Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
1 bulan kemudian
Hari begitu cepat berlalu. Matahari mulai nampak menyinari bumi dan seisinya. Di jalan, terlihat mobil berlalu lalang. Dan orang-orang kembali pada aktivitas mereka. Sama halnya dengan keluarga kecil Alfano. Mereka sedang bersiap-siap untuk pindah ke Mansion.
Penampilan Lusia.
Lusia nampak sedang bersandar di sofa. Ia tersenyum menatap ibunya yang sedang berjalan menghampirinya.
"Ayo sayang, ayah sudah menunggu dari tadi" kata Allesia sembari meraih tangan mungil putrinya. Keduanya berjalan keluar menghampiri Alfano.
Di luar, Alfano tengah berdiri dan bersandar di mobil, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
"Ayo masuk" kata Alfano sembari membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya. Allesia dan Lusia pun masuk, Alfano menutup pintu mobil lalu beranjak masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Mobil perlahan bergerak meninggalkan kontrakan kacil yang menyimpan kenangan selama 4 tahun.
Di dalam mobil, Lusia nampak terlihat cemberut. Alfano melirik putrinya dari kaca spion. Ia melihat raut wajah putrinya yang sedang tidak bersahabat.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Alfano pada putrinya.
Lusia melirik ibunya, membuat Allesia menautkan keningnya. "Kenapa?" tanya Allesia.
"Ayah, bukannya ayah sudah berjanji untuk melakukan pemotretan" ujar Lusia sembari menundukan pandangannya.
Alfano dan Allesia tersenyum. "Besok, sepulang ayah kerja, kita akan pergi foto keluarga" kata Alfano.
"Benarkah?" tanya Lusia dengan mata berbinar.
"Tentu saja, Sayang" timpal Allesia.
"Yeah..." sorak Lusia dengan girang.
-------
Mansion
Alfano memakirkan mobilnya di garasi. Lalu keluar dan membuka bagasi, mengeluarkan koper milik istri dan anaknya. Allesia dan Lusia turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam tanpa membantu Alfano.
"Lusia tunggu.. nanti kamu jatuh..." teriak Allesia.
Alfano hanya bisa tersenyum melihat tingkah kocak anaknya. Alfano mengambil koper lalu membawanya masuk ke dalam Mansion. Sesampainya di dalam, mereka masuk ke dalam kamar Lusia yang sangat luas.
"Ayah, apa ini kamarku?" tanya Lusia dengan mulut terbuka lebar. Ia nampak terkejut melihat ukuran kamarnya yang sangat luas.
"Iya, ini kamar putri ayah" balas Alfano.
"Ibu" Lusia menarik tangan ibunya, memintanya jongkok.
Allesia berjongkok dan membiarkan Lusia berbisik ditelinganya. "Apa ibu tidak mencari tahu terlebih dahulu sebelum ibu membawaku pergi? Jika tahu seperti ini, dulu ibu tidak perlu lari" bisik Lusia.
Allesia membulatkan matanya. "Harusnya kamu berterima kasih. Jika ibu tidak membawamu, kamu sudah masuk dalam mesin cuci dibunuh oleh ibu tirimu" balas Allesia.
"Ibu tiri" batin Lusia. Seketika ia menatap tajam ayahnya. "Ayah...!! Apa benar aku punya ibu tiri?" tanya Lusia mengepal tangannya.
"Siapa yang memberitahumu tentang kabar tidak benar itu..." balas Alfano tak terimah.
"Ibu yang memberitahuku" balas Lusia dengan polosnya.
Jleb... Allesia menelan salivanya dengan kuat. "Anak ini" gumam Allesia.
"Itu tidak benar. Kamu hanya punya satu ibu, hanya ibu Allesia" kata Alfano.
"Ayah, ibu, bantu aku merapikan pakaianku" pintah Lusia.
Tak terasa, sudah 3 jam mereka membereskan kamar Lusia, rasanya lelah sekali. Alfano belum mencari ART itulah sebabnya ia harus turun tangan untuk merapikan kamar putrinya. Setelah selesai, Allesia dan Alfano berniat pergi belanja perlengkapan dapur. Dan kini, mereka berada di pasa.
------
Pasar
Jika orang kaya lainnya berbelanja bahan dapur di Mall maka tidak dengan Allesia. Allesia begitu irit dalam mengatur pengeluaran. Nyatanya, kini mereka berada di pasar tradisional.
"Ayah, ayo kita ikut ibu. Aku ingin bertemu temanku" ujar Lusia.
