"Ganti rugi 80 juta atau menikah dengan saya?"
Kristal Velicia, gadis yatim piatu dengan paras yang sangat cantik menjadi penyebab kecelakaan sebuah mobil mewah.
Gadis itu di tuntut untuk ganti rugi atau menikah dengan pemilik mobil tersebut.
Pria tampan bersifat dingin bersama gadis cantik dan ceria.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vgflia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
"Apa aku terlambat?" Calvin duduk di samping samping Raxta, menaruh kunci mobilnya di atas meja yang sudah berisi beberapa minuman dan bungkusan rokok.
Sambil menyesap rokoknya Kay melirik ke arah Calvin yang senyum-senyum sendiri. "Dari mana?" Suara berat nan serak Kay terdengar mendominasi di ruangan VVIP itu.
"Menemui seseorang yang sudah lama aku rindukan," jawab lelaki berwajah tampan itu dengan percaya diri.
"Jangan bilang itu gadis yang tinggal di panti asuhan?" Raxta tersenyum ke arah Calvin sambil menggoyang gelas berisi vodka di tangannya.
"Gadis di panti? Siapa?" Kali ini Leo yang membuka suara. Hari ini, genap sepuluh tahun sejak mereka bertemu kembali.
"Ah, itu gadis yang—"
"Permisi, di luar banyak reporter dan beberapa orang yang mencari seseorang atas nama Raxta Handerson." Seorang pelayan wanita datang menyela pembicaraan.
Decakan kesal keluar dari mulut Raxta. "Aku baru tiba di negara ini dan mereka sudah tau?"
"Keluarlah Rax, usir para reporter dan penggemar mu itu." Leo menyuruh dengan dagunya sedangkan tangannya sibuk mengupas kulit kacang.
"Ck, aku akan di keroyok jika keluar. Sebentar ku telpon manager ku." Raxta merogoh ponsel mahalnya yang ada di kantong, dengan lihai jarinya menggeser layar benda persegi panjang itu.
"Halo, Zai. Datang ke bar Sky Lounge dan bawah beberapa keamanan, mereka tau aku ada di sini. Kau harus sampai dalam lima menit." Raxta memutuskan panggilannya secara sepihak sebelum melempar ponselnya ke meja bundar yang ada di depannya.
"Aktor china kita sepertinya sangat terkenal." Sarkas Calvin sambil meneguk kaleng greentea-nya, lelaki itu memang tidak suka minum atau pun merokok. Sebagai dokter bedah, menjaga kesehatan adalah yang utama baginya.
"Dia memang terkenal, bayarannya juga mahal. Jadi, bagaimana jika kau yang traktir kita malam ini," seru Leo sambil mengunyah kacang di mulutnya.
"Hei, hei, kalian tidak lupa kan siapa yang paling kaya di antara kita?" Hening beberapa saat setelah ucapan Raxta. Mereka saling memandang sebelum akhirnya menatap ke arah Kay secara bersamaan. Pria itu duduk diam dari tadi sambil menyesap rokoknya dengan iPad yang ada di tangannya, bekerja.
Merasakan keheningan mendadak yang mendadak Kay menoleh, mendapati ketiga sahabatnya yang sedang menatap ke arahnya. Tau apa maksud dari tatapan mereka dengan santai Kay menyesap rokoknya dan menghembuskan gumpalan asal itu ke udara, pandangannya kembali fokus pada iPad di tangannya. "Pesan sepuasnya, aku yang bayar."
Senyuman lebar terbit di bibir mereka, Kay memanglah donatur sesungguhnya.
"Ngomong-ngomong, Kay. Aku dengar kamu sudah menikah. Dengan siapa? Tidak aku sangka kamu menikah tanpa mengundang kami." Calvin meraih beberapa kacang polong dan bersandar di sofa.
Raxta yang sedang minum tersedak. Ia menyeka mulutnya dengan mata melotot ke arah Kay. "Apa? Jadi rumor itu benar? Kau benar-benar menikah? Siapa? Siapa gadis yang tidak beruntung itu?"
Kay melirik sinis ke arah Raxta, sedangkan Leo dan Calvin hanya terkekeh melihat sahabat mereka yang menggaruk kepala sambil cengengesan tidak jelas.
"Jadi siapa gadis itu?" Raxta kembali bertanya dengan raut wajah penasaran.
"Dia—"
"Tidak penting. Kami hanya menikah kontrak, jadi kalian tidak perlu cari tau." sela Kay memotong perkataan Leo.
"Apa? Kau bercanda? Menikah kontrak? Aku pikir itu hanya ada di film yang aku perankan." Raxta melirik Kay dengan raut wajah yang sulit di artikan.
Calvin terkekeh menepuk pundak Raxta. "Kamu benar, dia gadis yang tidak beruntung."
"Tidak beruntung?" Kay menaruh iPad-nya di meja, lalu membuka dua kancing kemejanya sampai memperlihatkan dada kokohnya. "Aku memberinya satu miliar di awal kontrak dan akan menambah satu miliar serta rumah setelah kontak berakhir. Aku juga memberinya uang bulanan 50 juta setiap bulan. Jadi, apanya yang tidak beruntung? Dia hanya makan, tidur, dan menikmati hidupnya."
