Terpaksa Menikahi CEO Lumpuh

Terpaksa Menikahi CEO Lumpuh

Episode 1

Langit mulai berwarna orange di kota metropolitan yang sibuk itu. Jalanan dipadati oleh lautan kendaraan dan pejalan kaki di trotoar, yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah setelah selesai bekerja seharian.

Sedangkan Kristal, gadis cantik berkulit putih itu baru saja akan berangkat bekerja karena mengambil jadwal shift malam.

Kristal melaju dengan motor bututnya, membela jalanan yang padat dengan kecepatan tinggi. Sesekali, dia menatap ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya dengan panik. Waktu sudah menunjukkan pukul 17:10, sedangkan jadwal pergantian shift malam pukul 17:00. Yang artinya dia sudah terlambat sekitar sepuluh menit.

Semua ini terjadi karena dia ketiduran. Akhir-akhir ini, dia memang sering merasa kelelahan karena terlalu memaksakan diri.

Kristal menggigit bibir bawahnya dengan panik. Selama enam tahun bekerja di cafe itu, dia tidak pernah datang terlambat karena dia adalah karyawan teladan yang selalu datang tepat waktu.

Decakan kesal keluar dari pemilik bibir pink alami itu. Dia sudah sangat terlambat, tapi harus menunggu sampai lampu merah selesai. Lampu merah di perkotaan memang terkenal memakan waktu lama. Bahkan, pengendara bisa menunggu sambil membeli keripik atau makanan ringan lainnya dari pedagang keliling yang beroperasi di sekitar persimpangan.

Kristal menatap ke sekeliling, netra hitam berbulu mata lentik itu mencari keberadaan polisi di sekitar.

Setelah merasa aman, dengan jantung yang berdetak tak karuan, Kristal melaju menerobos lampu merah dengan gesit tanpa berpikir dua kali. Para pengendara lainnya terkejut dengan keberaniannya, namun ada juga yang mencibir gadis itu karena tidak tahu aturan.

Dia menatap kaca spionnya dengan gugup, ini pertama kalinya dia menerobos lampu merah. Karena sibuk menatap ke arah kaca spion sebab takut dikejar oleh polisi yang sedang bertugas, Kristal tidak menyadari sebuah mobil mewah sedang melaju ke arahnya.

Mata gadis itu membulat lebar saat motornya hampir bertabrakan dengan mobil itu. Namun, sebelum kedua kendaraan itu bertemu, mobil itu langsung membanting stir ke arah kiri dan menabrak pembatas jalan.

Dentuman keras terdengar. Kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan itu.

Kristal langsung menghentikan motornya dan menoleh ke arah mobil yang sudah mengeluarkan asap dengan bagian depan yang hancur. Wajahnya melongo karena terkejut. Dengan panik, dia turun dari motor dan berlari menghampiri mobil itu.

Seketika terjadi kemacetan di jalan tersebut. Beberapa orang menghentikan kendaraan mereka dan membantu korban kecelakaan, bahkan ada yang sudah memesan ambulance.

Dalam kurun waktu lima belas menit ambulance tiba di tempat kejadian, membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat.

Kristal, yang merasa bersalah karena menjadi penyebab kecelakaan itu, akhirnya memilih untuk ikut naik ke dalam ambulance. Dia memutuskan untuk bertanggung jawab atas tindakannya, daripada melarikan diri. Dua orang korban kecelakaan terluka parah dalam keadaan pingsan.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, dia tidak berhenti berdoa dan memohon agar kedua korban dapat di selamatkan.

Saat ini Kristal sedang menunggu di IGD dengan cemas, berkali-kali dia merutuki dirinya yang bodoh karena menerobos lampu merah. Andai saja dia tidak menerobos, pasti kecelakaan ini tidak akan pernah terjadi. Sekarang, yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu kabar tentang kedua pasien itu.

Empat puluh menit berlalu, seorang dokter berusia sekitar empat puluhan akhirnya keluar. Kristal langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter itu.

"Dokter, bagaimana keadaan mereka?" tanyanya, menatap dokter itu dengan intens, sambil menunggu jawabannya.