"Teman? Kamu berteman dengan anak pasar?" tanya Alfano tak percaya.
"Iya, aku sering ikut ibu ke pasar dan bertemu dengannya" balas Lusia dengan antusias.
Alfano turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk putrinya. "Silahkan turun tuan putri" ujar Alfano dengan senyum.
"Lusia..." terdengar suara anak kecil yang seumuran Lusia, tengah berlari menghampiri Lusia. Namanya, Afro. Anak yatim piatu yang tinggal dengan Neneknya.
"Afro..." Lusia berteriak dan lari menghampiri sahabatnya.
"Kenapa kamu baru datang, aku menunggumu di sini" kata Afro cemberut.
Lusia terkekeh. "Ibu tidak mengajakku ke pasar" ujarnya.
"Paman itu siapa?" tanya Afro berbisik ditelinga Lusia.
Lusia menoleh menatap ayahnya. "Ayah sini" panggil Lusia.
"Afro, ini ayahku" kata Lusia.
Alfano hendak menyentuh wajah Afro namun dicegah oleh Afro. "Paman, jangan menyentuhku. Aku bau dan kotor, nanti tangan Paman ikut kotor" ujar Afro dengan ramah.
Alfano tersenyum, "Paman tidak takut kotor, Paman senang bisa mengenalmu. Kamu bisa datang ke rumah dan bermain bersama Lusia" kata Alfano.
"Benarkah Paman?" tanya Afro serius.
"Iya benar," balas Alfano.
"Ye... akhirnya aku punya teman bermain" sorak Lusia dengan girang.
Sudah sejam Allesia berada di dalam pasar. Namun ia tak kunjung kembali ke mobil. Tiba-tiba Allesia datang dengan membawa beberapa tentengan belanjaan. "Apa dia tidak malu" gumam Alfano.
"Paman, Tante memang seperi itu. Tante selalu perhitungan, kadang Tante akan berkeliling mencari jualan yang murah" kata Afro.
Alfano berjalan menghampiri istrinya, ia mengambil alih barang belanjaan lalu meletakannya di bagasi mobil.
"Afro, ayo ikut Tante. Tante sudah memberitahu Nene" kata Allesia, ia mengajak Afro untuk ikut ke Mansion.
"Paman, boleh aku ikut?" tanya Afro, ia takut Alfano tidak mengizinkan Afro untuk naik mobil mereka.
"Tentu saja" balas Alfano.
Allesia membuka pintu mobil dan meminta Lusia serta Afro untuk masuk ke dalam. Sedang ia duduk disamping suaminya. Mobil perlahan bergerak meninggalkan pasar. Dalam perjalanan, Lusia dan Afro nampak bercanda gurau. Allesia meminta Alfano untuk berhenti disebuah toko, ia ingin membeli pakaian untuk Afro.
"Kalian tunggu di sini" kata Allesia. Cukup lama Allesia berada di dalam toko, ia keluar membawa paper bag yang berisi pakaian anak pria.
"Ayo pulang" ujar Allesia.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di Mansion.
--------
Mansion
Allesia memandikan Afro, setelah selesai ia meminta Afro untuk memakai baju yang Allesia beli saat pulang dari pasar.
"Tante, aku suka baju ini" ujar Afro, ia memeluk Allesia dan berkata "Terimakasih Tante"
Saat melihat Afro, Allesia meneteskan air mata. Ia merasa sedang melihat bayangan masa kecilnya yang bekerja demi sesuap nasi. Yang membedakan mereka adalah Afro anak yatim piatu sedangkan Allesia bukan. Namun, penderitaan mereka sama. Sama-sama berjuang demi sesuap nasi.
"Tante akan membelikanmu baju yang kamu suka, tapi dengan satu syarat" kata Allesia.
"Apa itu Tante?" tanya Afro.
"Kamu harus sekolah di sekolah yang sama dengan Lusia. Kamu harus menjadi temannya sampai kalian SMA dan besar nanti" jelas Allesia.
Alfano dan Lusia datang menghampiri Allesia dan Afro. Mereka melihat pemandangan yang mengharukan, pemandangan di mana Afro berjanji pada Allesia bahwa ia akan menjaga Lusia sampai mereka dewasa nanti.
"Tante percaya sama kamu, mulai sekarang, kamu dan Nene akan tinggal bersama kami" ujar Allesia.
"Akulah pria beruntung yang mempunyai istri sebaik kamu, Allesia" batin Alfano.
Jangan lupa like, bagikan, vote dan fav 😊
Yuk mampir di