Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.
Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.
Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A Questioned Status
Di kantor, semuanya berjalan normal seperti biasa. Para pegawai sibuk dengan pekerjaan masing-masing, suara keyboard terdengar samar-samar bercampur dengan dering telepon yang sesekali menyela keheningan.
Riin sedang berdiri di depan mesin kopi di pantry, menunggu kopinya selesai menetes ke dalam cangkir. Pagi ini berjalan cukup lancar, setidaknya sampai ia mendengar bisik-bisik beberapa rekan kerja di dekat pintu.
"Kau lihat siapa yang datang?"
"Kenapa dia ke sini lagi? Dia wanita yang waktu itu, kan?"
Jantung Riin langsung berdegup lebih cepat. Jari-jarinya mencengkeram erat cangkir kopinya sebelum dengan cepat ia menaruhnya kembali di meja. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah keluar pantry dan berjalan menuju lobi kantor.
Dan benar saja.
Youn Jung berdiri di sana dengan penuh percaya diri, mengenakan gaun elegan berwarna putih gading yang kontras dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai sempurna. Senyumnya yang tenang namun menusuk membuat Riin semakin waspada.
Riin menyesuaikan postur tubuhnya sebelum berjalan mendekat. Kali ini, ia tidak akan membiarkan wanita itu mengganggu waktu suaminya lagi.
Setibanya di hadapan Youn Jung, Riin menatapnya tajam. "Ada urusan apa kau ke kantor ini?" tanyanya, suaranya terdengar santai, tapi terdengar tegas.
Youn Jung tersenyum tipis, lalu menjawab dengan nada yang sama dinginnya. "Sepertinya aku tidak punya kewajiban untuk melaporkan apa yang kulakukan padamu."
Riin menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan diri agar tetap tenang dan emosinya tidak terpancing. "Dengar, aku tidak akan membiarkanmu mengganggu Jae Hyun, apalagi di tengah jam kerja seperti ini."
Youn Jung menyipitkan matanya sedikit, lalu mendekat, menyandarkan tubuhnya sedikit ke arah Riin dan berbisik dengan suara rendah. "Hei, Nona. Di sini, kau hanyalah seorang pegawai biasa. Tidak ada alasan bagimu untuk mencampuri urusan pribadi atasanmu."
Riin merasakan aliran darahnya memanas, tapi ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya.
"Statusmu sebagai istri tidak berlaku di tempat ini," ujar Youn Jung dengan nada mengejek yang tajam.
Kepalan tangan Riin mengeras, tapi ia menahan diri.
Youn Jung menegakkan tubuhnya, tatapannya dipenuhi rasa puas seolah sudah memenangkan permainan. "Kita lihat saja, sampai kapan Jae Hyun Oppa mampu bertahan dengan pernikahan rahasia kalian."
Dengan santai, ia melangkah pergi meninggalkan Riin yang masih berdiri di tempatnya, berusaha mengendalikan kemarahan yang hampir meluap.
Jika Youn Jung berpikir ia bisa dengan mudah mengganggu pernikahan mereka, ia salah besar.
Riin menggigit bibirnya, menahan gejolak emosi yang hampir meledak. Kata-kata Youn Jung masih menggema di kepalanya, menusuk rasa tidak sukanya seperti duri yang semakin dalam tertanam.
'Statusmu sebagai seorang istri tidak berlaku di sini.'
Ucapan itu seperti tamparan keras.
Tangannya masih mengepal erat di sisi tubuhnya. Napasnya memburu, mencoba mengendalikan diri agar tidak berbuat gegabah di tengah lingkungan kantor. Ia tahu Youn Jung sengaja menantangnya, ingin melihatnya kehilangan kendali.
Namun, Riin tidak akan memberikan kepuasan itu padanya.
Ia menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. Lalu, dengan langkah mantap, ia berbalik dan berjalan kembali ke ruangannya. Meski dari luar ia tampak tenang, di dalam dadanya ada gelombang emosi yang terus berputar-putar.
Kenapa Youn Jung harus muncul lagi?