Leo merotasikan matanya, menuang wine ke dalam gelas tanpa ada niat ikut campur dalam obrolan tersebut.
"Uang bulanan 50 juta? Kau serius?" Raxta menatap horor ke arah Kay sebelum pandangannya beralih pada Leo yang ada di sampingnya. Leo menaikan kedua bahunya, tak tau dan tak ingin tau.
Calvin mengangguk. "Ya, itu memang cukup mengejutkan. Penghasilanmu sebulan bahkan mencapai triliunan, tapi kamu hanya memberikannya uang bulanan senilai 50 juta."
"50 juta bahkan tidak cukup untuk aku pakai dalam sebulan!"
"Itu karena gayamu yang hedon." Leo terkekeh mendapati wajah masam Raxta. "Aku bercanda, sang aktor memang harus selalu tampil sempurna."
"Dia tidak akan komplen karena dia bahkan belum pernah memegang uang 10 juta seumur hidupnya." Kay memencet puntung rokoknya ke asbak, kembali bersandar ke sofa.
Calvin dan Raxta saling memandang. "Tunggu dulu, apa kamu menikahi gadis biasa?" Dengan dahi berkerut Calvin memandang ke arah Kay, sedangkan Raxta terdiam ikut menunggu jawaban pria itu. Kay melirik keduanya secara bergantian dengan mimik datar. Perlahan, pria itu mengangguk.
Leo terkekeh menatap kedua lelaki yang diam mematung melihat anggukan Kay.
Calvin memajukan tubuhnya menatap wajah Kay dengan intens. "Hei, kau tidak berniat memanfaatkannya hanya karena dia gadis kalangan bawah, kan?"
Raxta menyalakan rokoknya, menyesapnya, lalu di hembuskan ke udara. Kumpulan asap terjebak di ruangan remang nan kedap suara itu. "Ya, memang lebih gampang jika memanfaatkan gadis miskin. Dia akan cepat tergiur dengan uang yang kita anggap sedikit."
"Tapi itu sedikit kejam. Setelah bercerai dengan Kay dia akan berstatus janda, dan aku tidak tau apa dia bisa menerima kehidupan yang kembali ke awal."
Raxta terkekeh, menyisir surai blondenya ke belakang. "Dasar si hati lembut."
"Tapi aku setuju dengan mu, Cal." Dengan mata yang sudah mulai memburam Leo menunjuk Calvin dengan gelas kosong di tangannya. "Meski belum lama mengenalnya, tapi ku rasa dia gadis yang cukup baik. Dia bahkan tidak takut membalas ucapan tajam kakak-beradik gila itu." Lelaki itu terkekeh sambil menggeleng kepalanya ketika kembali mengingat ucapan pedas yang Kristal lontarkan pada mereka.
Raxta mengangkat kedua kakinya ke atas meja dengan satu tangan yang mengapit sebatas rokok di kedua jarinya. "Apa mereka masih berulah? Kenapa tidak kau lenyapkan saja?" Ia beralih menatap wajah Kay sebelum menyesap rokoknya.
"Apa kau mau musuhmu di dunia entertainment aku lenyapkan? Katakan saja, aku akan berikan uang ku padamu untuk menyewa bandit," balas Kay santai.
Raxta melotot, menurunkan kakinya dan meremas tepi meja dengan tubuh yang di condongkan ke depan. "Enak saja, jangan berani kau sentuh mereka. Aku ingin mereka menderita sebelum ke akhirat. Bukankah lebih bagus jika mereka tersiksa melihat kesuksesanku dari pada cepat-cepat menemui malaikat maut?"
"Jadi itu tujuanmu?" Calvin menaikan satu alisnya menatap Kay yang tersenyum tipis. Tak bisa dipungkiri, aura pria itu menang selalu menyeramkan dan misterius. Bahkan Calvin yang sudah lama berteman dengannya masih tak bisa melacak isi pikiran pria itu.
"Tujuan apa?" Rexta mengernyit bingung, sedikit cegukan di sela-sela ucapannya. Sedangkan Leo sudah mabuk berat dengan kepala di atas meja.
"Saat menangkap burung. Bukankah lebih baik kita mengurungnya dan membiarkannya kelaparan? Menyiksanya sampai ia menyerah akan hidup. Itu pasti lebih menyenangkan." Kay tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Hei, jangan tersenyum seperti psikopat, kau membuat ku merinding." Meski dalam setengah mabuk lelaki asal china itu bergidik ngeri, bulu kuduknya berdiri melihat senyuman aneh yang jarang di perlihatkan oleh sahabatnya itu.
Kay mendengus, menuang wine ke dalam gelasnya dan meminumnya dengan sekali teguk sedangkan Calvin hanya diam menatap sahabatnya itu dengan pandangan yang sulit si artikan.
aku tunggu bab² selanjutnyaaa 😁
Nungguin ni