Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Kak, tidak ada salahnya kakak mengikuti keinginan Darren. Aku percaya sama Darren, kak!" Willy berucap sembari menatap wajah kakak keduanya itu.
"Willy benar. Aku juga percaya sama Darren. Pasti Darren mengetahui sesuatu sehingga dia meminta kalian untuk membatalkan penandatanganan kontrak tersebut," sela Jerry.
"Ayolah, kak! Ini juga demi kalian dan perusahaan kalian!" seru Darel.
Satria, Rama dan Danar melihat kearah adik-adiknya. Setelah itu, mereka melihat semua orang.
"Kami bukan tidak mempercayai Darren. Justru kami percaya!" seru Rama.
"Hanya saja disini...." ucapan Satria terpotong.
"Tidak enak dengan sahabat kalian itu, begitu?" tanya Erland.
Satria, Rama dan Danar langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
Seketika suasana mendadak menjadi hening. Tidak yang bersuara setelah itu. Sesekali mereka saling memberikan tatapan satu sama lainnya.
"Aku merasakan sesuatu!" seru Aldez tiba-tiba.
Mendengar seruan dari Aldez membuat semua orang langsung melihat kearahnya. Mereka menatap kearah Aldez dengan tatapan penasaran.
"Ada apa Aldez?" tanya Valeo.
"Aku merasakan bahwa apa yang dikatakan Darren tentang sahabat-sahabat putra kalian itu benar. Dengan kata lain, sahabat-sahabat dari putra kalian itu ingin berbuat jahat melalui kerjasama itu," jawab Aldez.
"Kenapa Paman bisa berpikir seperti itu?" tanya Rama.
Aldez langsung melihat kearah Rama, putra kedua dari sahabatnya Dellano.
Setelah itu, Aldez melihat kearah semua sahabat-sahabatnya dan putra-putranya.
"Apa kalian tidak merasakan sesuatu? Aku rasa kalian merasakannya juga," ucap dan tanya Aldez.
Suasana kembali hening. Mereka semua memikirkan apa yang dikatakan oleh Aldez, kecuali Erland dan anak-anaknya.
Detik kemudian..
Axel seketika melihat semua orang, beralih dia menatap kearah Aldez ayah dari sahabatnya Qenan.
"Aku bisa mendengar isi hati Darren!" seru Axel yang tiba-tiba menyadari hal tersebut.
Mendengar seruan dari Axel membuat semua orang terkejut. Mereka seketika tersadar bahwa mereka beberapa menit yang lalu mendengar ucapan isi hati Darren.
Mereka semua saling bersitatap. Tersirat keterkejutan dan ketidakpercayaan dari tatapan mereka masing-masing.
"Yang dikatakan Axel benar. Aku juga mendengar ucapan isi hati Darren," ucap Hendy.
"Iya, kami juga bisa mendengarnya!" seru yang lainnya secara bersamaan.
Para sahabat-sahabatnya Erland dan ketujuh sahabat-sahabatnya Darren melihat kearah Erland.
"Apa yang kalian rasakan itu, hal itu juga yang kami rasakan beberapa hari ini!" seru Erland.
Mendengar ucapan sekaligus pengakuan dari Erland membuat sahabat-sahabatnya, dan ketujuh sahabat-sahabatnya Darren beserta anggota keluarga terkejut.
"Aku sama Gilang bisa mendengar suara hati Darren ketika di meja makan sehari sebelum Oma meninggal," sela Darka.
"Sementara kami bisa mendengar suara hati Darren setelah seminggu meninggalnya Oma. Selama seminggu kami berusaha untuk menenangkan hati kami untuk tidak melakukan kesalahan apapun," ucap Davin.
"Yang terpenting disini, kami melakukan semua ini karena kami tidak ingin menyakiti Gilang dan Darka," ucap Dzaky.
"Kalau boleh jujur sebenarnya hati kami sakit setiap kali bersikap buruk terhadap Darren,, ditambah lagi ketika mendengar ucapan bahkan sindiran dari Darren untuk kami." Andra berucap dengan wajah sedihnya.
"Aneh bukan. Kami yang bersikap buruk selama ini kepada Darren. Kami yang selalu menyebutnya pembunuh, tapi justru kami yang sakit hati ketika mendengar ucapan dari Darren. Baik langsung maupun ketika dia sedang membatin," ucap Andra lagi.
Mendengar ucapan sekaligus cerita dari Davin, Andra dan Dzaky membuat ketujuh sahabat-sahabatnya dan anggota keluarganya terkejut.
"Sejak kita bisa mendengar ungkapan isi hati Darren, sejak itulah kami mengetahui kebusukan Riyo selama ini," ucap Adnan tiba-tiba.
Mendengar ucapan dari Adnan membuat ketujuh sahabat-sahabatnya Darren beserta keluarganya terkejut.
"Erland!" seru sahabat-sahabatnya.
"Iya, itu benar!" Erland langsung mengiyakan apa yang dikatakan oleh putra sulungnya. "Kalian pasti akan lebih terkejut lagi jika aku mengatakan ini."
"Apa?!" tanya semua sahabat-sahabatnya.
"Dari pengakuan isi hati Darren kami mengetahui semuanya. Pertama, Darren telah mengetahui dalang kecelakaan Belva dan Mama. Kedua, Riyo berniat ingin membunuh Darren melalui susu pisang kesukaan Darren dengan cara Riyo menyuntikkan sesuatu ke dalam susu pisang itu," ucap Erland.