Kenapa dia selalu bersikap seolah-olah Jae Hyun masih miliknya?
Pikiran-pikiran itu berdesakan di benaknya, tapi yang paling mengganggu adalah fakta bahwa ia tidak bisa menyangkal satu hal—Jae Hyun memang masih belum sepenuhnya bisa melepaskan Youn Jung.
Bukan karena cinta, itu Riin yakin. Tapi karena tanggung jawab.
***
Youn Jung tanpa sedikit pun ragu, ia melangkah lurus menuju ruang CEO_sebuah kebiasaan lama yang tampaknya masih belum ingin ia lepaskan.
Namun, sebelum tangannya menyentuh pegangan pintu, suara tegas menghentikan langkahnya.
"Maaf, kau tidak bisa masuk begitu saja," suara Ah Ri terdengar dingin namun tetap profesional. Sekretaris pribadi Jae Hyun itu telah berdiri di depannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Apa kau sudah membuat janji sebelumnya?" tanya Ah Ri dengan nada profesional. Meskipun ia cukup mengenal Youn Jung dengan baik, tapi ia tetap harus menjalankan prosedur perusahaan sesuai aturan.
Youn Jung menyunggingkan seringai kecil sambil menatap Ah Ri dengan percaya diri. "Eonni, meskipun aku tidak membuat janji terlebih dahulu, Jae Hyun Oppa pasti tetap mau menemuiku."
Nada suaranya terdengar begitu yakin, seolah posisinya dalam hidup Jae Hyun masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah.
Namun Ah Ri tidak tinggal diam. "Perlu kau ingat, ini adalah lingkungan kantor," kata Ah Ri dengan nada tenang namun tegas, "semua hal harus dilakukan secara profesional dan sesuai prosedur. Kau tidak bisa sembarangan menemui pemimpin perusahaan ini, apalagi memanggilku 'Eonni' di tempat kerja."
Mata Youn Jung sedikit menyipit, ekspresi kesal mulai terlihat di wajahnya. "Baiklah," katanya dengan nada pura-pura pasrah. "Kalau begitu, tolong sampaikan kedatanganku lebih dulu. Biar Jae Hyun Oppa yang menentukan."
Ah Ri mempertahankan tatapan tajamnya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menghela napas pelan dan menekan tombol telepon internal di mejanya dengan tenang. "Sajangnim, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda," ucapnya singkat dan mengatakan siapa tamu yang dimaksud.
Hening sesaat, lalu terdengar helaan napas berat dari sisi lain telepon sebelum suara Jae Hyun terdengar. "Biarkan dia masuk."
Ah Ri memejamkan mata sejenak, jelas tidak menyukai keputusan itu, tapi tetap menjalankan tugasnya dengan profesional. "Silakan, kau bisa masuk," katanya tanpa ekspresi, meskipun dalam hatinya, ia ingin sekali mencegah Youn Jung untuk melangkah lebih jauh.
Seakan sudah menduga jawaban itu sejak awal, Youn Jung tersenyum penuh kepuasan. Ia melirik Ah Ri dengan tatapan merendahkan. "Lihat? Aku benar, kan?" katanya santai, sebelum melenggang masuk ke ruangan Jae Hyun dengan gaya anggun yang percaya diri.
Begitu pintu tertutup di belakangnya, Ah Ri menghela napas dengan frustrasi, lalu mendecak pelan. "Menyebalkan sekali! Kalau saja ini bukan di kantor, aku pasti sudah memberinya pelajaran!" gumamnya, sambil menatap tajam ke arah pintu yang kini menyembunyikan sosok wanita itu.
Ia tidak suka Youn Jung, bukan hanya karena wanita itu pernah menjadi bagian dari masa lalu Jae Hyun, tapi juga karena sikapnya yang terlalu percaya diri, seolah dunia ini berputar hanya untuk dirinya.
Ah Ri hanya berharap Riin tidak akan kebetulan lewat dan melihat pemandangan yang tidak diinginkannya. Karena jika itu terjadi... suasana kantor ini mungkin tidak akan lagi setenang sebelumnya.
***