"Pasien hanya mengalami kecelakaan ringan. Mereka akan baik-baik saja dan kembali pulih setelah menjalani pengobatan." Jelas sang dokter dengan ramah.

Kristal bernapas lega. "Terima kasih banyak, Dok," ujarnya dengan senyuman manis di bibirnya.

"Sama-sama, sudah tugas saya. Apa anda keluarga pasien?"

Kristal menggeleng. "Saya bukan keluarga pasien, Dok. Saya hanya mengantar," jawabnya dengan sopan.

Dokter itu kemudian mengangguk. "Kalau begitu saya akan meminta perawat untuk mengurus proses administrasi sementara. Kita akan menunggu pasien sadar terlebih dahulu."

"Baik dokter."

Saat ini Kristal sedang duduk manis di dalam ruangan pasien yang sederhana. Dia tidak beranjak sedikitpun dari sana setelah kedua pasien itu dipindahkan ke dalam ruangan, yang dilengkapi dengan dua kasur berdampingan.

Meski takut akan dilaporkan, Kristal tetap menunggu mereka sampai siuman. Dia berniat meminta maaf secara langsung, berharap mereka akan memaafkannya dan tidak melaporkannya.

Dua jam berlalu, Kristal yang hampir tertidur di kursi ruangan langsung membuka matanya saat mendengar suara. Matanya berbinar ketika salah satu korban kecelakaan itu sadar. Dia segera memanggil dokter untuk memeriksa pasien. Dan menunggu sampai pemeriksaan selesai.

Setelah dokter keluar Kristal langsung mendekati pasien itu dengan perasaan bersalah. "Pak, saya minta maaf, tadi saya buru-buru," sahutnya sambil menundukkan wajahnya. Dia tidak berani menatap pria itu. Berbagai macam umpatan mungkin saja akan dia terima dari sosok di depannya ini.

Pria itu tampak diam beberapa saat. Dia menyipitkan matanya. Mengamati penampilan gadis yang ada di depannya, dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Anak kecil rupanya."

Ucapannya yang terdengar seperti ejekan itu membuat Kristal meremas ujung bajunya dengan kesal. Namun, dia berusaha menahan kekesalannya, karena dia tahu diri dan menyadari kesalahannya.

Kristal memberanikan diri mengangkat wajahnya. Dia menatap pria itu dengan senyuman yang sangat di paksakan. "Pak, umur saya dua puluh empat tahun, saya sudah dewasa," ucapnya memberi penekanan di akhir kalimat.

Sesaat Kristal tertegun menatap wajah pria itu. Meskipun wajahnya pucat dengan perban di dahi, ketampanannya sama sekali tidak berkurang. Wajahnya juga sebelas dua belas dengan para aktor korea, aura "old money" terpancar kuat dari dirinya.

"Sudah dewasa tapi masih menerobos lampu merah. Kalau tidak bisa menyetir dengan benar jalan kaki saja. Jangan membahayakan nyawa pengendara lainnya!"

Ucapan pedas yang di lontarkan oleh pria itu membuat mood Kristal seketika anjlok.

"Maaf, pak. Saya janji akan ganti rugi, tapi kasih saya waktu ya. Saya akan cicil biaya perbaikan mobilnya," Kristal menatap pria itu dengan tatapan memohon.

"Kamu keluar." Sahut pria itu dengan datar, raut wajahnya tampak malas menatap wajah Kristal lama-lama.

Kerutan halus muncul di dahi Kristal. Apa dia baru saja di usir? Pria di depannya ini sebenarnya waras atau tidak? Padahal Kristal sudah berbaik hati ingin bertanggung jawab.

"Saya nggak perlu ganti rugi, Pak? Apa Nggak masalah?" tanya Kristal lagi.

Pria itu tidak menjawab dan malah memilih kembali berbaring sambil membelakangi gadis itu. Dia bahkan terang-terangan menganggap seolah Kristal tidak ada di sana.

Kristal menganga saat ucapannya di acuhkan begitu saja. Mulutnya diam, tapi hatinya berisik. Rasanya Kristal ingin menelannya hidup-hidup, tapi dia harus sabar karena dari awal memang dialah penyebab tragedi ini terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!