kamu, ya... kamu yang jalani, jangan pernah kamu mendengar ucapan orang lain tentang keburukan kamu, semua orang pasti punya kesalahan karena kita hanya manusia biasa"
"aku tau keluargaku, aku juga tau mereka tidak akan menilai mu seperti itu, karena mereka tau pekerjaanmu, dan untuk orang- orang di rumah sakit mohon maaf sekali, mas terpaksa akan mengumumkan pernikahan kita, mas enggak peduli mereka suka atau tidak, karena itu tidak akan merubah apapun, kamu tetap istriku" ,
" Tapi...." saat Ayra baru mengucapkan satu kata, langsung di potong oleh Alfarezeel.
" enggak ada tapi- tapi, dan mas akan pindahkan rungan kamu di tempat mas, ruangan mu sekarang hanya untuk rungan periksa" potong Alfarezeel.
Sepertinya Ayra tidak bisa melawan ia hanya bisa pasrah, ia akan melanjutkan hidup dengan orang yang sulit untuk di kenali seperti suaminya itu.
Ayra kemudian bangkit dan mengganti pakaiannya di kamar mandi,sedangkan Alfarezeel kembali ke sisi kanan ranjang di mana tempat tidurnya dan kembali berkutat dengan laptopnya.
Selang sepuluh menit Ayra sudah berganti pakainya menggunakan baju tidur lengan pendek dan juga celana pendek di atas lutut, bahkan hanya menutupi setengah pahanya.
Alfarezeel bersusah payah menelan ludahnya sendiri melihat penampilan sang istri, walau sebelum menikah dengannya Ayra memang tak berhijab, namun Ayra selalu mengenakan celana panjang, jika mengenakan dress pasti di bawah lutut.
Ayra tak melirik suaminya kemudian merebahkan diri di samping suaminya,namun ia memunggungi suaminya.
Alfarezeel menghembuskan nafasnya kasar, "kamu tau gak? Jika seorang istri tidur dengan membelakangi suaminya itu termasuk dosa " ujar Alfarezeel.
Ayra kemudian membalikan badannya lalu memejamkan matanya, tanpa meliriknke arah Alfarezeel sama sekali.
Alfarezeel tersenyum melihat sang istri,lalu ia membereskan pekerjaan, lalu menyusul sang istri yang sudah tampak terlelap, Alfarezeel menyempatkan mencium kening sang istri sebelum tidur.
" Tidur yang nyenyak sayang, Istirahat lah dan esok kembali menghadapi dunia yang sulit di tebak ini"
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    