Seketika semua orang di ruang tengah itu membelalakkan matanya terkejut dan juga syok saat mendengar ucapan serta pengakuan dari Erland. Mereka tidak menyangka jika Riyo berniat ingin membunuh Darren.
"Disini kan Darren sudah mengetahui siapa dalang kecelakaan yang menimpa Bibi Belva dan Oma Vidya? Aku meyakini bahwa Riyo adalah dalangnya," sahut Qenan.
"Hm." semua sahabat-sahabatnya berdehem bersamaan anggukkan kepalanya.
Ketika Erland serta yang lainnya tengah membahas masalah putra-putranya, tiba-tiba Jonathan datang bersama anggotanya.
"Bagaimana Paman Jo?" tanya Davin.
"Sudah selesai, tuan muda. Bibi Diah sudah dikuburkan dengan layak."
Ketujuh sahabat-sahabatnya Darren beserta keluarganya terkejut. Kemudian mereka melihat kearah Erland.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Dellano.
"Bibi Diah meninggal karena diam-diam mengambil dua botol susu pisang milik Darren yang seharusnya dibuang oleh Bibi Lani atas perintah Darren," jawab Andra.
"Apa?!" ketujuh sahabat-sahabatnya Darren beserta keluarganya terkejut.
"Ja-jadi... Jadi Riyo menyuntikkan sesuatu ke dalam semua susu pisang milik Darren?" tanya Willy dengan wajah terkejutnya.
"Iya," jawab Davin.
"Aku pikir hanya satu botol. Ternyata semuanya," sahut Willy tak percaya.
Drtt..
Drtt..
Seketika mereka dikejutkan dengan deringan ponsel milik Jerry sehingga membuat Jerry langsung mengambilnya.
Setelah ponselnya di tangannya, Jerry melihat nama 'Andrean' di layar ponselnya.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Jerry pun menjawab panggilan dari Andrean.
" Ndre."
"...."
"Di rumah Darren. kenapa?"
"...."
"Oh, itu. Darren di kamarnya. Sementara aku dan yang lainnya di ruang tengah. Darren tampak kecewa dengan kami."
"...."
"Kamu tahu hal itu?
"...."
"Apa kamu yang beritahu Darren masalah itu?"
"...."
Jerry seketika terdiam ketika mendengar jawaban dari Andrean yang mengatakan bahwa dia tidak memberitahu Darren. Justru dia baru ingin memberitahu Darren, namun ponsel Darren tidak aktif hingga berakhir menghubunginya.
"...."
"Baiklah, Ndre. Terima kasih."
"...."
"Eeeemmm... Iya."
Tutt..
Tutt..
Panggilan terputus.
Selesai berbicara dengan Andrean. Jerry kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Setelah itu, Jerry menatap semua orang. Kemudian tatapan matanya beralih menatap kakak keduanya, kakak keduanya Darel dan kakak keduanya Willy.
"Kak, lebih baik batalkan saja penandatanganan kontrak itu jika kakak tidak ingin kehilangan perusahaan kakak. Untuk kak Danar dan kak Rama juga. Andrean mengatakan padaku bahwa sahabatnya kalian itu tidak benar-benar ingin bekerjasama dengan perusahaan kalian."
Deg..
Satria, Danar dan Rama seketika terkejut mendengar ucapan dari Jerry.
"Dan satu lagi. Ini mungkin akan buat kalian lebih terkejut lagi," ucap Jerry lagi.
"Apa?" tanya Satria, Danar dan Rama bersamaan.
"Mereka ingin menghancurkan kalian melalui perusahaan milik kalian. Mereka ingin balas dendam atas apa yang terjadi dulu," jawab Jerry.
Dan benar apa yang dikatakan Jerry bahwa ketiga akan lebih terkejut lagi jika mendengar ucapannya selanjutnya. Terbukti, baik Satria maupun Danar dan Rama terkejut mendengar ucapan dari Jerry.
Satria, Danar dan Rama seketika terdiam. Diamnya mereka karena berusaha untuk mengingat apa yang terjadi dulu.
Namun detik kemudian..
Satria, Danar dan Rama seketika tersenyum setelah mengingat kejadian yang dimaksud. Mereka saling bersitatap dan kemudian kembali tersenyum di sudut bibirnya masing-masing.
Melihat putranya/kakaknya yang tersenyum membuat para anggota keluarganya seketika langsung mengerti makna dari senyuman itu.
"Jer!" panggil Darel
"Iya, Rel!"
"Apa kamu ada nanya soal Darren mengetahui kebusukan sahabatnya kak Rama, kak Satria dan kak Danar? Apa Andrean yang....?" ucapan Darel seketika terpotong karena Jerry langsung bersuara.
"Andrean mengatakan padaku bahwa dia tidak mengatakan apapun kepada Darren. Justru hari ini dia ingin menghubungi Darren untuk memberitahu masalah ini. Dikarenakan ponsel Darren tidak aktif, dia memilih menghubungi aku."
Mendengar jawaban dari Jerry membuat semua orang seketika terdiam. Tidak ada satu suara pun yang terdengar. Saat ini mereka tengah berpikir mengenai dari mana Darren mengetahui semua ini.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya
kasian Darren
semangat trus kak